Rabu, 15 Agustus 2012

JEBAKAN CINTA


Cerpen Erna Gusnita

Ngomongin cinta memang tidak akan pernah habisnya. Cuma mungkin ada yang membedakan sebarapa besar cinta itu kepada seseorang. Cinta membuat orang-orang lebih nekat, lebih gila, bahkan ada juga lebih baik. Ada yang terpuruk karna ditinggal cinta. Ada juga yang biasa-biasa aja bahkan mempermainkan cinta. Semua bisa aja terjadi karna cinta. Cinta memang membuat kita seperti orang gila. Tapi sebenarnya itu normal sebab jika tidak pernah jatuh cinta berarti orang itu tidak normal. Cinta sudah mengalir didalam diri kita saat kita terlahir kedunia ini.Cinta tidak bisa dipaksakan dan tidak bisa direkayasa oleh seseorang. Siapapun orangnya, mau pejabat, tukang kebun dan sebagainya. Dizaman sekarang ini jarang wanita atau lelaki yang memperjuangkan cinta mereka. Cinta bisa saja dibeli dengan uang. Mereka berpikir dengan uang cinta akan tumbuh sendirinya. Hidup membutuhkan uang bukan cinta. Tapi ada pendapat lain, mungkin ini sepuluh dari seribu wanita atau lelaki yang berpendapat seperti ini. Mereka bisa menerima pasangannya apa adanya tanpa memikirkan harta, jabatan. Mereka menjalani semua ini dengan cinta. Dengan cinta mereka bisa membangun rumah tangga yang utuh dan karna cinta mereka lakukan apapun untuk pasangan mereka masing-masing. Dengan cinta mereka bisa mencari uang. Senang-susah mereka lewatkan bersama. Sungguh luar biasa, ntah mana yang benar kita tidak bisa memberi jawaban. Mungkin hanya hati nurani kita yang bisa menjawab semua ini.Dan tergantung kepada masing-masing kepribadian orang itu sendiri.
   
Ditaman kampus ada seorang cewek yang sedang nungguin seseorang, ntah siapa orang yang ditunggu. Cewek ini biasa saja, tidak cantik. Tak lama menunggu akhirnya seorang cowok datang. Cowok ini lumayan keren, sepertinya tidak kuper. Cowok itu namanya Dean. Sesampai disana ia lansung membuka suara
“ Maaf telat, tadi lagi belajar baru aja keluar”
“ gak pa-pa, ada apa sih?
“ Sebenarnya kamu tinggal sama siapa sih??
“ Mang kenapa? Ada yang aneh”
“ Nggak ada, pengen dekat aja, tuh mamamu apa nggak sih?
“ Sebenarnya itu mama angkatku, aku diambil dipanti asuhan”
“ Jadi apa yang dibilang anak-anak tu benar., jadi selama ini loe bohong ma gue”
“ Gue nggak pernah niat untuk bohong, dia memang mama angkatku pi ku udah menganggapnya seperti mamaku sendiri, dari kecil beliau menyengolahkan aku sampai aku kuliah begini”
“ Tapi setidaknya kamu jujur dong dari dulu”
“ Apa perlu gue jujur tentang itu, apa salah ku menganggap mama adalah mamaku”
“ Nggak taulah, susah ngomong sama kamu, lebih baik kita putus aja ya”
“ Ya udah low memang itu yang lebih baik untuk kita”

Cewek yang bernama Vita lansung pergi dari tempat duduknya. Ia lansung pulang kerumahnya. Antara kampus dan rumahnya berjarak 5 km. Karna jalan macet, jadi 45 menit kemudian baru sampai dirumah. Sesampai dirumah ia lansung masuk kekamar, ia banting pintu kamar. Mamanya yang melihat kejadian itu lansung menghampiri anaknya. Ia mendapati anaknya sedang menangis dikasur. Ia mendekati anaknya dengan perlahan, dan bertanya:
“ Ada apa nak?”
“ Ma apakah salah low aku tu anak angkat mama”
“ Nggak ada yang salah, memangnya ada apa?”
“ Dean tau low aku bukan anak mama, dia marah-marah dan minta putus”
“ Emang tau darimana dia?”
“ Nggak tau darimana ia tau, pi apakah aku salah low nggak bilang masalah itu, aku dah menganggap mama sebagai mama kandungku sendiri”
“ Kamu nggak salah, mama juga nggak pernah bilang keteman-teman mama kamu anak angkat mama, mungkin dia tidak tulus mencintaimu”

Tiba-tiba
“ Dia kenapa ma? Tanya Rendy kakaknya datang
“ Ini masa gara-gara tau Vita anak angkat lansung diputusin sama Dean” Jawab mamanya
“ Berarti dia tidak tulus mencintaimu, selama pacaran ma kamu dia pernah minta- minta bantu berupa uang”
“ Ada, mang kenapa?”
“ Berarti dia cuma mengharapkan hartamu aja, low besok dia baikan ma kamu coba kamu uji dia”
“ Kakakmu benar tu”

Tak lama kemudian Reni anak kedua dari Subroto masuk kekamarnya. Reni tua tiga tahun dari Rendy. Rendy tua satu tahun dari Vita. Anak pertama dari pasangan Subroto dengan Pratiwi subroto bernama Rendra. Sekarang sudah menjadi guru disalah satu sekolah di Batam. Dulu ia kuliah di UNP jurusan Matematika pendidikan. Ia baru berumur 27 Tahun. Anak kedua yang bernama Reni menjadi dokter di Rumah Sakit Embung Fatimah. Sudah 2 Tahun ia dinas.Kuliah di UNIBA. Sedangkan anak ketiga pasangan ini masih kuliah semester akhir Jurusan kedokteran di UI. Anak terakhir mereka angkat waktu berumur 4 Tahun. Dia adalah Vita. Sekarang masih kuliah semester enam di UNRIKA. Subroto dan istrinya tak pernah pilh kasih pada anak-anaknya. Begitu juga anak-anak Subroto. Vita mereka sayangi seperti adik kandungnya sendiri. Apapun keinginan Vita pasti mereka kabulin. Waktu kecil dulu Rendy rela ngasih sandalnya karna sandal Vita putus waktu main-main dikampung mamanya. Padahal aspal sangat panas sekali. Reni juga begitu, ia selalu membawakan makanan kesukaan adeknya kalau dia lagi pergi kemana-mana. Rendra juga begitu, kalau main sama dia, pasti Vita selalu dia gendong. Ia rela kena hujan asalkan adeknya Vita tidak kena air hujan. Begitu sayangnya mereka pada Vita. Begitu juga Vita, Jika kakak-kakaknya lagi pada keluar kota pasti ia kebingungan mau ngapain. Begitu dekatnya mereka.

Diruang tamu Alfi sedang duduk sambil menonton TV. Alfi anak bungsu dari keluarga Siswanto. Siswanto seorang pengusaha. Dimana-mana ada hotelnya dan 10 restauran. Baik diluar dan di dalam Batam. Siswanto punya 2 anak. Dua-duanya laki-laki. Anak pertama mengurus hotelnya di Jogja. Jadi sekarang tinggal Alfi dan pembantunya dirumah.Papa dan mamanya sedang keluar kota. Alfi benar-benar sedang prustasi tampaknya. Gimana tidak, pacar yang ia sayangi, yang ia rawat meninggalkannya. Dari kuliah sampai bekerja dibiayain sama Alfi. Tapi ceweknya rela meninggalkannya demi cowok lain. Memang cowok itu sekarang pekerjaannya sudah mantap dari Alfi. Alfi waktu itu masih guru honor. Baru setahun ia jadi PNS. Ia belom tertarik untuk menjalani bisnis papanya. Hari-hari setelah ditinggal mantannya yang ada keterpurukan. Sedang asik melamun tiba-tiba Rendra datang.
“ Loe bengong kenapa lagi??”
“ Nggak kenapa-napa, bingung aja”
“ Bingung kenapa? Jangan bilang loe teringat mantan loe”
“ Ya gue nggak habis pikir aja Ndra, bunga yang guue rawat, eh diambil orang”
“ Ya namanya aja nggak jodoh, udahlah lupain dia, kerumah ku yok”
“ Yoklah, ku juga bt dirumah terus”

Jarak rumah Alfi kerumah Rendra menempuh waktu 30 menit. Sesampai dirumah Rendra tak ada satu orangpun yang ada dirumah. Rendra menghampiri pembantunya yang sedang nonton TV diruang tengah. Pembantunya seusia dengan Vita. Keluarga mereka juga menguliahkan dia. Karna dulu ibunya pembantu setia mereka. Namun antara Vita dengan Ica tidak begitu akrab dikampus. Paling cuma tegur sapa pi low dirumah mereka tampak akrab juga.
“ Ca, mama mana?”
“ Dikamar den”
“ Yok lansung kekamarku aja ya Fi”
“ OK”

Mereka berjalan menuju kamar Rendra yang terletak di lantai dua. Kamar Rendra dan Reni bersebelahan. Kamar Rendy juga masih dilantai dua tapi agak terpisah dari kamar mereka berdua. Sedangkan kamar Vita berada dibawa yang tidak jauh dari tangga. Setelah sampai dikamar Rendra turun lagi tapi sendirian tanpa Alfi. Ia menuju kamar Vita. Ia dapati mamanya, dan adik-adiknya berkumpul disana.
“ Ada perkumpulan apa ni ma?”
“ Nggak ada apa-apa, adekmu lagi sedih aja”
“ Biasalah kak low remaja key gini” Reni membuka suara
“ Udahlah adekku sayang, nggak baik berlarut dalam kesedihan ntar tambah jelek, tengok tu tambah jelek aja kan”
“ Kakak” teriak Vita lansung duduk dan mengejar Rendra yang lari kekamarnya
“ Mulai deh” Kata Rendy keluar dari kamar Vita

Vita mengejar Rendra kekamarnya, sampai dikamar Rendra lansung Rendra dipukul dan dicubitnya. Rendra berusaha menahan kesakitan demi adeknya.
“ Udah donk, sakit tau”
“ Biarin nggak peduli”
“ Akrab kali dirimu ma pembantumu Ndra” Alfi membuka suara

Mereka berdua terhenti sambil menatap Alfi.Alfi pun melihat dengan heran.
“ Memang kak Rendra pernah cerita ya, and mang mirip pembantu?”
“ Makanya jangan larut dalm masalah terus, kan jadi jelek jadi dianggap pembantu deh” Rendra ketawa
“ Makasih atas pujiannya”

Vita lansung lari dari kamar Rendra, Rendra lansung mengejarnya. Vita lansung masuk kekamar dan mengunci pintunya. Ia menangis kembali.Rendra kembali kekamarnya dan menemukan Alfi yang sedang menonton film horor.
“ Fi, kamu nggak tau dia ya, lom kenal ya?”
“ Mang kenapa?”
“ Dia bukan pembantu aku, dia adekku yang paling bungsu, yang kami jaga selama ini, dari kecil dia paling istemewah sekali bagi kami.”
“ Adekmu yang mana lagi? Setauku adekmu dari sejak awal kenal Reni dan Rendy, dia nggak ada kemiripan denganmu.”
“ Kamu nggak pernah ketemu dia, memang low adek kakak harus mirip, banyak diluar sana orang adek kakak yang nggak mirip kok”
“ Dia ngambek ya, maafin aku ya.”
“ Dia bentar aja ngambeknya, ntar juga baikan”

Memang begitu dengan Vita, dia terlalu sensitif akhir-akhir ini. Tapi low ngambek dengan kakaknya paling nggak akan lama. Karna dia nggak kan tahan jika hari-harinya tidak dilalui dengan kakak-kakaknya. Vita juga orangnya gampang kasihan, ia paling nggak tegaan. Keadaan ini sering dimanfaatin oleh mama dan kakak-kakaknya. Kalau kakaknya sedang bermasalah maka ia adalah orang yang paling pertama yang membantunya karna kasihan sama kakaknya.Malam ini Alfi menginap dirumahnya Rendra. Ia benar-benar suntuk low dirumah sendirian. Malam ini semua orang sudah ngumpul diruang makan tapi Vita tidak muncul-muncul. Kemana ya?. Ternyata dia masih dalam kamar. Inilah kebiasaan buruk Vita. Orang sibuk mau makan malam dia sibuk mau tidur. Tambah lapar  tambah enak tidurnya. Jauh berbedakan jika biasanya orang-orang low udah kenyang baru bisa tidur. Terpaksa mamanya membangunkannya. Tapi kali ini yang membangunkannya Rendy sama Rendra. Mereka masuk kekamar Vita dan mengangkatnya lalu memasukkannya kedalam bak mandi. Vita kaget lansung berteriak.
“ Aahhhhhhhhhhhhhhhhhh”

Semua yang mendengar teriakan itu lansung menuju ke kamar Vita yang nggak terlalu jauh dari ruang makan.
“ Ada apa? Tanya mamanya
“ Kak Rendy jahat baget ma, kan dingin”
“ Siapa suruh tidur jam segini, enak nggak”
“ Ih menyebalkanlah, suka-sukalah mau tidur ato nggak, low lapar makan aja dulu, dah keluar semua ntar lagi ku keluar”

Semua keluar dengan ketawa, tak lama kemudian Vita pun keluar dari kamarnya. Ia menghenyakkan pantatnya dikursi disampingnya Reni dan mamanya. Sedangkan diseberangnya ada Alfi, Rendy dan Rendra. Mereka semua makan tanpa adanya suara yang keluar dari mulut satupun. Selesai makan semua ngumpul didepan TV seperti biasa. Mama dan Papanya duduk diatas sama Vita dan Reni. Sedangkan yang lain duduk dibawah. Seperti biasa semua nonton opera van java. Ini siaran kesukaan semua anggota keluarga ini. Pas lagi iklan, mamanya bertanya pada Rendy;
“ Ndy, kamu kapan ke Jakarta?
“ Mungkin hari Sabtu aja ma, biar minggu bisa istirahat”
“ Ma, Vita ikutlah ma kak Rendy.”
“ Ngapain?? Key nggak ada kerjaan aja” Rendra membantahnya
“ Emang nggak ada kerjaan, bis malas nengok muka orang jelek dirumah ni,low kak Rendy kan lumayanlah”
“ Trus yang paling cakep siapa dong?” Tanya Rendra
“ Yang paling cakep anak mama dan papa adalah Vita, yang kedua Reni, and yang ketiga kak Rendy and yang paling jelek adalah kak Rendra”
“ Yeee keGR-an loe, sejelek apa sih kakakmu ini, padahal banyak yang naksir loh.” Bantah Rendra
“ Kak Ndy antarin ku ke DC mall, ada yang mau dibeli.”
“ Antar sama Kak Rendra ato ma kak Reni aja, kakak mau beres-beres”
“ Duh kakak capek banget sayang” Reni membuka suara
“ Kakak banyak yang mau disiapkan ni, Fi loe sibuk nggak antarin adekku lah.”
“Boleh, kebetulan ku juga ada yang mau dicari.”
“ Makanya belajar bawa mobil, ni penakut banget, masa kemana-mana harus diantar.” Bantah Reni

Vita diam aja sambil berjalan ke kamarnya. Tak lama kemudian dia keluar dari kamarnya membawa sebuah tas kecil. Mereka pergi menggunakan mobilnya Renda. Jarak rumah Vita dengan DC mall tidak terlalu jauh. Diperjalanan mereka hanya diam saja tanpa ada sepatah katapun. Sesampai disana, Vita masuk saja tanpa basa-basi sama Alfi. Alfi mengikuti Vita dari belakang.Ternyata Vita kesana cuma mau beli cosmetik dan farfum ditempat ia biasa beli.Setelah siap membeli farfum,ia mulai membuka suaranya
“ Kak lama dikit nggak apa-apakan?”
“ Nggak masalah, masih jam 9 pun, masih ada yang mau dibeli?
“ Mau liat-liat aja dulu.”
“ Ya udah”

Mereka hanya melihat-lihat saja. Dari tadi tidak ada yang dibelinya. Tanpa disadari Vita ketabrak Dean. Vita tampak kaget, begitu juga dengan Dean.Ketika Dean melihat Alfi, Dean tampak gembira sekali. Ternyata mereka juga kenal satu sama lainnya.
“ Masih langgeng aja ya ma Tita. Kata Alfi membuka suaranya
“ Iya, kemana aja selama ini?” Dean berusaha mengalihkan pembicaraan
“ Kak Vita pergi dulu ya kemobil.” Vita pamitan sama Alfi
“  OK.”

Vita berjalan kearah parkiran dengan kesal. Tak ada sedikitpun senyum diwajahnya. Dimobil ia terpaksa menunggu Alfi dengan sabar. Soalnya sudah 15 menit tapi Alfi lom juga dtang-datang. Tak lama kemudian Alfi muncul berbarengan dengan Dean dan seorang cewek. Wah ternyata mereka berdiri pula didepan mobil untuk ngobrol. Nggak habis-habisnya obrolannya. Tak lama akhirnya Dean menjauh juga dari mobilnya dan Alfi juga masuk ke mobil. Melihat mukanya Vita manyun aja, akhirnya Dean membuka suara;
“ Maaf ya, Kamu kesal ya nunggu kelamaan?”
“ Nggak lah, ku nggak kesal menunggunya pi kesal sama temannya tadi.”
“ Mang kenapa dengan dia? Oya dia kan satu kampus ma loe, nggak kenal ya?
“ Kenal kok, udah lama ya mereka pacaran?”
“ Kenapa mang nya?”
“ Tanya aja sih.”
“ Mereka jadian udah setahun yang lalu.”
“ Tahun lalu?”
“ Iya, kenapa?”
“ Brengsek juga dia ya, padahal dalam waktu itu dia jadian ma gue.”
“ Benaran Loe?”
“ Benar, enam bulan yang lalu gue jadian ma dia, and baru tadi pagi putusnya”
“ Gila juga ya, Rendra tau”
“ Tau, biasa aja dia, udah lupain aja dia, malas bahas dia, makasih ya udah ngantarin gue, met malam.”

Vita pun turun dari mobil dan lansung masuk kedalam kamar.Sesampai dikamar iapun lansung untuk tidur. Lama-kelamaan akhirnya Vita and Alfi mulai dekat. Rendy sudah balik ke Jakarta sedangkan Reni ada urusan ke Surabaya. Papanya sedang pergi ke Padang. Jadi dirumahnya agak sepi. Alfi sering main kerumah Vita. Setiap malam minggu pasti datang kerumahnya untuk menemui Rendra. Kadang mereka berdua pergi and kadang Vita suka ikut karna bingung mau kemana. Jadi dia lebih memilih untuk pergi bersama kakaknya dan Alfi. Dia sama Alfi sudah tidak asing lagi. Mereka sudah seperti adik-kakak. Mereka sudah sering jalan berdua kemana-mana.Tapi Sekarang tampaknya Alfi menghindar dari Vita. Nggak tau apa permasalahannya. Dia nggak pernah lagi muncul dirumahnya Vita. Ditelponpun pasti selalu nggak diangkat. Semenjak Rendra sudah punya pacar malam minggu mereka juga nggak ngumpul lagi. Hari-hari dilewati Vita dengan kesepian, akhirnya bawaannya selalu BT trus.
****

Malam ini Vita dirumah sendirian, tampangnya tampak suntuk banget. Acara di TV nggak ada yang bagus. Diraih HP nya tapi juga nggak ada sms dari siapapun. Dia pun bingung mau sms siapa karna low dia sms sembarang orang ntarnya malah tambah kesal sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk sms Alfi. Tapi sudah 30 menit smsnya juga lom dibalasnya.
“ Sepertinya dia tidak menginginkan kehadiran gue, Ya udahlah lupain aja dia.” Gumamnya dalam hati
“ Tapi kok gue bawaannya kesal aja low dia nggak sms gue, pa gue suka dia, ah nggak lah ngapain juga mikiran orang yang nggak mikiran gue, ngapain gue berharap ma orang yang nggak mengharapkan kehadiran gue, capek berharap terus, mending jalani aja seperti air mengalir.” Gumamnya lagi.

Dia baringkan badannya, dan tak lama kemudian ia ketiduran. Hari ini hari Sabtu, dirumah tak ada satupun orang. Kecuali kakaknya yang sedang tidur. Vita lagi duduk dengan kesal karena tadi tidak sengaja ia melihat pacar kakaknya jalan bermesraan dengan cowok lain. Ia tidurkan badannya disebuah sofa diruang tamu. Tak lama kemudian ada tamu yang datang. Dengan malas Vita membuka pintunya. Betapa kagetnya dia, ternyata yang datang Mey-Mey ceweknya Rendra. Dengan nada tidak suka Mey-Mey bertanya kepada Vita;
“ Mana Rendra?”
“ Tidur, ada perlu apa?” Jawabnya dengan jutek
“ Bukan urusanmu.” Mey-Mey lansung menerobos Vita yang berdiri didepan pintu

Dengan kesal Vita menarik tangan Mey-mey dan Mey-mey mendorongnya kebelakang. Dengan kesal Vita membuka suaranya;
“ Tau sopan santun nggak sih, mau kemana loe?”
“ Eh loe tu disini Cuma anak angkat jadi nggak usah sok deh, kapan aja loe bisa diusir dari sini.”

Vita lansung terhenyak mendengar kata-kata cewek itu.
“ Tega kali kakak ceritain ke dia” gumamnya dalam hati

Vita menarik kembali tangannya dan berkata;
“ Sampai kapanpun aku tak akan pernah meninggalkan rumah ini, karna disini keluargaku, sedangkan kau cewek murahan yang mengincar harta oarang saja, ku tau kamu tidak mencintai kakak saya, pi mencintai propesinya dan hartanya, kalau kamu nekat masuk kekamar kakakku maka ku kan ceritakan kejadian kamu jalan mesra sama cowok tadi.”
“ Jangan coba mengancam gue, low berani loe ngomong key gitu maka nggak segan-segan ku robek-robek mulutmu” ancam Mey-mey
“ Sayang aku tidak takut cewek matre and murahan”

Mey-mey lansung menampar pipi Vita. Vita yang juga emosi tidak terima begitu saja tamparan itu. Iapun membalasnya, pas sedang menampar Mey-mey
“ Vita apa-apaan kamu ni?” bentak Rendra
“ Dia duluan kak” Vita membela diri
“ Bohong yank, dia yang duluan, masa dia bilang aku cewek murahan yang nggak cocok buat kamu, katanya kakaknya hanya untuk dirinya, aku sudah mengingatkan low kalian adik-kakak jadi tidak akan mungkin itu terjadi, dia marah dan menampar aku.” Mey-mey mendekati Rendra
“ Dirumah ini tidak ada kekerasan, jika kamu mau ada kekerasan silakan tinggalkan rumah ini.”
“ Tapi kak dia duluan yang mulai, dia juga udah selingkuhin kakak.”
“ Tega kali dirimu memfitnah aku hanya karna kamu pengen dapatkan cinta kakakmu.”
“ Kamu memang murahan kok”

Dengan amarah Rendra menampar Vita. Vita benar-benar kaget menerima tamparan itu. Baru pertama ini Rendra menamparnya karna ceweknya.
“ Tampar lagi kak, tampar................”
“ Pergi kamu dari rumah ini.”

Dengan kesal Vita lari keluar rumah. Ia tak ada bawa apa-apa, sopirpun tak ada nampak. Terpaksa ia jalan kaki. Tak tau mau kemana yang ia tuju. Air matanya meleleh saja. Benar-benar sudah tak tahan lagi ia menahan air matanya. Ia benar-benar tak menyangka kakaknya berubah dan mengusir dia. Hari sudah larut malam, ia masih duduk dihalte. Tak tau mau kemana ia pergi.Ia duduk aja disana sendirian sambil menangis. Hujan pun turun deras, ada tiga orang cowok berhenti di halte. Ternyata cowok itu Alfi dan teman-temannya.
“ Fi tu kan adeknya Rendra.” Bisik seoarang temannya
“ Iya Fi, dia menangis, apa mungkin mau pulang nggak ada taksi”

Alfipun mendekatinya karna sudah tidak tega melihat mata Vita yang suda bengkak karna menangis.
“ Kamu ngapain disini Vit?” mau diantar pulang?”

Vita hanya diam saja. Melihat Vita diam Alfipun mengeluarkan Hpnya. Ia hendak menelpon Rendra.
“ Nggak usah nelpon Rendra kak, Kak Rendra tlah mengusir aku”

JEBAKAN CINTA
Cerpen Erna Gusnita

Ngomongin cinta memang tidak akan pernah habisnya. Cuma mungkin ada yang membedakan sebarapa besar cinta itu kepada seseorang. Cinta membuat orang-orang lebih nekat, lebih gila, bahkan ada juga lebih baik. Ada yang terpuruk karna ditinggal cinta. Ada juga yang biasa-biasa aja bahkan mempermainkan cinta. Semua bisa aja terjadi karna cinta. Cinta memang membuat kita seperti orang gila. Tapi sebenarnya itu normal sebab jika tidak pernah jatuh cinta berarti orang itu tidak normal. Cinta sudah mengalir didalam diri kita saat kita terlahir kedunia ini.Cinta tidak bisa dipaksakan dan tidak bisa direkayasa oleh seseorang. Siapapun orangnya, mau pejabat, tukang kebun dan sebagainya. Dizaman sekarang ini jarang wanita atau lelaki yang memperjuangkan cinta mereka. Cinta bisa saja dibeli dengan uang. Mereka berpikir dengan uang cinta akan tumbuh sendirinya. Hidup membutuhkan uang bukan cinta. Tapi ada pendapat lain, mungkin ini sepuluh dari seribu wanita atau lelaki yang berpendapat seperti ini. Mereka bisa menerima pasangannya apa adanya tanpa memikirkan harta, jabatan. Mereka menjalani semua ini dengan cinta. Dengan cinta mereka bisa membangun rumah tangga yang utuh dan karna cinta mereka lakukan apapun untuk pasangan mereka masing-masing. Dengan cinta mereka bisa mencari uang. Senang-susah mereka lewatkan bersama. Sungguh luar biasa, ntah mana yang benar kita tidak bisa memberi jawaban. Mungkin hanya hati nurani kita yang bisa menjawab semua ini.Dan tergantung kepada masing-masing kepribadian orang itu sendiri.
   
Ditaman kampus ada seorang cewek yang sedang nungguin seseorang, ntah siapa orang yang ditunggu. Cewek ini biasa saja, tidak cantik. Tak lama menunggu akhirnya seorang cowok datang. Cowok ini lumayan keren, sepertinya tidak kuper. Cowok itu namanya Dean. Sesampai disana ia lansung membuka suara
“ Maaf telat, tadi lagi belajar baru aja keluar”
“ gak pa-pa, ada apa sih?
“ Sebenarnya kamu tinggal sama siapa sih??
“ Mang kenapa? Ada yang aneh”
“ Nggak ada, pengen dekat aja, tuh mamamu apa nggak sih?
“ Sebenarnya itu mama angkatku, aku diambil dipanti asuhan”
“ Jadi apa yang dibilang anak-anak tu benar., jadi selama ini loe bohong ma gue”
“ Gue nggak pernah niat untuk bohong, dia memang mama angkatku pi ku udah menganggapnya seperti mamaku sendiri, dari kecil beliau menyengolahkan aku sampai aku kuliah begini”
“ Tapi setidaknya kamu jujur dong dari dulu”
“ Apa perlu gue jujur tentang itu, apa salah ku menganggap mama adalah mamaku”
“ Nggak taulah, susah ngomong sama kamu, lebih baik kita putus aja ya”
“ Ya udah low memang itu yang lebih baik untuk kita”

Cewek yang bernama Vita lansung pergi dari tempat duduknya. Ia lansung pulang kerumahnya. Antara kampus dan rumahnya berjarak 5 km. Karna jalan macet, jadi 45 menit kemudian baru sampai dirumah. Sesampai dirumah ia lansung masuk kekamar, ia banting pintu kamar. Mamanya yang melihat kejadian itu lansung menghampiri anaknya. Ia mendapati anaknya sedang menangis dikasur. Ia mendekati anaknya dengan perlahan, dan bertanya:
“ Ada apa nak?”
“ Ma apakah salah low aku tu anak angkat mama”
“ Nggak ada yang salah, memangnya ada apa?”
“ Dean tau low aku bukan anak mama, dia marah-marah dan minta putus”
“ Emang tau darimana dia?”
“ Nggak tau darimana ia tau, pi apakah aku salah low nggak bilang masalah itu, aku dah menganggap mama sebagai mama kandungku sendiri”
“ Kamu nggak salah, mama juga nggak pernah bilang keteman-teman mama kamu anak angkat mama, mungkin dia tidak tulus mencintaimu”

Tiba-tiba
“ Dia kenapa ma? Tanya Rendy kakaknya datang
“ Ini masa gara-gara tau Vita anak angkat lansung diputusin sama Dean” Jawab mamanya
“ Berarti dia tidak tulus mencintaimu, selama pacaran ma kamu dia pernah minta- minta bantu berupa uang”
“ Ada, mang kenapa?”
“ Berarti dia cuma mengharapkan hartamu aja, low besok dia baikan ma kamu coba kamu uji dia”
“ Kakakmu benar tu”

Tak lama kemudian Reni anak kedua dari Subroto masuk kekamarnya. Reni tua tiga tahun dari Rendy. Rendy tua satu tahun dari Vita. Anak pertama dari pasangan Subroto dengan Pratiwi subroto bernama Rendra. Sekarang sudah menjadi guru disalah satu sekolah di Batam. Dulu ia kuliah di UNP jurusan Matematika pendidikan. Ia baru berumur 27 Tahun. Anak kedua yang bernama Reni menjadi dokter di Rumah Sakit Embung Fatimah. Sudah 2 Tahun ia dinas.Kuliah di UNIBA. Sedangkan anak ketiga pasangan ini masih kuliah semester akhir Jurusan kedokteran di UI. Anak terakhir mereka angkat waktu berumur 4 Tahun. Dia adalah Vita. Sekarang masih kuliah semester enam di UNRIKA. Subroto dan istrinya tak pernah pilh kasih pada anak-anaknya. Begitu juga anak-anak Subroto. Vita mereka sayangi seperti adik kandungnya sendiri. Apapun keinginan Vita pasti mereka kabulin. Waktu kecil dulu Rendy rela ngasih sandalnya karna sandal Vita putus waktu main-main dikampung mamanya. Padahal aspal sangat panas sekali. Reni juga begitu, ia selalu membawakan makanan kesukaan adeknya kalau dia lagi pergi kemana-mana. Rendra juga begitu, kalau main sama dia, pasti Vita selalu dia gendong. Ia rela kena hujan asalkan adeknya Vita tidak kena air hujan. Begitu sayangnya mereka pada Vita. Begitu juga Vita, Jika kakak-kakaknya lagi pada keluar kota pasti ia kebingungan mau ngapain. Begitu dekatnya mereka.

Diruang tamu Alfi sedang duduk sambil menonton TV. Alfi anak bungsu dari keluarga Siswanto. Siswanto seorang pengusaha. Dimana-mana ada hotelnya dan 10 restauran. Baik diluar dan di dalam Batam. Siswanto punya 2 anak. Dua-duanya laki-laki. Anak pertama mengurus hotelnya di Jogja. Jadi sekarang tinggal Alfi dan pembantunya dirumah.Papa dan mamanya sedang keluar kota. Alfi benar-benar sedang prustasi tampaknya. Gimana tidak, pacar yang ia sayangi, yang ia rawat meninggalkannya. Dari kuliah sampai bekerja dibiayain sama Alfi. Tapi ceweknya rela meninggalkannya demi cowok lain. Memang cowok itu sekarang pekerjaannya sudah mantap dari Alfi. Alfi waktu itu masih guru honor. Baru setahun ia jadi PNS. Ia belom tertarik untuk menjalani bisnis papanya. Hari-hari setelah ditinggal mantannya yang ada keterpurukan. Sedang asik melamun tiba-tiba Rendra datang.
“ Loe bengong kenapa lagi??”
“ Nggak kenapa-napa, bingung aja”
“ Bingung kenapa? Jangan bilang loe teringat mantan loe”
“ Ya gue nggak habis pikir aja Ndra, bunga yang guue rawat, eh diambil orang”
“ Ya namanya aja nggak jodoh, udahlah lupain dia, kerumah ku yok”
“ Yoklah, ku juga bt dirumah terus”

Jarak rumah Alfi kerumah Rendra menempuh waktu 30 menit. Sesampai dirumah Rendra tak ada satu orangpun yang ada dirumah. Rendra menghampiri pembantunya yang sedang nonton TV diruang tengah. Pembantunya seusia dengan Vita. Keluarga mereka juga menguliahkan dia. Karna dulu ibunya pembantu setia mereka. Namun antara Vita dengan Ica tidak begitu akrab dikampus. Paling cuma tegur sapa pi low dirumah mereka tampak akrab juga.
“ Ca, mama mana?”
“ Dikamar den”
“ Yok lansung kekamarku aja ya Fi”
“ OK”

Mereka berjalan menuju kamar Rendra yang terletak di lantai dua. Kamar Rendra dan Reni bersebelahan. Kamar Rendy juga masih dilantai dua tapi agak terpisah dari kamar mereka berdua. Sedangkan kamar Vita berada dibawa yang tidak jauh dari tangga. Setelah sampai dikamar Rendra turun lagi tapi sendirian tanpa Alfi. Ia menuju kamar Vita. Ia dapati mamanya, dan adik-adiknya berkumpul disana.
“ Ada perkumpulan apa ni ma?”
“ Nggak ada apa-apa, adekmu lagi sedih aja”
“ Biasalah kak low remaja key gini” Reni membuka suara
“ Udahlah adekku sayang, nggak baik berlarut dalam kesedihan ntar tambah jelek, tengok tu tambah jelek aja kan”
“ Kakak” teriak Vita lansung duduk dan mengejar Rendra yang lari kekamarnya
“ Mulai deh” Kata Rendy keluar dari kamar Vita

Vita mengejar Rendra kekamarnya, sampai dikamar Rendra lansung Rendra dipukul dan dicubitnya. Rendra berusaha menahan kesakitan demi adeknya.
“ Udah donk, sakit tau”
“ Biarin nggak peduli”
“ Akrab kali dirimu ma pembantumu Ndra” Alfi membuka suara

Mereka berdua terhenti sambil menatap Alfi.Alfi pun melihat dengan heran.
“ Memang kak Rendra pernah cerita ya, and mang mirip pembantu?”
“ Makanya jangan larut dalm masalah terus, kan jadi jelek jadi dianggap pembantu deh” Rendra ketawa
“ Makasih atas pujiannya”

Vita lansung lari dari kamar Rendra, Rendra lansung mengejarnya. Vita lansung masuk kekamar dan mengunci pintunya. Ia menangis kembali.Rendra kembali kekamarnya dan menemukan Alfi yang sedang menonton film horor.
“ Fi, kamu nggak tau dia ya, lom kenal ya?”
“ Mang kenapa?”
“ Dia bukan pembantu aku, dia adekku yang paling bungsu, yang kami jaga selama ini, dari kecil dia paling istemewah sekali bagi kami.”
“ Adekmu yang mana lagi? Setauku adekmu dari sejak awal kenal Reni dan Rendy, dia nggak ada kemiripan denganmu.”
“ Kamu nggak pernah ketemu dia, memang low adek kakak harus mirip, banyak diluar sana orang adek kakak yang nggak mirip kok”
“ Dia ngambek ya, maafin aku ya.”
“ Dia bentar aja ngambeknya, ntar juga baikan”

Memang begitu dengan Vita, dia terlalu sensitif akhir-akhir ini. Tapi low ngambek dengan kakaknya paling nggak akan lama. Karna dia nggak kan tahan jika hari-harinya tidak dilalui dengan kakak-kakaknya. Vita juga orangnya gampang kasihan, ia paling nggak tegaan. Keadaan ini sering dimanfaatin oleh mama dan kakak-kakaknya. Kalau kakaknya sedang bermasalah maka ia adalah orang yang paling pertama yang membantunya karna kasihan sama kakaknya.Malam ini Alfi menginap dirumahnya Rendra. Ia benar-benar suntuk low dirumah sendirian. Malam ini semua orang sudah ngumpul diruang makan tapi Vita tidak muncul-muncul. Kemana ya?. Ternyata dia masih dalam kamar. Inilah kebiasaan buruk Vita. Orang sibuk mau makan malam dia sibuk mau tidur. Tambah lapar  tambah enak tidurnya. Jauh berbedakan jika biasanya orang-orang low udah kenyang baru bisa tidur. Terpaksa mamanya membangunkannya. Tapi kali ini yang membangunkannya Rendy sama Rendra. Mereka masuk kekamar Vita dan mengangkatnya lalu memasukkannya kedalam bak mandi. Vita kaget lansung berteriak.
“ Aahhhhhhhhhhhhhhhhhh”

Semua yang mendengar teriakan itu lansung menuju ke kamar Vita yang nggak terlalu jauh dari ruang makan.
“ Ada apa? Tanya mamanya
“ Kak Rendy jahat baget ma, kan dingin”
“ Siapa suruh tidur jam segini, enak nggak”
“ Ih menyebalkanlah, suka-sukalah mau tidur ato nggak, low lapar makan aja dulu, dah keluar semua ntar lagi ku keluar”

Semua keluar dengan ketawa, tak lama kemudian Vita pun keluar dari kamarnya. Ia menghenyakkan pantatnya dikursi disampingnya Reni dan mamanya. Sedangkan diseberangnya ada Alfi, Rendy dan Rendra. Mereka semua makan tanpa adanya suara yang keluar dari mulut satupun. Selesai makan semua ngumpul didepan TV seperti biasa. Mama dan Papanya duduk diatas sama Vita dan Reni. Sedangkan yang lain duduk dibawah. Seperti biasa semua nonton opera van java. Ini siaran kesukaan semua anggota keluarga ini. Pas lagi iklan, mamanya bertanya pada Rendy;
“ Ndy, kamu kapan ke Jakarta?
“ Mungkin hari Sabtu aja ma, biar minggu bisa istirahat”
“ Ma, Vita ikutlah ma kak Rendy.”
“ Ngapain?? Key nggak ada kerjaan aja” Rendra membantahnya
“ Emang nggak ada kerjaan, bis malas nengok muka orang jelek dirumah ni,low kak Rendy kan lumayanlah”
“ Trus yang paling cakep siapa dong?” Tanya Rendra
“ Yang paling cakep anak mama dan papa adalah Vita, yang kedua Reni, and yang ketiga kak Rendy and yang paling jelek adalah kak Rendra”
“ Yeee keGR-an loe, sejelek apa sih kakakmu ini, padahal banyak yang naksir loh.” Bantah Rendra
“ Kak Ndy antarin ku ke DC mall, ada yang mau dibeli.”
“ Antar sama Kak Rendra ato ma kak Reni aja, kakak mau beres-beres”
“ Duh kakak capek banget sayang” Reni membuka suara
“ Kakak banyak yang mau disiapkan ni, Fi loe sibuk nggak antarin adekku lah.”
“Boleh, kebetulan ku juga ada yang mau dicari.”
“ Makanya belajar bawa mobil, ni penakut banget, masa kemana-mana harus diantar.” Bantah Reni

Vita diam aja sambil berjalan ke kamarnya. Tak lama kemudian dia keluar dari kamarnya membawa sebuah tas kecil. Mereka pergi menggunakan mobilnya Renda. Jarak rumah Vita dengan DC mall tidak terlalu jauh. Diperjalanan mereka hanya diam saja tanpa ada sepatah katapun. Sesampai disana, Vita masuk saja tanpa basa-basi sama Alfi. Alfi mengikuti Vita dari belakang.Ternyata Vita kesana cuma mau beli cosmetik dan farfum ditempat ia biasa beli.Setelah siap membeli farfum,ia mulai membuka suaranya
“ Kak lama dikit nggak apa-apakan?”
“ Nggak masalah, masih jam 9 pun, masih ada yang mau dibeli?
“ Mau liat-liat aja dulu.”
“ Ya udah”

Mereka hanya melihat-lihat saja. Dari tadi tidak ada yang dibelinya. Tanpa disadari Vita ketabrak Dean. Vita tampak kaget, begitu juga dengan Dean.Ketika Dean melihat Alfi, Dean tampak gembira sekali. Ternyata mereka juga kenal satu sama lainnya.
“ Masih langgeng aja ya ma Tita. Kata Alfi membuka suaranya
“ Iya, kemana aja selama ini?” Dean berusaha mengalihkan pembicaraan
“ Kak Vita pergi dulu ya kemobil.” Vita pamitan sama Alfi
“  OK.”

Vita berjalan kearah parkiran dengan kesal. Tak ada sedikitpun senyum diwajahnya. Dimobil ia terpaksa menunggu Alfi dengan sabar. Soalnya sudah 15 menit tapi Alfi lom juga dtang-datang. Tak lama kemudian Alfi muncul berbarengan dengan Dean dan seorang cewek. Wah ternyata mereka berdiri pula didepan mobil untuk ngobrol. Nggak habis-habisnya obrolannya. Tak lama akhirnya Dean menjauh juga dari mobilnya dan Alfi juga masuk ke mobil. Melihat mukanya Vita manyun aja, akhirnya Dean membuka suara;
“ Maaf ya, Kamu kesal ya nunggu kelamaan?”
“ Nggak lah, ku nggak kesal menunggunya pi kesal sama temannya tadi.”
“ Mang kenapa dengan dia? Oya dia kan satu kampus ma loe, nggak kenal ya?
“ Kenal kok, udah lama ya mereka pacaran?”
“ Kenapa mang nya?”
“ Tanya aja sih.”
“ Mereka jadian udah setahun yang lalu.”
“ Tahun lalu?”
“ Iya, kenapa?”
“ Brengsek juga dia ya, padahal dalam waktu itu dia jadian ma gue.”
“ Benaran Loe?”
“ Benar, enam bulan yang lalu gue jadian ma dia, and baru tadi pagi putusnya”
“ Gila juga ya, Rendra tau”
“ Tau, biasa aja dia, udah lupain aja dia, malas bahas dia, makasih ya udah ngantarin gue, met malam.”

Vita pun turun dari mobil dan lansung masuk kedalam kamar.Sesampai dikamar iapun lansung untuk tidur. Lama-kelamaan akhirnya Vita and Alfi mulai dekat. Rendy sudah balik ke Jakarta sedangkan Reni ada urusan ke Surabaya. Papanya sedang pergi ke Padang. Jadi dirumahnya agak sepi. Alfi sering main kerumah Vita. Setiap malam minggu pasti datang kerumahnya untuk menemui Rendra. Kadang mereka berdua pergi and kadang Vita suka ikut karna bingung mau kemana. Jadi dia lebih memilih untuk pergi bersama kakaknya dan Alfi. Dia sama Alfi sudah tidak asing lagi. Mereka sudah seperti adik-kakak. Mereka sudah sering jalan berdua kemana-mana.Tapi Sekarang tampaknya Alfi menghindar dari Vita. Nggak tau apa permasalahannya. Dia nggak pernah lagi muncul dirumahnya Vita. Ditelponpun pasti selalu nggak diangkat. Semenjak Rendra sudah punya pacar malam minggu mereka juga nggak ngumpul lagi. Hari-hari dilewati Vita dengan kesepian, akhirnya bawaannya selalu BT trus.
****

Malam ini Vita dirumah sendirian, tampangnya tampak suntuk banget. Acara di TV nggak ada yang bagus. Diraih HP nya tapi juga nggak ada sms dari siapapun. Dia pun bingung mau sms siapa karna low dia sms sembarang orang ntarnya malah tambah kesal sendiri. Akhirnya ia memutuskan untuk sms Alfi. Tapi sudah 30 menit smsnya juga lom dibalasnya.
“ Sepertinya dia tidak menginginkan kehadiran gue, Ya udahlah lupain aja dia.” Gumamnya dalam hati
“ Tapi kok gue bawaannya kesal aja low dia nggak sms gue, pa gue suka dia, ah nggak lah ngapain juga mikiran orang yang nggak mikiran gue, ngapain gue berharap ma orang yang nggak mengharapkan kehadiran gue, capek berharap terus, mending jalani aja seperti air mengalir.” Gumamnya lagi.

Dia baringkan badannya, dan tak lama kemudian ia ketiduran. Hari ini hari Sabtu, dirumah tak ada satupun orang. Kecuali kakaknya yang sedang tidur. Vita lagi duduk dengan kesal karena tadi tidak sengaja ia melihat pacar kakaknya jalan bermesraan dengan cowok lain. Ia tidurkan badannya disebuah sofa diruang tamu. Tak lama kemudian ada tamu yang datang. Dengan malas Vita membuka pintunya. Betapa kagetnya dia, ternyata yang datang Mey-Mey ceweknya Rendra. Dengan nada tidak suka Mey-Mey bertanya kepada Vita;
“ Mana Rendra?”
“ Tidur, ada perlu apa?” Jawabnya dengan jutek
“ Bukan urusanmu.” Mey-Mey lansung menerobos Vita yang berdiri didepan pintu

Dengan kesal Vita menarik tangan Mey-mey dan Mey-mey mendorongnya kebelakang. Dengan kesal Vita membuka suaranya;
“ Tau sopan santun nggak sih, mau kemana loe?”
“ Eh loe tu disini Cuma anak angkat jadi nggak usah sok deh, kapan aja loe bisa diusir dari sini.”

Vita lansung terhenyak mendengar kata-kata cewek itu.
“ Tega kali kakak ceritain ke dia” gumamnya dalam hati

Vita menarik kembali tangannya dan berkata;
“ Sampai kapanpun aku tak akan pernah meninggalkan rumah ini, karna disini keluargaku, sedangkan kau cewek murahan yang mengincar harta oarang saja, ku tau kamu tidak mencintai kakak saya, pi mencintai propesinya dan hartanya, kalau kamu nekat masuk kekamar kakakku maka ku kan ceritakan kejadian kamu jalan mesra sama cowok tadi.”
“ Jangan coba mengancam gue, low berani loe ngomong key gitu maka nggak segan-segan ku robek-robek mulutmu” ancam Mey-mey
“ Sayang aku tidak takut cewek matre and murahan”

Mey-mey lansung menampar pipi Vita. Vita yang juga emosi tidak terima begitu saja tamparan itu. Iapun membalasnya, pas sedang menampar Mey-mey
“ Vita apa-apaan kamu ni?” bentak Rendra
“ Dia duluan kak” Vita membela diri
“ Bohong yank, dia yang duluan, masa dia bilang aku cewek murahan yang nggak cocok buat kamu, katanya kakaknya hanya untuk dirinya, aku sudah mengingatkan low kalian adik-kakak jadi tidak akan mungkin itu terjadi, dia marah dan menampar aku.” Mey-mey mendekati Rendra
“ Dirumah ini tidak ada kekerasan, jika kamu mau ada kekerasan silakan tinggalkan rumah ini.”
“ Tapi kak dia duluan yang mulai, dia juga udah selingkuhin kakak.”
“ Tega kali dirimu memfitnah aku hanya karna kamu pengen dapatkan cinta kakakmu.”
“ Kamu memang murahan kok”

Dengan amarah Rendra menampar Vita. Vita benar-benar kaget menerima tamparan itu. Baru pertama ini Rendra menamparnya karna ceweknya.
“ Tampar lagi kak, tampar................”
“ Pergi kamu dari rumah ini.”

Dengan kesal Vita lari keluar rumah. Ia tak ada bawa apa-apa, sopirpun tak ada nampak. Terpaksa ia jalan kaki. Tak tau mau kemana yang ia tuju. Air matanya meleleh saja. Benar-benar sudah tak tahan lagi ia menahan air matanya. Ia benar-benar tak menyangka kakaknya berubah dan mengusir dia. Hari sudah larut malam, ia masih duduk dihalte. Tak tau mau kemana ia pergi.Ia duduk aja disana sendirian sambil menangis. Hujan pun turun deras, ada tiga orang cowok berhenti di halte. Ternyata cowok itu Alfi dan teman-temannya.
“ Fi tu kan adeknya Rendra.” Bisik seoarang temannya
“ Iya Fi, dia menangis, apa mungkin mau pulang nggak ada taksi”

Alfipun mendekatinya karna sudah tidak tega melihat mata Vita yang suda bengkak karna menangis.
“ Kamu ngapain disini Vit?” mau diantar pulang?”

Vita hanya diam saja. Melihat Vita diam Alfipun mengeluarkan Hpnya. Ia hendak menelpon Rendra.
“ Nggak usah nelpon Rendra kak, Kak Rendra tlah mengusir aku”

 

Jika anda ingin melihat selengkapnya bisa klik disini Download untuk mendapatkan filenya.

BERAWAL DARI SEBUAH PERSAHABATAN


Oleh: Maulana Eka Putra

Di suatu sekolah yang ku anggap tempat di mana aku bisa mengungkapkan segala ekspresi kehidupan di dalamnya, ternyata sekolah menjadi tempat yang indah untuk menemukan cerita-cerita indah yang bisa untuk dikenang. Selain sebagai tempat untuk menemukan segudang ilmu di sekolah juga menjadi tempat untuk kita menemukan berbagai jenis dan sifat teman yang kita jumpai, sesosok teman menjadi sebuah keindahan dalam menjalani kehidupan ini, selain itu di lingkungan sekolah kita juga dapat menemui benih-benih cinta yang akan tumbuh menjadi indah. Di sini lah ku mulai cerita itu.

Di suatu kelas yang amat seru dan mengasikan aku duduk bersama seorang sahabat yang telah ku kenal kelas sejak kelas 1 SMA yang bernama Randy. Kini kami telah duduk di kelas 2 SMA Negeri Jakarta. Aku telah berteman dengannya sejak kelas 1 SMA, entah mengapa di kelas 2 aku sekelas lagi dengannya.

Pada saat pelajaran berlangsung tiba-tiba seorang guru piket telah datang ke kelas ku. Guru piket itu datang tidak sendirian, tetapi bersama seorang cwe yang sebelumnya blum aku kenal dan belum juga aku lihat di sekolah ini. Yah, bisa di anggap lumayan cantik lahh cwe itu.
                “Wan, ada cwe tuuuhhhh” Randy memberi tahu padaku
                “Ya gue juga tau itu cwe, gue masih normal masih bisa bedain cwe sama cwo kaleee” gurau ku
                “yeee, biasa ajh kalee kan gue cuma ngasih tau”
Akhirnya guru piket itu menjelaskan kepada seluruh siswa di kelasku bahwa cwe yang telah datang bersamanya itu adalah murid baru yang telah mendaftarkan diri untuk bersekolah di sini.
                “Selamat pagi anak-anak” sapa guru piket itu
                “PAGIIIII BUUUU” jawab seluruh siswa di kelas ku
                “Oke, pagi ini kalian telah kedatangan siswa baru yang baru saja pindah dari Bandung, semoga kalian semua bisa berteman dengan baik bersamanya”
                “Selamat pagi teman-teman, nama ku Riska yang baru saja pindah dari Bandung. Semoga teman-teman dapat menerima saya dengan baik di sekolah ini” sapa cwe itu memperkenalkan diri

Semua teman-teman kelas ku pun mendengarkan dengan baik sedikit cerita mengenai sekolahnya di Bandung sebelum ia duduk untuk melanjutkan pelajaran.
                “Baik lah anak-anak itu lah sedikit cerita dari Riska. Semoga Riska dapat membagi pengalaman baiknya dengan teman-teman yang ada di sini”
                “Baik Bu” jawab Riska singkat
                “Wandi, bangku depan kamu ada yang kosong di situ ada yang menempatkan apa tidak ?” tiba-tiba guru piket itu bertanya pada ku
                “i..iiya bu, kosong ko bu” jawabku ragu-ragu karena dari tadi aku sedang memperhatikan wajah Riska yang cantik.
                “Yasudahhh Riska duduk di depan Wandi saja. Wandi, kamu jaga Riska baik-baik”
                “Oke deeehhhhh Buuuuu” jawab ku semangat

Akhirnya Riska pun jalan menghampiri bangku tempat duduknya yang telah di tentukan tepatnya di depan tempat duduk ku.
                “Hai Wandiii” sapa Riska sambil menyodorkan tangannya pada ku
                “Hai Riska, salam kenal yahh” aku pun menggapai tangannya
                “oh iya kenalkan juga teman ku ini namanya Randy” aku sambil menoleh kepada Randy
                “Hay” Jawab Riska singkat
                “hay juga” jawab Randy
.............

Tak terasa bel istirahat pun berbunyi aku berniat untuk mememui Riska, karena aku yakin Riska blum mempunyai teman semenjak dia pindah untuk bersekolah di sini semenjak pagi tadi. Aku pun mengajaknya untuk pergi ke kantin.
                “Riska, kamu ga ke kantin ??” tanya ku
                “engga, aku lagi males ke kantin, boleh ga aku nemenin kamu istirahat”
                “hmm, boleh ko”

Akhirnya aku pun bercerita panjang lebar bersamanya, menceritakan segala sesuatu mulai dari sekolah ,teman, dan hal lainnya mengenai suasana dan kondisi di sini. Riska pun juga menceritakan hal serupa kepada ku mengenai suasana dan kondisi yang ada di Bandung. Sungguh mengasikan bisa dekat dengan Riska walaupun baru pertama kali aku dekat dengannya.
................

Tak terasa aku dekat dengan Riska sudah hampir satu bulan ini aku telah memendam rasa dengannya. Aku pun berharap Riska juga memiliki rasa yang sama dengan ku, tapi aku belum bisa mengungkapkannya.
                “Wan,lo suka sama Riska yahh ??”
                “Kok lo bisa tau ??”
                “Udah deehh gak usah ngelak gue mah udah tau sikap temen gue sendiri hehehe”
                “Oke,thanks bro. Tapi gue lagi bingung niihh gimana caranya gw nembak dia, lagian gw juga deket sama dia baru sebulan”
                “Yaelah sebulan itu ga sebentar bro, udah tembak ajh entar keburu di ambil orang lohh”
                “Bener juga tuuhh”

Akhirnya setelah pulang sekolah hari itu sesampainya di rumah aku memikirkan kata-kata sahabat ku si Randy kalau aku dekat dengan Riska tidak sebentar. Aku pun berniat untuk menembak Riska. Hingga semalaman aku tidak bisa tidur karena aku sedang memikirkan Riska. Untuk menghilangkan rasa memikirkan Riska sekitar pukul 21:00 aku berniat untuk telpon dia, oke aku tau itu udah malam tapi aku ga bisa tidur kalo ga tau kabar dia, hahaha LEBAY yahhh hehehe.
                “Hay Riska”
                “Hay juga Wandi”
                “Kamu blom tdur jam segini ? Emngnya lagi ngapain ?”
                “Hmm blom nih, kamu juga blom tdur ? Aku lagi ada masalah niihh !”
                “Loh masalah apa ? cerita ajh sama aku mungkin aku bisa bantu kamu”
                “Oke deh aku bakalan cerita sama kamu, tapi besok yahh ga enak kalo cerita lewat telpon”
                “Yaudah besok cerita ajh di sekolah ? Oke ?”
                “Oke! Eh Wan, udah dulu yahh udah malem niihh aku mau tidur dulu”
                “Hmm oke dehh, met tdur yah Riska GOOD NIGHT hehehehe :D”
                “Hehe Night to WANDY J”

Akhirnya aku bisa juga mendengar suara Riska dan sedikit mengurangi rasa rindu ku ini, tapi kok aku makin gak bisa tidur karena penasaran dengan masalah yang di alami oleh Riska tadi. Hingga akhirnya aku baru bisa tidur pukul 03:00 dini hari.
...................
 
 “KRIIIIIINGG KRIIIIIINNGGGG KRIIIIINNGGGG” Jam weker di kamar ku pun berbunyi sudah saatnya aku bangun dan siap-siap untuk pergi ke sekolah. Memang cinta itu membuat ku tak terkontrol, akibat aku tidak bisa tidur semalaman mata ku pun terasa berat untuk di buka, tapi mau gimana lagi aku harus melakukan kewajibanku sebagai siswa untuk pergi bersekolah

Ternyata sesampainya di sekolah tepat di depan pintu kelas ku aku melihat seorang wanita yang sedang berdiri di sana, aku tak sadar ternyata itu adalah Riska tak tau kenapa mata ku pun langsung terbuka lebar walau pun mataku terlihat merah.
                “Hai Wandy, kok mata kamu merah ?” Riska menyambutku
                “E...eh Riska, engga ko gapapa” jawabku lemas
                “Hayo knapa ngomong ajah sama aku”
                “Hehe aku kurang tidur semalam Ris ..”
                “Loh aku kira abis telpon-an sama aku semalam kamu langsung tidur, pasti mikirin cwe yahh hayo ngaku hahaha”
                “Hahaha, tau ajh kamu Ris ?!” aku pun tak sadar mengatakan itu
                “Hah ? Siapa Wan ? kasih tau aku dong !”
                “E..eehh engga, aku becanda ko” aku pun mengelak

Aku tak sadar mengatakan itu, hampir saja aku keceplosan mengatakan semuanya kepada Riska tapi sebenarnya memang benar semalam aku tidak bisa tidur karena sedang memikirkan seorang wanita yaitu Riska, tapi aku belum berani mengatakan yang sebenarnya.

Aku pun beranjak ke tempat duduk ku, dan di sana sudah terlihat Randy yang sedang duduk di bangkunya
                “Wan, knapa mato lo merah gitu ?? wahh abis ngintipin cwe yahhh ??” Randy meledek ku
                “Huuusss, enak ajah lo semalem gue ga bisa tidur niihhh gara-gara mikirin Riska”
                “Ciiieee, makin deket ajh lo sama dia kan udah gue bilang tembak ajah dia”
                “Ya gue tau, tapi ga segampang itu juga kan itu semua perlu proses”
                “Bener juga siiihh hehehe”

Bunyi bel tanda masuk di sekolah ku pun berbunyi sebentar lagi pelajaran di sekolah akan segera berlangsung seperti biasa. Jam pertama di kelas ku adalah pelajaran Sejarah, dan pelajaran itu terkenal sebagai pelajaran yang sangat membosankan mungkin itu sama juga yang aku rasakan pada saat ini.
Hingga pelajaran itu berlangsung mata ku pun masih tetap terasa berat untuk terbuka, suasana makin mendukung pada saat pelajaran Sejarah sedang berlangsung. Tak terasa aku pun tertidur saat pelajaran hingga akhirnya guru Sejarah yang sedang mengajar mengetahui aku sedang tertidur pulas di meja ku. Dengan logat Medan nya guru itu membangunkan ku.
                “Hey Randy, bangunkan teman sebelah kau itu yang sedang tertidur”
                “Ehhhh Wan bangun, di panggil Pak Tigor tuuhh” Randy pun membangunkan ku dan aku langsung bangun sambil mengusap mata ku yang dari tadi pagi sangat mengantuk
                “Hey Wandy, berapa skor pertandingan Chelsea vs MU semalam ?”
                “3-2 Pak, eehhh” aku pun menjawab reflaek pertanyaan dari Pak Tigor
                “HAHAHAHAHA” teman-teman di kelas ku pun tertawa semua tak luput  Riska dan Randy pun juga ikut menertawakan ku
                “Sudah-sudah, cepat kau ke toilet dan kau cuci muka kau yang sangat lecek itu”
                “Baik Pak ..”
                “Jangan tertidur lagi kau di toilet”
                “HAHHAHAHAHA” lagi-lagi teman-teman di kelasku tertawa akibat lelucon dari Pak Tigor



Jika anda ingin melihat selengkapnya bisa klik disini Download untuk mendapatkan filenya.

benci jadi cinta


BAB 1: CINTA LOKASI
“Aurora sama Nico mana sih, jam segini belum nongol juga,”kata seorang cowok. Namanya Nathan.
“Padahal udah 15 menit kita tunggu didepan gerbang,”kata temannya. Petran.
“Tuh bukannya Nico ya.., kok ngayuh sepedanya kayak orang dikejar setan,”kata Petrus(kembarannya Petran).
“Awas Nat..,”teriak Nico hampir menabrak Nathan, untung aja sempat di rem.
“Busyet jantungan gue sekarang,”kata Nathan mengelus dadanya.
“Loe bakalan kena penyakit jantung dua kali Nat,”kata Petran melihat kearah jalan.
“Betul bangat Nat, yang ini bakalan lebih heboh,”sambung Petrus.
“Awas Nathan,”teriak aurora yang berusaha mengendalikan sepatu rodanya.
“Stop dulu,”kata Nathan.
     Langsung saja Aurora memutar badannya, melewati Nathan dengan mulus.
“Untung gak ketabrak tadi,”kata Petrus dan Petran.
“Kalau ada Auro gak mungkin ketabrak,”kata Aurora.
“Iya, gak ketabrak sih gak, tapi bisa buat jantungan,”kata Nathan.
“Yang penting loe gak mati,”kata Nico.
“Lagian kalian napain main kebut-kebutan kayak gitu?”tanya Petran.
“Tadi kami ditengah jalan ketemu,”jawab Nico
“Dan Nico ajak gue balapan, tapi dia curang. Masa dia mau adu pacu cepat sama sepatu rodaku,”kata Aurora.
“Yang penting gue lebih cepat sampai,”kata Nico.
“Dasar curang,”kata Aurora memasuki pintu sekolah, tanpa melihat kearah depan.
“Auro belakang loe,”kata mereka bersamaan.
     Buk.. sepertinya Aurora telah menabrak sesuatu. Dan setelah Aurora membuka mata ternyata dia menabrak musuh bebuyutannya. Donny. Dan Aurora jatuh tepat diatas rangkulan Donny. Oh.. my gosh.
   {Ternyata Auro manis juga}pikir Donny.
   {Donny lumayan ganteng ya..}pikir Aurora
     Teng..teng..teng..teng.. Terdengarlah bunyi bel yang menandakan kalau pelajaran akan segera dimulai. Dan pada saat itu juga barulah mereka tersadar kalau mereka saling berpelukan, yang tepatnya Donny yang merangkulnya.
“Jalan tuh pake mata dong, main nabrak aja,”kata Donny.
“Jelas-jelas jalan tuh pake kaki. Mikir dong..,”kata Aurora sambil menggerakan sepatu roda kesekeliling donny.
“Eh.. jelas-jelas loe tadi jalan gak liat kedepan, makanya jalan tuh yang bener dong,”kata Donny.
“Suka-suka gue dong mau jalan kayak mana. Mangnya ini jalan nenek moyang loe,”kata Aurora ketus.
“Ngajak berantem loe,”kata Donny.
“Sapa yang takut lawan loe,”kata Aurora.
“Udah-udah malah berantem di sini kalian,”kata Petran dan yang lainnya.
“Suka-suka boss kami dong mau berantem dimana,”kata Tarry salah satu teman Donny.
“Jaga tuh mulut ya,”kata Petran.
“Cari gara nampaknya nih,”kata salah satu teman Donny. James.
“Berani sini kalian,”kata Petrus.
     Akhirnya malah jadi main timpuk-timpukan deh. Sampai akhirnya salah satu guru pembimbing datang karna mendengar ada keributan.
“Aduh.. aduh.. apa yang kalian lakukan pada saat jam pelajaran?”tanya  guru yang bernama pak Santos.
“Gak ada apa-apa kok pak. Kami kan semua berteman,”kata Donny.
“Iya pak, kami kan pren(friend maksudnya) pak,”sambung Nico.
“Karna kalian sudah berbuat ribut pagi-pagi begini, kalian harus berdiri ditiang bendera sampai istirahat tiba,”kata pak Santos.
“Pak.. Janganlah pak, masih panas jam segini,”keluh Tarry.
“Kalian mau cepat berdiri didepan atau bapak tambahin hukuman kalian,”kata pak Santos.
“Iya deh.. iya deh pak..,”kata Donny langsung pergi.
“Tunggu boss. Awas kalian,”kata Tarry, James dan Anton
“Blee..,”ejek Petran dan Nathan.
“Kalian juga cepat pergi berdiri,”kata pak Santos lagi.
“Pak boleh main basket gak?”tanya Aurora.
“Boleh asalkan kamu tidak menghilangkan bola lagi,”jawabnya.
“Tenang pak saya bawa bola sendiri,”kata Aurora.
“Kalian juga, pergi sana,”kata pak Santos yang langsung pergi.
“Ro, kami gak ikut main ya, soalnya panas bangat. Bisa-bisa kulit makin item,”kata Nico.
“Ya udah deh.. gue duluan ya..,”kata Aurora yang pergi kearah lapangan basket.
     Yang tepatnya lapangan bendera sama lapangan basket itu dekat, palingan Cuma dikasih tiang sebagai pembatas. Kemudian Aurora pun pergi kebangku penonton dan menukar sepatu rodanya dengan sepatu basket. Aurora kalau kesekolah pasti membawa 3 sepatu, yang dia pake untuk berangkat kesekolah tuh sepatu roda, kalau udah masuk diganti sama sepatu sekolah, kalau dia lagi pengen latihan basket dia pake sepatu basket. Jadi kalau tasnya berat bukan karna buku pelajaran, tapi karna dia bawa 2 sepatu tambahan, ditambah sama bola basketnya.
     Kemudian dia mengeluarkan bola basket kesayangannya dari dalam tas, dan langsung menggiring bolanya sampai ring basket, langsung saja dia melemparkan bola tanpa melihat. Ternyata bolanya masuk. Memanglah Aurora paling jago kalau main basket, lihat saja tadi, gak liat ring aja bisa masuk, gimana kalau liat ring, bisa-bisa masuknya mulus tanpa hambatan.
“Suara bola basket ya tuh,?”tanya Donny.
“Iya lah, sapa lagi kalau bukan Aurora yang main,”jawab James.
“Biasalah anak kayak gitu,”kata Anton
“Tadi loe ngomong apa?”tanya Nathan.
“Gue bilang, sahabat loe tuh udah gila, masa jam segini main basket,”jawab Anton
“Teman-teman ayo kita hajar mereka,”kata Petran
     Mulailah perkelahian antara Donny cs dengan Nathan cs, tapi yang anehnya kali ini Donny gak terlibat dalam perkelahian ini, dia malah pergi kelapangan basket untuk melihat Aurora bermain basket.
     Ketika Aurora mau melemparkan bola lagi ternyata bolanya memantul terlalu jauh, sehingga bolanya terbang keluar lapangan, dan bolanya jatuh tepat diatas kepala Donny, yang baru mau masuk lapangan.
“Awww…,”kata Donny memegang kepalanya yang terkena bola.
“Sory Don, gak sengaja,”kata Aurora berlari menghampiri Donny.
“Kepalaku sakit,”erang Donny.
     Langsung saja anak yang lain hendak menghampiri Donny, tetapi ditengah jalan mereka baru sadar kalau ada Aurora dilapangan, jadi mereka kembali lagi ketempat asli mereka. Yaitu tiang bendera, untuk melanjutkan hukuman mereka.
     Aurora jadi merasa bersalah nih sama Donny.
“Sory Don, gue gak tau kalau mantulnya terlalu keras,”kata Aurora.
“Bantu gue duduk dibangku Ro,”kata Donny.
     Langsung saja Aurora membantu Donny duduk dibangku penonton. Dan Aurora langsung membuka kotak P3K kecilnya. Yang biasa dibawa untuk persiapan waktu latihan basket.
     Sambil mengoleskan Zambuk(obat yang biasa digunakan agar kepala tidak benjol) ke kepala Donny.
“Hati-hati dong kalau main bola,”kata Donny dengan suara lembut.
“Aduh.. sory deh.., tadi soalnya gue gak tau kalau ada orang,”kata Aurora.
“Gak apa-apa kok, yang penting gue gak sampai gegar otak aja,”kata Donny.
“Tumben loe baik, ada angin apa nih,”kata Aurora.
“Gue udah capek marah-marah ama loe, kalau gue marah ama loe nanti gue tambah pengen gangguin loe”kata Donny.
“Oooo.. ya udah, loe pergi kelapangan lagi sana, nanti kalau pak Santos tau loe bolos, bisa gawat,”kata Aurora menyimpan kotak P3Knya.
“Ya udah, bye Ro,”kata Donny langsung jalan kearah pagar.
“Bye Don,”kata Aurora pelan.
     Semenjak kejadian itu Aurora jadi gak semangat kalau ketemu Donny cs. Bawaannya pingin menghindar.
“Ro, loe napa sih, kalau ketemu Donny tuh langsung pergi?”tanya Nathan.
“Gue lagi gak mood sama Donny,”jawab Aurora.
“Mangnya loe diapain ama Donny,”kata Petran asal nyosor.
“Enak aja diapain,”kata Aurora kesal.
“Udahlah Ro, Petran tuh mang otaknya kotor,”kata Petrus.
“Jadi loe kok ngindar gitu Ro?”tanya Nico.
“Lagi gak pengen liat dia aja,”kata Aurora menekukkan kepalanya ke meja.
“Mana si Donny tuh, bisa buat Auro jadi kayak gini,”kata Nathan.
“Udahlah Nat, gue gak apa-apa kok,’kata Aurora.
     Ternyata dari pintu kelas, Donny cs mendengar semua percakapan mereka.
“Boss loe lakuin apa ke Auro?”tanya Tarry.
“Gak ada kok,”kata Donny.
“Gak usah bohong boss, pasti kemaren kalian udah baikan,”tebak James.
“Sok tau loe,”kata Donny langsung pergi.
“Malah ngambek dia,”kata Anton.
       Beberapa hari kemudian…
“Anak-anak, hari sabtu nanti kita akan pergi camping,”kata pak Santos.
“Yei..!!!”sorak Aurora dan sekawan-kawannya sebelum pak Santos menyelesaikan kata-katanya.
“Aurora diam,”kata pak santos.
“Eeee.. apalah bapak nih,”keluh Aurora.
“Gak bisa liat orang senang aja bapak nih,”kata Petran.
“ Bapak belum siap bicara, kalian seenaknya memotong”kata Pak Santos.
“Ya udah dilanjutin aja atuh pak,”kata Nico.
“Jadi… kalian besok harus kumpul disekolah jam 6 kurang,”lanjutnya.
“Pak barang apa aja yang harus dibawa besok?”tanya Gina.
“Kalian cuma perlu bawa perlengkapan kemah, lalu pakaian dan yang lain, sama alat-alat untuk makan,”jawab pak Santos.
  {Camping kali ini pasti menyenangkan}pikir Donny sambil senyum-senyum liat kearah Aurora.
“Don ngapain loe senyam-senyum gak jelas gitu?”tanya James
“Mau tau urusan orang aja loe,”kata Donny tajam.
“Ampun sob,”kata James.
~~~~
“Ro besok mau ikut gue gak?”tanya Nico.
“Gak mau gue, nanti loe main curang lagi,”jawab Aurora.
“Ya udah gue aja yang antar,”usul Petran.
“Gue bisa pake sepatu roda gue kok, mending kalian antar bidadari kalian,”kata Aurora menunjuk kearah Gina.
“Kan cuma mereka, gue gak Ro,”kata Nico.
“Lagi pula kan gue bukan anak kecil lagi,”kata Aurora.
“Udahlah Nic, nanti kita ketemuan aja di Sekolah,”kata Petran.
“Oklah kalau begitu, besok balap lagi mau?”tanya Nico.
“No, thanks Nic. Cukup hari pertama masuk aja,”kata Aurora.
“Hay Ro,”sapa Gina.
“Hay Gin, oh ya.. besok kita sekemah yuk,”ajak Aurora.
“Boleh-boleh..,”kata Gina.
“Hay Gina,”sapa Petran, Nathan dan Petrus bersamaan.
“Aduh.. kalau udah ketemu mending gue cabut dulu nih,”kata Aurora dan Nico langsung pergi.
“Tiga orang tuh kalau udah ketemu sama Gina pasti langsung melayang ntah kemana,”kata
Nico.
“Loe kayak gak tau mereka aja Nic,”kata aurora.
“Udah tau sih dari dulu, tapi mereka kok bisa berbarengan sukanya,”kata Nico.
“Gak tau juga tuh, tanya aja ama anak-anak tuh,”kata Aurora.
“Mau makan atau mau main basket loe?”tanya Nico.
“Main basket lah. Udah loe pegi makan aja, sekalian beliin makan buat gue juga,”kata aurora berlari kearah kelas untuk mengambil bola basketnya.
     Aurora setiap harinya pasti harus latihan basket, walaupun cuaca hari ini sangat tidak mendukung, tapi Auro tetap saja latihan.
     Sekian kalinya Auro melemparkan bola, tetap saja bolanya tidak mau masuk ring.
“Aduh.. nih bola kok gak bisa masuk sih,”keluh Aurora.
“Lempar bola harus dengan sepenuh hati, pikiran luar jangan dimasukin kedalam latihan, nanti bisa hancur permainannya,”kata Donny yang tiba-tiba datang sambil memantulkan bola
     Tiba-tiba terasa waktu terhenti ketika mereka saling berpandangan. Akhirnya Auro baru mengambil bolanya disamping lapangan.
“Sok tau,”kata Aurora cuek.
“Udah gak usah bohong, gue tau kok,”kata donny.
“Cih..,”desis Aurora.
“Kalau loe gak mau percaya ya udah, yang penting gue udah kasih tau loe,”kata Donny yang bertepatan dengan bunyi bel, “Udah bel tuh, gue balek dulu ya Ro.”
“Tungguin gue Don,”teriak Aurora yang menghentikan langkah Donny.
“Ok.. I’m waiting,”kata Donny.
“Tumben..,”kata aurora.
“Ya.. sekali-kali kan boleh,”kata Donny.
“Kalau gak boleh?”tanya Aurora.
“Akan kuusahain sampai boleh ditunggu,”kata Donny dengan nada yang yakin.
“Ok..,”kata Aurora.
     Pulang sekolah telah tiba…
“Anak-anak jangan lupa besok datang tepat waktu,”kata guru biologi yang langsung keluar kelas.
“Akhirnya pulang juga,”kata Petran.
“Iya, lama kali belajar Bio tuh,”sambung Petrus.
“Ntah, tadi tuh gue pikir belajar tentang tumbuhan, taunya malah belajar enzim-enzim gaje(gak jelas) itu,”keluh Aurora.
“Mending lagi kalian mikir gitu, tadinya gue kira hari ini gak belajar,”kata Nathan dengan seenaknya.
“Kurang jauh lagi mikirnya,”kata Nico dan Petran.
“Memangnya ada rangka apa ibuk tuh kasih kita bebas?”tanya Aurora menekankan suara di kata ‘ibu’, dan ditambah ‘k’ pula .
“Mana tau karna kita besok mau camping dikasih bebas,”jawab Nathan.
“Seenak perut loe ngomong kayak gitu,”kata Aurora dan yang lainnya.
“Udah-udah, kita pulang yuk.., nanti malam baru kita kumpul dimarkas (markasnya itu berupa rumah pohon, dan rumah pohonnya terletak di dekat hutan. Soalnya dihutan itu ada lapangan besar, makanya mereka jadikan markas),”kata Petran.
“Ya udah deh.. ayo cabut,”kata Petrus.
“Oi..!! tunggu dulu lah,”kata Aurora yang lagi memasang sepatu rodanya.
“Iya-iya kami tungguin,”kata Nathan.
“Dasar gak ada kerjaan, sampai harus bawa 3 sepatu,”kata Petran.
“Hari ini gue cuma bawa 2 kok,”kata Aurora.
“Loh.. tumben, yang satu lagi dikemanakan Ro?”tanya Nico.
“Yang sepatu sekolah gue malas bawa, jadi langsung pake sepatu basket aja,’kata Aurora.
“Dasar pemalas,”kata Petran dan Petrus.
“Enak aja kalian nih,’kata Aurora.
“Ampun sob,”kata petran.
“Udah jangan kelahi lagi, nanti gak akan selesai masalahnya,”kata Nathan.
“Awas loe,”kata Aurora.
“Astaga kalian nih, malah berantem lagi,”kata Nico.
“Pusing kalau kalian udah berantem, sampai mati pun gak akan bisa selesai kelahinya,”kata Nathan.
“Udah ah.. yuk cabut, nanti kemalaman pulangnya,”kata Petrus.
“Sikat abis,”kata Nathan dan nico.
“Mau sikat baju, dirumah gue aja,”canda Petran.
“Mending gue sikat baju sendiri, dari pada harus sikat punya loe,”kata Nathan.
“Udah ah.. kalian berdua nih ngomongin sikat baju aja,”keluh Aurora.
“Sekarang mendingan kita keluar dan pulang kerumah masing-masing,”kata Petrus.
“Betul itu,”kata Nico mengikuti Petrus keluar.
“Ayo jalan kalian berdua,”kata Aurora yang mendorong Petran dan Nathan keluar kelas.
“Mangnya loe kuat dorong kami berdua?”tanya Nathan.
“Kuat dong,”kata aurora.
“Mana bisa,”ejek Petran.
“Kayak gini caranya,”kata Aurora sekalian menggelitik bagian pinggang Nathan dan Petran.
“Ampun Ro, jangan gelitik lagi,”kata Petran.
“Makanya jangan bilang gue gak kuat,”kata Aurora langsung meluncur keluar kelas.
“Lama bangat sih kalian bertiga nih,”keluh Petrus ketika Aurora sampai di depan gerbang.
“Si Petran sama Nathan yang gak mau keluar,”kata Aurora.
“Enak aja, jelas-jelas Auro yang iseng gangguin kami,”kata Petran ketika mereka sampai.
“Iya betul itu,”sambung Nathan.
“Enak aja, jelas-jelas kalian yang gak mau keluar,”kata Aurora.
“Udah jangan kelahi lagi kalian,”kata Petrus.
“Ayo Nat, naik,”kata Nico yang memarkirkan sepedanya untuk Nathan naik.
“Beneran mau antar gue pulang?”tanya Nathan.
“Beneran nih, masa gak percaya,”jawab Nico.
“Ya udah, kami jalan dulu ya,”kata Petran dan Petrus menggunakan sepeda
“Bye,”kata Nico dan Nathan.
“Gue juga cabut dulu ya,”kata Aurora.
“Kok kami yang ditinggalin,”kata Nathan.
“Biarin aja,”Kata Aurora yang langsung mengencangkan gerakan kakinya.
“Nanti gue kejar loe Ro,”kata Nico yang langsung memutar sepedanya kearah gerbang.
“Kalau bisa,”teriak Aurora menghadap kebelakang.
“Ayo kita kejar dia Nic,”kata Nathan.
“Santap habis,”kata Nico yang langsung mengejar Aurora.
“Ayo kejar kalau bisa,”kata Aurora menambah kecepatannya.
“Pasti kalah lagi Ro,”kata Nico.
“Kurang ajar main nyelip,”kata Aurora.
“Biarin aja, yang penting menang,”kata Nico yang langsung melewati Aurora
“Jelas-jelas jalan kerumah kita beda mau balap pula,”kata Aurora
“Nic bukannya jalan rumah kita sama Auro beda ya?”tanya Nathan.
“Iya juga, pantasan dia gak motong jalan,”kata Nico.
“Gue duluan belok ya, bye Nic,”kata Aurora tiba-tiba sudah berada disamping Nico. Tapi Aurora belok ke kiri, Nico kekanan.
“Bisa sampai lupa pula gue,”kata Nico.
“Makanya jangan pikun,”ejek Nathan.
“Bilang gue pikun, tak gue antar pulang loe,”ancam Nico.
“Iya-iya, sampai sesadis itu loe,”kata Nathan. {}
   
BAB 2: CAMPING.. CAMPING.. OH.. CAMPING..
“Mama aku pergi dulu ya,”teriak Aurora.
“Aduh.. nak, kamu kok pakai bajunya gak rapi,”kata mamanya Aurora.
“Mama udah dong.., nanti aku bisa telat,”kata Aurora.
“Dik, jaga diri baik-baik ya,”kata kakaknya.
“Iya Kak. Udah ya aku berangkat dulu,”kata Aurora mencium tangan mama dan kakaknya.
~~~~
“Ma, pa, Nico berangkat dulu ya,”teriak nico minta pamit.
“Kamu sudah makan belum Nico?”tanya mama Nico.
“Sudah kok,”jawab Nico sambil memakai sepatu.
“Jaga diri baik-baik disana,”kata papanya.
“Nico kan udah gede pa,”kata Nico.
“Ya udah kamu berangkat sana, nanti telat,”kata mamanya.
“Pergi dulu pa, ma,”pamit Nico.
“Hati-hati dijalan nak,”kata mereka lagi.
“Iya..,”kata Nico berjalan keluar pagar
~~~~.
“Siapa lagi nih yang telat?”tanya Nathan kepada Petran dan Petrus, ketika dia sampai depan gerbang.
“Loe kayak gak tau aja sapa yang bakal telat,”jawab Petran.
“Ok.. gue udah tau,”kata Nathan.
“Hay guys..,”sapa Aurora.
“Tumben gak balapan ama Nico?”tanya Petrus kaget.
“Dia hari nih gak bawa sepeda,”jawab Aurora.
“Ooo.. pantasan aja,”kata Nathan.
“Jadi dia kesekolah pake apaan dong?”tanya Petran.
“Tunggu 5 menit lagi, setelah itu kalian akan tau dia pake apa,”Aurora.
     Kurang lebih 5 menit kemudian…
“Hay sob,”kata Nico yang sekarang berada didalam sekolah, dalam keadaan sesak nafas.
“Loe kok sesak napas kayak gitu Nic?”tanya Petran.
“Tadi gue dikejar anjing,”kata Nico.
“Kasian kali lah loe Nic,”kata Petrus.
“Gimana tuh ceritanya, sampai loe dikejar anjing kayak gini?”tanya Nathan.
“Tadi tuh waktu gue lagi jalan, tiba-tiba ada anjing yang gonggongin gue, terus gue lari deh. Tapi malah dikejar ama anjingnya,”kata Nico.
“Ya ialah loe main lari aja ketemu anjing,”kata Aurora.
“Sapa suruh muka anjingnya serem,”kata Nico.
“Itu namanya derita loe, betul gak,”kata Petrus.
“Betul dong,”kata Aurora dan Nathan serentak.
“Ayo anak-anak kalian semua berkumpul disini,”kata pak Santos menggunakan speaker.
“Baik pak,”kata semua murid.
“Anak kelas 1-a disebelah kiri, lalu anak 1-b disebelahnya dan 1-c disebelahnya lagi,”kata bu Filma.
“Sob.. Gimana kalau kita kerjain si Donny cs itu,”kata Petran.
“Ide yang bagus tuh, sekalian kita balas dendam.”kata Nico ikut nimbrung.
“Gimana kalian mau ikutan gak?”tanya Petran lagi.
“Camping kali ini akan jauh lebih menarik,”kata Aurora.
“Pastinya dong..,”kata Nathan dan Petrus.
~~~~
“Boss.. kayaknya kita perlu rencana buat kerjain mereka,”kata Anton yang sepertinya membaca pikiran Aurora dan kawan-kawan.
“Memang harus,”kata Donny yang terus mengamati gerak-gerik Aurora.
~~~~
“Ro kayaknya pangeran loe tercinta liatin loe terus tuh,”kata Petran.
“Yap betul itu,”kata Petrus.
“Hah~, Sapa?”tanya Aurora bingung.
“Itu-tuh si Donny,”kata Nico.
“Yang bener loe?”tanya aurora.
“Bener, kalau gak percaya liat aja sendiri,”kata Nathan
“Gak percaya gue,”kata Aurora sambil melihat kearah Donny.
     Dan ternyata apa yang dikatakan teman-temannya aurora tuh benar. Ketika Auro melihat kearah Donny, malah Donny senyum-senyum lihat Auro.
“Ok.. kalian betul sekali, dan itu sangat mengerikan,”kata Aurora.
“Apanya yang mengerikan Ro, itu bukannya awal yang bagus untuk kalian berdua,”ejek Petran.
“Jangan diejek dong Tran, nanti cowoknya marah lo..,”kata Petrus.
“Udahlah Rus jangan bilang gitu, nanti ngamuk anak orang,”kata Nathan.
“Kalian nih ngejek orang terus, ntar kualat loh,”kata Nico.
“Betul tuh,”kata Aurora.
“Anak-anak ini daftar kelompok kalian, jadi kalian harus bagi tugas untuk buat makanan, dan kalian juga harus saling membantu dalam pembuatan kemah. Dan ini pembagian kemah kalian, silakan dibagi menurut kelompok masing-masing,”kata bu Filma.
“Ro kita sekelompok lagi,”kata Petran dan Nathan.
“Yang benar aja loe,”kata Aurora langsung merebut kertas kelompoknya.
“Bener kan,”kata Petran.
“Wah.. yang dua ekor tuh dikemanain?”tanya Nathan.
“Kita beda kelompok nih,”keluh Petrus dan Nico.
“Kasian deh kalian,”kata Aurora.
“Tapi kita kan masih bisa lanjutin rencana kita,”kata Nico.
“Of course dong..,’kata Aurora dan Petran.
“Ya udah gue kekelompok dulu ya. Ayo kita cabut Trus,”kata Nico menarik tangan Petrus.
“Pak jangan lah loe tarik-tarik tangan gue. Sakit tau,”kata Petrus.
“Santailah,”kata Nico.
“Hay Ro,”kata Donny tiba-tiba muncul dari belakang.
“Ha….,”kata Aurora terpotong ketika melihat yang memanggilnya adalah Donny, “Elo.. ngapain loe disini.”
“Kan gue sekelompok ama loe,”kata Donny.
“Yang benar aja,”kata Aurora gak percaya.
“Nih.. liat sendiri kelompoknya,”kata Nathan menyodorkan kertas kelompok ke depan Aurora.
“Petran, Nathan, Aurora, Donny, dan Anton,”kata Aurora sambil membaca nama kelompoknya.
“Betulkan kata gue,”kata Donny.
“Kok kayaknya cuma gue sendiri yang cewek,”kata Aurora.
“Itu namanya derita loe,”kata Nathan.
“Nasib gue sial bangat hari ini,”keluh Aurora menempelkan kertas kelompok ke dahinya.
“Ro kita jadi sekemah, lalu kita sekemah sama Tarry,”kata Gina.
“Oooo.. bagus deh sekemah sama loe,”kata Aurora sudah tak semangat mendengarkan apa pun lagi.
“Hay Gina..,”kata Nathan dan Petran
“Hay juga..,”kata Gina.
“Jangan mulai lagi deh guys,”kata Aurora
“Ya udah Ro, nanti kita barengan ya”kata Gina.
“Sip itu Gin,”kata Aurora.
“Bye.. Ro.. dan yang lain juga,”kata Gina.
“Bye Gina,”kata Nathan dan Petran yang sepetinya sudah melayang ntah kemana.
“Oi.. sadar dong kalian,”teriak Aurora.
“Udah sadar kok Ro,”kata Petran.
“Mampus gue kalau sekelompok ama kalian,”kata Aurora yang langsung pergi menuju rombongan bus.
“Tunggu Ro,”kata Donny mengejar Aurora.
“Ayo jalan kalian,”kata Anton menarik tangan Nathan dan Petran.
“Loe ngapain ikutin gue,”kata Aurora ketus.
“Terserah gue dong,”kata Donny.
“Don, Ro, tolongin gue dong..,”kata Anton.
“Urus sendiri,”kata Aurora dan Donny bersamaan.
“Astaga jadi gue yang kena nih,”kata Anton.
“Gina oh gina,”kata Nathan.
“Udah kalian gak usah Gina ke Gina,”kata Anton.
       Ketika menaiki bus hampir semua anak yang berada didalam bus tertidur, alih-alih guru-guru jadi susah membangunkan mereka. Ketika sampai ditempat camping, Aurora, Gina dan Tarry cepat-cepat membuat kemah didekat tempat kami akan membuat api unggun. Soalnya dimalam hari udaranya sangat dingin makanya buat tenda didekat api unggun.
     Dari kejauhan nampaklah Nathan dan Petran yang sepetinya akan menghampiri Gina.
   {Aduh bisa kacau nih kalau mereka sampai datang, apalagi tenda kami belum siap}pikir Aurora.
“Hay Gina, mau kubantu,”kata Nathan dan Petran yang langsung mengambil alih kerjaan Gina.
“Gak apa-apa, aku bisa kerja sendiri,”kata Gina merebut kembali kerjaannya.
     Akhirnya mereka malah main dorong-dorongan ditambah lagi tarik-tarikan.
     Tiba-tiba datang pula si Donny yang hendak menolong Aurora.
“Sini Auro biar gue bantuin,”kata Donny sambil memegang tiang yang menyangga tenda.
“Gak apa, gue bisa kerja sendiri,”kata Aurora merebutnya kembali.
“Biar gue yang bantu aja,”kata Donny.
     Ternyata tiba-tiba dari belakang si Anton mendorong Aurora kearah Donny dan apa yang telah terjadi. Ternyata Aurora jatuh lagi di atas Donny. Biar dipertegaskan, Aurora jatuh LAGI di atas Donny. Mau berapa kali sih jatuhnya.
“Sory Ro tadi gak sengaja kedorong,”kata Anton.
“Hati-hati dong kalau lagi jalan,”kata Donny.
“So- So- sorry Don, tadi gak sengaja,”kata Anton terbata-bata.
“Jalan tuh liat-liat dong, main nabrak aja,”kata Aurora yang berusaha naik, tetapi sepertinya kakinya terkilir dan Aurora pun terduduk ditanah. Untung bukan diatas Donny lagi.
“Hati-hati Ro,”kata Donny yang kaget.
“Gak apa-apa,”kata Aurora.
“Ro loe gak kenapa-napa kan?”tanya Petran yang segera menghampiri aurora.
“Gak kok, gue baek-baek aja,”jawab Aurora.
“Beneran nih, gak kenapa-napa,”kata Nathan.
“Iya, udah kalian pergi buat tenda kalian sana,”kata Aurora mendorong mereka pergi.
“Tapi benarkan loe gak kenapa-napa?”tanya Nathan.
“Iya Nathan, gue masih baek-baek aja, lihat nih, gak ada apa-apakan”kata Aurora sambil menggerakan kakinya, kaki yang diangkatnya sebenarnya bukan yang terkilir, tapi satu lagi.
“Auro coba angkat kaki satunya lagi,”kata Donny.
“Mangnya kenapa?”tanya Aurora. {Mati gue ketahuan,}kata Aurora dalam hati.
“Gak kenapa-napa sih, cuma mau mastiin aja kedua kaki loe gak kenapa-napa,”jawab Donny.
“Eeee.. kaki gue gak kenapa-napa kok, kami mau lanjutin pasang tenda dulu nih, kalian gak mau pergi pasang tenda?”tanya Aurora.
“Ya udah deh.. Kami duluan ya.. Bye..,”kata Donny, Petran, Anton dan Nathan.
“Bye..,”kata Aurora, Gina dan Tarry.
“Nih.. gara-gara loe Ton,”kata Donny ketika mereka pergi.
“Loh.. kok gara-gara gue sih,’kata Anton.
“Iya, gara-gara loe kakinya Auro jadi terkilir,”kata Donny.
“Betul itu,”kata Petran dan Nathan yang asal nyambung.
“Liat tuh, mereka aja bilang iya,”kata Donny.
“Tapi itu juga demi loe Don,”kata Anton.
“Demi gue? itu mah bukan demi gue dodol,”kata Donny.
“Jelas-jelas yang jatuh Auro masa demi Donny,”kata Petran.
“Betul tuh,”kata Donny.
“Lagian kan Donny juga ketimpa, masa demi dia,”kata Nathan.
“Betul itu Ton, makanya mau lakuin sesuatu tuh mikir dulu, bukan lakuin dulu baru mikir,”kata Donny yang meletakkan tas ranselnya.
~~~~
“Auro kayaknya Donny suka ama loe tuh,”kata Tarry.
“Enak aja. Mana buktinya?”tanya Aurora.
“Tuh kamu lihat saja sendiri, daritadi itu Donny marah-marah sama Anton, gara-gara Anton dorong kamu sampai kaki kamu terkilir,”kata Gina yang menunjuk kearah Donny.
“Apaan sih kalian nih,”kata Aurora yang mukanya sedikit merah.
“Aaaa.. mukanya udah merah tuh,”kata Tarry.
“Betul itu, makin merah saja tuh Auro,”kata Gina yang ikut nimbrung.
“Udah ah.. kalian berdua nih,”kata Aurora memasuki tenda.
“Jiah.. ngambek dia Gin,”kata Tarry.
“Sudah biasa itu Tar,”kata Gina.
“Apanya yang udah biasa,”kata Aurora.
“Sudah biasa lihat kamu ngambek,”kata Gina.
“Gin, Auro mana?”tanya Donny yang datang tiba-tiba.
“Auro disini,”jawab Aurora yang langsung muncul dibalik tenda.
“Auro anak-anak mau bagi tugas tuh,”kata Donny.
“Tugas?”tanya Aurora masih gak tersambung.
“Nanti ngomong disana.. gue manggil loe supaya kita bisa kumpul,”kata Donny.
“Hah~,”erang Aurora yang masih tidak mengerti.
“Dasar dodol, udah ikut gue aja,”kata Donny menarik tangan Aurora.
“Aw..,”erang Aurora ketika dia berjalan.
“Napa Auro?”tanya Donny.
“Gak kenapa-napa kok,”jawab Aurora.
“Ro jangan bohong deh,”kata Gina yang mengecek kaki Aurora.
“Gak pa-pa kok Gin,”kata Aurora menarik kakinya, untuk menghindari terlihatnya luka memar dikakinya yang terkilir.
“Auro diam,”kata Gina.
“Udahlah Gin gue gak kenapa-napa kok,”kata aurora ketika Gina melihat kakinya yang memar.
“Kayak gini loe bilang gak kenapa-napa,”kata Tarry ikut nyambung.
“Don bantu kami untuk menyembuhkan Auro,”kata Gina yang menatap kakiku, seakan-akan ingin dimakan.
   ~Auro siap-siap akan kumakan kakimu, hahahaha…~kata Gina dalam bayangan Aurora.
   ~Ayo teman-teman kita santap makan siang kita~kata Tarry
   ~Ayo.. Serbu..~kata teman-teman Aurora yang lain.
“Gue gak mau, gue gak mau,”kata Aurora yang baru membayangkan sesuatu yang buruk.
“Auro diam, jangan berisik,”kata Tarry.
“Auro loe kalau berisik terus kapan loe bisa sembuh,”kata Donny.
“Betul tuh, dengar kata-kata pacar kamu,”kata Gina.
“Heh~ pacar,”kata Aurora yang langsung berhenti teriak.
“Biar gue ralat, calon pacar,”kata Tarry mempertegaskan kata-kata ‘calon’.
“Iya.. betul itu,”kata Gina.
“Kurang ajar kalian,”kata Donny pelan namun Gina dan Tarry bisa mengerti dari tatapan Donny.
“Kalian nih,”kata Aurora.
“Diam aja, biar kaki loe kami yang urus,”kata Tarry.
“Tenang ya auro, aku urut sebentar,”kata Gina sambil memegang bagian yang memar.
“Aw.., sakit Gin,”kata Aurora memelas.
“Gin pelan-pelan dong, kasian tuh,”kata Donny miris melihat Aurora kesakitan.
“Udah Don, biar kami aja yang urus,”kata Tarry masuk ketenda untuk mengambil kotak P3K.
“Oi.. Don lama bangat sih panggil Auronya,”kata Petran yang menghampiri Donny.
“Kaki si Auro memar tuh,”kata Donny sambil menunjuk kearah Auro.
   {Mati gue, bakalan kacau nih,}erang Aurora dalam hati, {Bisa-bisa Petran ama Nathan malah makin bantuin gue urut. Aduh.. kacau nih,}
“Auro.. bandel ya dibilangin,”kata Petran.
“Nat.. Petran tuh,”kata Aurora merajuk sama Nathan.
“Eitss.. tak ada merajuk-merajuk lagi, sapa suruh bandel,”kata Nathan.
“Nathan nih jahat lo..,”kata aurora.
“Udah siap Auro buat kesembuhan kakinya,”kata Tarry yang mengeluarkan kotak P3K.
“Pelan-pelan ya Gin, jangan makin lama makin dikerasin,”kata Aurora.
“Tenang itu, bisa diatur,”kata Gina.
“Ok ya, awas kalau kencang-kencang,”kata Aurora.
“Gak jadi masalah Auro,”kata Tarry.
     Untungnya kaki Aurora jadi lumayan sembuh, berkat pijitan jitu dari Gina. Dan malam di hutan ini terasa sangat dingin sehingga Aurora, Gina dan Tarry terus duduk didekat api unggun, padahal malam ini ada acara ‘ayo kita cari jejak’ tapi kayaknya aurora gak bisa ikut deh, soalnya katanya Donny...
“Auro malam ini kamu di tenda aja ya,”kata Donny ketika Aurora sedang memasak untuk tempat sekelompoknya.
“Loh.. kok gitu sih, malam ini kan kita mau cari jejak,”kata Aurora.
“Kaki loe kan masih belum terlalu sembuh, nanti kenapa-napa lagi,”kata Donny sambil membantu Aurora buat masak.
“Udah, tenang aja gue bisa jaga diri,”kata Aurora.
“Jadi loe beneran mau ikut?”tanya Donny.
“Yaialah, masa kalian menikmatinya sendiri,”jawab Aurora.
“Pikirin yang baik-baik dulu deh.., nanti kabarin ya,”kata Donny yang langsung pergi.
“Don!”teriak Aurora.

Jika anda ingin melihat selengkapnya bisa klik disini Download untuk mendapatkan filenya.

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

About