Minggu, 09 September 2012

RINDUKU KENANGANKU

oleh: Rica Okta Yunarweti

               Cahaya keemasan matahari dan hembusan angin sore membuat daun-daun kecil berguguran di pinggir danau dan menyilaukan pandanganku pada secarik kertas di depanku. Hari-hariku terasa menyenangkan dengan sebuah kuas yang terukir namaku “Diana”. Yah, boleh dikatakan aku gemar melukis di tempat-tempat yang menurutku indah dan tenang. Apalagi dengan seorang sahabat, membuat hidupku lebih berarti.
               Dari kejauhan terdengar alunan biola nan merdu semakin mendekati gendang telingaku. Alunan merdu itu membuatku semakin penasaran.
               “Ya sudahlah, mungkin hanya perasaanku saja”
               Dengan rasa penasaran, aku sambil mengemas peralatan lukisku dan mengendarau sepeda menyusuri jalan komplek rumahku yang berbukit dan rindangnya pepohonan sepanjang jalan di bawah cahaya mentari yang mulai redup.
* * *

Pulang petang menjadi hal yang biasa bagi Lintang. Seorang gadis tomboy berambut hitam panjang yang selalu di kuncir ke atas. Dia selalu bermain basket di bawah rumah pohonnya, letaknya di samping danau yang airnya tenang, setelah pulang dari les. Dengan mengusap keringat di pipinya dia bergegas menyusuri komplek rumahnya dengan perasaantakut karena selalu pulang telat.
Pada waktu yang bersamaan, Diana meletakkan sepedanya ke garasi dan melihat Lintang.
               “Lintang,, Lintang,, dari mana saja kamu?
               “Aku mencarimu! Kata Diana
               “Aku main basket di tempat biasa, di bawah rumah pohon. Ma’af, udah buatmu khawatir.”
               “Entahlah…. Sudah dulu ya, bau banget nih.
               “Huuhh,, dasar cewek gadungan, aku dicuekin lagi…! Kesal Diana
               Dengan rasa kesal, gadis itu pun masuk ke kamar khayalannya. Meletakkan peralatan lukisnya di sudut ruangan dekat lemari kaca yang penuh dengan boneka kucing dan patung kecil yang terbuat dari tanah liat. Ia selalu menatap lukisan sunset yang di belakang pintu kamarnya. Ketika melihat itu, ia merasakan tenangnya dunia di laut lepas.
* * *
               Lintang segera membersihkan dirinya karena takut ibunya marah. Ibunya pun heran melihat tingkah anak semata wayangnya itu. Sifat keras kepala Lintang yang biasanya tampak, namun kala itu hati tomboynya bisa luluh dengan rasa bersalahnya. Ketika ia duduk di atas kursi yang tinggi sambil mengamati indahnya malam. Tiba-tiba ia merasakan sakit pada badannya, perutnya nyeri dan nafasnya terasa sesak. Lintang bingung dengan apa yang dia rasakan dan tiba-tiba ia terjatuh dari kursi tingginya, mencoba mengendalikan diri untuk bangkit ke tempat tidur dan beristirahat.
* * *
               Teriknya mentari dan angin sepoi-sepoi yang dirasakan di bawah pohon nan rindang, membuat siswi SMA ini hanyut dalam omajinasi. Khayalan yang sungguh nyata membawa ia larut dalam impian.
               “Hai Diana, asyik bener nih melukisnya, lihat dong. Pasti lagi gambar aku kan? Kejut Lintang
               “Hmm,, ngapain juga aku gambar kamu. Seperti gak ada objek lain aja yang lebih bagus.. hahahha..
               Mereka begitu asyik bercanda tanpa menghiraukan teman yang lain di sekitarnya yang merasa kebisingan karena tingkah mereka yang sungguh beda dengan siswi lainnya. Dan anak-anak yang lain sebaliknya sudah merasa biasa dengan sikap mereka itu.
               “Aku mau cerita..tapi……….(serius Lintang_
               “Cerita aja…ada apa? ( menatap Lintang kebingungan)
               Tiba-tiba, Lintang terjatuh. Kata-kata yang ingin ia bicarakan tidak mampu terucap. Kepanikan gadis seni ini sungguh luar biasa. Ketika di ruang UKS, Lintang terbaring tak berdaya. Diana berlari menyusuri kelas dan mencari telepon di sekolahnya. Untuk memberi kabar pada orang tua Lintang dan membawanya ke rumah sakit..
               “Aku ada di mana? Ada apa denganku? ( sadar Lintang)
               “Kamu ada di rumah sakit. Kamu tadi pingsan di taman belakang sekolah. Kamu nggak apa-apa kan? (khawatir Diana)
               “Aku sakit apa? Mana ayah?”
               “Dokter masih belum memberitahukan pasti penyakitmu. Ayahmu masih dalam perjalanan. Bersabarlah sebentar. Cepat sembuh ya,, biar sore ini kita bisa belajar bareng, kan kamu udah janji kemaren.”
               “Mungkinkah penyakitku itu serius?””ahh, jangan berpiir gitu, kamu pasti sembuh. Semangatlah, aku akan ada di sampingmu..”
               “Sudah, sekolah sana. Biar pintar, dan bisa membalap rangkingku. Hhaha…”
               “Iihh,, kamu. Calon ilmuan gini diejekin. Pasti dong aku bisa. Hhehe”
               “Ya deh,, buktikan ke aku ya nanti.”
               “Iya, pasti. Suatu saat kita akn merayakan keberhasilan kita. Aku ke sekolah dulu ya.! Sebentar lagi, orangtuamu juga akan ke sini. Bye !!”
               “Bye.. Hati-hati ya Diana. Thank’s!"
* * *
               Jalan lorong sekolah tampak sepi, hanya ada seorang gadis berambut hitam pendek duduk di depan kelas musik sambil membawa biola dengan wajah yang tampak murung, Diana segera menghampirinya.
               “Hai, kenapa kamu sendiri? Nggak masuk kelas?” Tanya Diana heran
               “Hmm, aku.. aku.. mau sendiri di sini aja.”
               “Jangan seperti anak kecil, ayolah masuk. Tapi, apa yang membuatmu sedih?” penuh heran
               “Tadi, ketika ada pemilihan bakat pemain biola, aku ada kesalahan memainkan nada, sampai-sampai alunannya nggak enak didengar. Mereka menertawakanku, padahal aku baru saja pindah ke sekolah ini jadi aku masih belum pandai memainkan alat musik seperti biola ini..”
               “Kamu sudah hebat kok, kamu bisa memainkan alat musik kesukaanku, dan aku… aku hanya bisa menggambarnya. Yang penting, tetap berjuang!! Daah..aku ke kelas dulu ya..”
               “Thengs.. siapa namamu?”
               “Diana!" Teriaknya.. (sambil berlari)
               Nafas yang terengah-engah membasahi wajah gadis lembut nan periang itu. Diana segera masuk ke kelas lukisnya yang sudah mulai belajar. Sambil menyapu keringatnya, teringat sahabatnya yang terbaring lemah.
               (Mungkinkah kami akan terus bersama?) dalam hatinya berkata.
               Ibu Tari masuk ke kelas tiba-tiba. Meihat Diana yang sedang melamun segera menghampirinya.
               “Diana, kenapa kamu?”
               “Ohh.. Ibu. nggak apa-apa bu.”
               “Kamu bohong, da masalah ya? Tidak biasanya kamu seperti ini!”
               “Ii..ia bu.”
               “Memangnya ada apa, sampai-sampai mengganggu pikiranmu seperti ini?’
               “Sahabatku, Lintang. Dia masuk rumah sakit dan sepertinya penyakitnya parah.”
               “Ohh,, Lintang ya. Gimana kalau sepulang sekolah kita menjenguknya” ajak bu Tari
               “Ibu mau menjenguknya? “
               “Iya,, nggak apa-apa kan?”
               “I..ya. nggak masalah.” Semangat Diana
               Ibu Tari adalah guru yang paling disukai banyak siswa. Tak kadang banyak siswa yang curhat. Beliau memiliki jiwa keibuan, walaupun beliau belum menikah. Beliau sangat perhatian dan mengerti perasaan orang lain.
               Ibu Tari memberi semangat Diana, membuat ia semangat pula bertemu Lintang. Ia menyelesaikan lukisan pemandangan dengan kuas kesayangannya. Kali ini, ia mendapat pujian dari teman-teman dan bu Tari. Sampai-sampai lukisannya akan diikutkan dalam pameran lukisan. Lukisannya menggambarkan eorang gadis berkerudung duduk di atas tebing tinggi yang dihantam ombak di tepi pantai. Lukisan itu pun dihiasi pantulan sinar matahari di penghujung hari. Gambarnya begitu nyata, dan membawa dalam khayalan. Diana dan bu Tari pun berangkat menjenguk Lintang.
Hanya mereka berdua yang masih berada di sekolah. Tak heran, suara mereka menggema ketika lewat lorong sekolah. Diana melepas pandangannya ke arah taman di samping lapangan basket. Ia sempat kaget ada seorang gadis duduk di atas potongan pohon. Ketika ia hampiri, ternyata gadis biola itu.
               “Hai, belum pulang?" Sapa Diana
               “Hmmn. Belum Diana’
               “Ngapain kamu sendiri di sini, Zy?” Sahut bu Tari
               “Lho, ibu kenal dia?” sahut Diana
               “Uta, ibu kan juga mengajar kelas musik. JadI ibu kenal Lizy”
               “Ohh, namamu Lizy ya?”
               “Iya,, ibu mau ke mana, kok sama Diana?”
               “Ibu sama Diana mau ke rumah sakit, jenguk sahabatnya Diana. Kamu mau ikut?”
               “Ya,, boleh. Ayo! Panasnya terik matahari sudah mulai membakar kulit nih..” ajak Lizy
               “Hhhhaha….” Sambung Diana
* * *
               Diana meletakkan sekeranjang buah yang di bawanya. Kebetulan, kapten tim basket mereka juga jenguk Lintang. Rasa tak percaya meliputi kedua sahabat ini. Dalam keadaan yang tak mudah untuk mereka bersenda gurau. Padahal, rame kan, semuanya pada kumpul.
               “Bagaimana keadaanmu?” kejut Lizy
               “Ya, lumayan lah, agak mendingan.” Dengan suara datar sambil menunduk.
               Lintang mengangkat kepalanya, dan…. “Haahh,, Lizy!” teriaknya
               “Bagaimana bisa kamu di sini Zy?”
               “Syukurlah. Tadi aku diajak bu Tari dan Diana. Dan ternyata, yang terbaring saat ini adalah sahabatku.”
               “Sebenarnya, kamu sakit apa sih?” sambung Diana
               “a..ku, sakit Leukimia..”
               Semuanya tercengang, tak ada seorang pun yang berani memulai pembicaraan. Termasuk kapten basket Deva yang langsung terdiam ketika ia memainkan dasinya..
               “Kalian tak usah khawatir, di sisa umurku ini aku tak akan membuat kalian kecewa”
               “Jangan bilang begitu, yakinlah kamu masih bisa bermain basket lagi..” sahut Deva
               “Yaa, teruslah bersemangat. Siapa yang tahu kan takdir Tuhan. Semoga kamu cepat sembuh.” Sambung bu Tari
               ( Lintang terharu mengingat dan menyimpan momen ini. Ia memejamkan matanya hingga butiran air menetes di pipinya). Semuanya merasa iba padanya, khususnya Deva teman basketnya yang justru tidak mau kehilangan main lawannya walaupun Diana dan Lizy merasakan halyang sama dengannya. Bu Tari memulai pembicaraan setelah semuanya membeku.
               “Hari mulai sore nih, kalian semua masih belum ada yang mau pulang?”
               “Belum bu, sebentar lagi.” Jawab mereka serempak.
               “Ya sudah, ibu pulang duluan. Cepat sembuh, ya Lintang. Jangan patah semangat, kasihan sahabat dan tim basketmu, pasti mengkhawatirkanmu. Asalamualaikum…” kata bu Tari
               “walaikumsallam.. Iya bu, makasih. Hati-hati ya bu..”
               Suasana berubah menjadi hening kembali..
               “Aku tak ingin kehilanganmu, Lintang. Selalu ingat kata-kataku…" (bisik Diana)
               “Kamu-Sahabat_Terbaikku” mereka serempak.
               Hari ini terasa cukup singkat. Membawa mereka dalam canda tawa dan kerinduan. Diana dan Lizy segera pulang membawakabar perih dan memandang dengan rasa tak percaya. Diana teringat akan lukisannya. Di dalam hatinya dia ingin menjual lukisan itu untuk biaya Lintang. Ia merasa iba melihat orang tua Lintang pergi bolak balik mencari uang.
               “Diana, ada apa denganmu?’ kejut Lintang
               “Tidak, kami harus pulang. Hari sudah mulai gelap nih”
               “ohh, ya. Besok mungkin aku sudah diperbolehkan pulang jika kondisiku stabil”
               “Cepat sembuh, ya”……
* * *
Di depan lukisannya, Diana duduk termenung sambil menulis di buku diarynya.
Malam ku sepi..
Tak sanggup ku mengungkapkan
Air mata membendung di kelopak mataku..
Walaupun aku tertawa, tapi aku tetap merasakan bila hati ini menangis melihat nya tersenyum.
Jika Engkau mengizinkan. Takkan ku biarkan ia terbelenggu…
Kamu_sahabat_Terbaikku

               Ia simpan buku diarynya di tumpukkan buku pelajarannya. Diana memikirkan solusi untuk membantu Lintang. Iameluangkan waktu untuk melukis sebanyak-banyaknya untuk di jual tanpa sepengetahuan Lintang. Lizy yang baru dikenalnya juga turut membantu. Tak heran, ibunya Diana tiap hari selalu menyiapkan keperluanlukisnya. Malam semakin larut, Lizy yang juga tampak terlihat lelah memutuskan untuk menginap. Mereka terbaring di tempat tidur, namun tak ada salah satu dari mereka yang tertidur.mereka sama-sama ingin merencanakan sesuatu….

3 hari kemudian…

               Pohon-pohon yang menjulang tinggi disinari matahari yang masuk dicelah-celah dedaunan yang rindang. Diana dan Lizy sengaja membawa Lintang ke danau. Diana menggelar tikar, menyusun makanan, peralatan lukis, dan tempat mereka duduk. Sedangkan Lizy bersiap-siap di atas rumah pohon sambil memegang biola kesayangnnya. Namun dengan Lintang, ia justru merasa kebingungan dengan kedua temannya itu, sambil mengikik heran melihatnya.
               Diana memulai dengan memukul kedua kuasnya menandakan Lizy yang memainkan alunan biola yang merdu dengan lagu berjudul “semua tentang kita” sambil bernyanyi.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati
Teringat di saat kita tertawa bersama
Ceritakan semua tentang kita

Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat duu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kitaberduka saat kita tertawa

               Ketika lagunya selesai, tiba-tiba mereka semua terdiam sejenak. Suasana seperti di pemakaman, sepi, sunyi, hening, hanya hembusan angin yang terdengar. Diana membuka pembicaraan.
               “Dan aku baru ingat. Dulu ketika aku melukis sendiri di sini aku kagum dan penasaran siapa yang memainkan biola ternyata… itu kamu, Lizy!”
               “Iya,, tengs. Aku sengaja memainkannya karena semenjak aku tinggal di sini aku sangat kesepian. Dan ketika aku menemukan tempat indah ini, setiap sore di waktu luangku, aku bermain biola. Kebetulan, aku melihat seorang gadis sedang melukis.”
               “waah.. kalian sungguh hebat! Aku juga kagum pada kalian, kalian sendiri yang membuat acara ini dan kalian juga yang mendapatkan kejutan. Ketika pertama kali bertemu Diana, aku juga kagum atas sikapmu yang selalu memperdulikan teman-temanmu. Jika aku pergi nanti jangan lupakan persahabatan kita ini ya..”
               “Ah, kalian ini selalu membuatku GR. Tapi makasih ya atas pujiannya.ku yakin, kalian juga mempunyai keistimewaan masing-masing. Dan kamu Lintang, si cewek gadungan. Masa jiwa tomboymu yang tegar dipatahkan dengan adanya penyakit ini. Justru dengan ini kamu bisa bertambah tegar yang tahan bantingan.. hahaha.
               “Emang aku bola, tahan bantingan. Hahaha! Ketus Lintang
               Diana tak ingin membuat hati teman-temannya terluka, ia selalu mencoba untuk tersenyum walau di hatinya sangat mengganjal. Tak lupa, Diana melukis simbol persahabatan mereka “LiDiZy”. Dari kejauhan Deva sedang bersepeda mengitari danau, melihat tingkah mereka yang terlihat ekspresif dan penuh canda tawa. Tapa berpikir panjang, ia menghampiri ketiga cewek itu sambil membawa gitarnya dan langsung duduk di tikar.
               “Eh, kamu. Udah minta izin dengan yang punya belum? Sembarangan aja duduk.” Judes Diana
               “Kok gitu, sih Diana. Nggak apa-apa kok.” Bela Lintang
               “Coba deh kalian lihat, dia mau ngehancurin acara kita.” Sebel Diana
               “Eh kamu, bagai ratu aja. Lintang aja nggak keganggu. Sekali-sekali dong aku ikut gabung. Kan jarang-jarang bisa dekat sama cowok popular di sekolah. hitung-hitung kesempatan buat kalian.”
               “Ya sudah, cukup. Kita nyanyi bareng lagi yuk….” Lerai Lizy
               “Eh, ganti dong simbolnya jadi…(berpikir sejenak) “LiDiZyVa” kan lebih keren!” sahut Deva
               “Ah, kamu ini ada-ada saja. Semoga masih ada ruang untuk menulis namamu ya.. hahaha
               “hhuuhh…”
               Seharian mereka jalani untuk menghibur Lintang. Walaupun diantara mereka baru saling mengenal, tapi mereka seperti mempunyai kekuatan magnet. Hari-hari mereka selalu bersama.
* * *
               Waktu yang tepat ditemukan Diana dan Lizy untuk menjalani rencana kedua mereka. Mereka sudah mengatur strategi agar lukisan Diana laku terjual. Hampir 2 minggu penuh mereka meluangkan waktu untuk menjualnya. Uang yang terkumpul lumayan banyak, dan segera mereka berikan pada orang tua Lintang tanpa sepengetahuan Lintang. Deva yang biasanya sibuk dengan tim basketnya, akhirnya ikut membantu juga.
               Di waktu yang bersamaan mereka datang ke rumah Lintang secara tersembunyi, mereka melihat Lintang kesakitan sambil memegang perutnya. Kekhawatiran mereka tak dapat dibendung. Mereka segera membawa Lintang ke rumah sakit dan memberitahukan orang tuanya. Mengingat Lintang adalah anak semata wayang orang tuanya.
               Ternyata, penyakitnya bertambah parah. Sebenarnya, Lintang pulang dari rumah sakit karena keterbatasan biaya. Uang yang mereka dapatkan tidak cukup untuk membiayai semua pengobatan Lintang. Di tambah lagi ayah Lintang yang hanya memiliki tabungan seadanya, itu pun telah habis digunakan. Terpaksa, Lintang hanya bisa di opname tanpa harus membeli semua obat yang diperlukan.
* * *
               Setiap lorong sekolah kelas X ramai dipenuhi siswi yang mendengar kabar mengenai Lintang. Anak yang tomboy dan disenangi banyak orang.
               “Hai, Diana, Lizy. Gimana keadaan Lintang? Apa dia membaik? Kapan kalian mau menjenguknya lagi?” (pertanyaan runtun dari Deva)
               “Hello Deva, kalau nanya satu-satu dong. Kamu bukan mau wawancara kan?” jawab Diana
               “Emang, kami orang tuanya? Kami juga belum tahu keadaannya. Ayo kita jenguk aja sama-sama pulang sekolah” tegas Lizy
               Bunyi bel panjang bertanda telah berakhir jam pelajaran. Hujan yang tampak lebat, membuat para siswa harus menunggu sampai hujan reda. Tiba-tiba handphone Deva berbunyi, padahal peraturan sekolah dilarang membawa handphone, suara di seberang membawa berita buruk.
               Hujan yang lebat tak mereka perdulikan. Mereka lari basah-basahan menuju rumah sakit sambil menangis terisak-isak. Mereka sangat khawatir dan tak percaya bahwa kabar itu memang benar nyata. Sahabat mereka Lintang meninggal dunia. Nyawanya tak dapat tertolong lagi karena penyakitnya semakin hari semakin parah. Orang tua Lintang merasa kehilangan dan terpukul, namun semua adalah kehendak-Nya. Orang tua Lintang juga sangat berterima kasih pada Lizy, Diana, dan Deva. Menganggap mereka sebagai anaknya.
* * *

“Tak sempat ku berikan
Tak sempat ku sampaikan”
_LiDiZyVa_

Kalimat itu selalu melintas dipikiran Diana. Begitu pula Lizy dan Deva. Kerasa tak percaya, kehilangan, kerinduan, tersirat dibenak mereka. Mereka termenung di tepi danau sambil menyanyikan lagu “Semua Tentang Kita” yang biasa mereka nyanyikan.
Waktu terasa semakin berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua sepi di hati

Belum sempat lagu itu dinyanyikan, butiran air mata membasahi di pipi ketiganya. Orang tua Lintang tiba-tiba dating dan ikut duduk di antara mereka. Memberikan semangat pada Lizy, Diana dan Deva bahwa masa depan mereka juga menjadi kebanggaan orang tua angkat mereka. Ibu Lintang tiba-tiba menyerahkan secarik kertas berwarna biru yang bergambar bunga. Tangan Deva bergetar ketika memegang kertas itu. Rasa penasaran membuat ia segera membuka dan membacanya seperti sedang lomba baca puisi.
Sahabatku impianku
Cita-citaku imajinasiku
Bukan hal yang salah memiliki mimpi
Bukan hal yang salah mempunyai tujuan
Tujuan seperti sinar
Kesana lah kita berlari
Dan untuk itulsh kita hidup
Tapi, terkadang sinarnya terlalu menyilaukan
Membuat kita sulit melihat
Sehingga tiba suatu saat kita harus sejenak berhenti
Untuk menghindari sinar yang ada pada kita sendiri

               “Waahh, sungguh bersemangatnya dia. Aku piker karena fisiknya lemah, jiwanya akan goyah. Tapi aku salah. Hebat!! Puji Diana. Sambil melanjutkan lukisannya.
               “Iya..”sambung Lizy sambil meneteskan air mata.
               Suasana menjadi hening kembali. Kemudian Diana berteriak girang sambil meneteskan butiran air mata yang melintas di pipinya.
               “Lukisan dengan simbol “LiDiZyVa” akhirnya selesai”
               “Waahh..keren.!”
               Mereka menatap terpesona lukisan yang melambangkan persahabatan ini yang terlihat indah karena di sekitar tulisan itu ada gambar wajah mereka masing-masing. Di danau inilah sejarah persahabatanku. Dan tempat inilah aku dan sahabatku berbagi walau hanya sekedar untuk mengenang Lintang.
SELESAI

Sahabat Ternyata kau Telah lebih dulu Pergi

Sahabat Ternyata kau Telah lebih dulu Pergi

          Siang itu angin begitu kencang menusuk kedalam tulang rusuk ku,,hujan yang sangat deras terus membasahi seluruh badan ku,namun aku tidak memperdulikan itu semua,aku tidak perduli berapa lama aku akan seperti ini.aku hanya terpaku di depan sebuah tumpukan tanah,yang terdapat taburan bunga,serta ada nya batu nisan yang bertuliskan sebuah nama,dan ternyata itu adalah nama sahabat lama ku,yang sejak 6 tahun yang lalu aku tidak pernah tau kabar nya.
* * *


          Dina adalah sahabat lama ku waktu kecil,dulu kami sering bermain bersama,orang tua dina pun bersahabat dengan orang tua ku,aku menganggap dina sudah seperti kakak ku sendiri,saat aku sedih dia selalu bisa menghibur ku dan membuat ku tertawa,dan aku pun sebalik nya.Setiap aku pergi dina selalu turut pergi bersamaku,kami selalu menjaga satu sama lain.Dan kebetulan rumah ku tidak terlalu jauh dari rumah dina,saat masih di bangku dasar aku selalu berangkat sekolah bersama dina,meskipun kami tidak sekolah di sekolah yang sama.

          Saat masuk SMP dina tidak tinggal lagi di Jakarta,karena orang tua nya di pindah tugaskan ke bandung,maka dia pun harus bersekolah di bandung. Rasa sedih ku rasakan,saat aku harus berpisah dengan dina, air mata ku tidak bisa berhenti menetes saat aku memeluk tubuh sahabat ku itu. Dina meyakinkan aku bahwa dia akan terus mengabari aku,dan dia juga meyakinkan aku bahwa persahabatan kita tidak akan berakhir sejauh apapun kita tinggal. Aku pun merelakan dina untuk berangkat ke bandung, perlahan mobil yang dinaiki dina dan keluarga nya pun beranjak pergi dari halaman rumah ku. Lambaian tangan dina pun semakin lama semakin jauh,jauh,jauh dan perlahan-lahan mulai menghilang.



          Tiga bulan telah  berlalu,semenjak dina pergi,hari-hari ku tidak seceria dulu,aku memang mempunyai teman-teman baru di sekolah dan rumah ku,tapi mereka semua tidak ada yang bisa seperti dina,aku sungguh merindukan sahabat kecil ku,ingin rasa nya aku ke bandung untuk menemui dina,tapi dina selalu melarang aku untuk menemui nya,dia selalu berkata”Aku mohon jangan temui aku dulu,aku ingin menguji persahabatan kita,jadi tunggu lah sampai kita lulus SMP,setelah itu aku janji akan menemui mu di tempat kita sering bermain sewaktu kecil”.Dina memang tidak pernah lupa untuk mengabari aku tentang keadaan nya disana,setiap hari dia selalu sms dan menelpon aku,aku sangat bahagia bila menerima sms atau telpon dari nya.
* * *

          Hari-hari terus berlalu,tidak terasa waktu begitu cepat bergulir,tiga tahun sudah aku menjadi siswi SMP,dan tiga tahun sudah persahabatan ku dan dina diuji,dan selama tiga tahun itu juga aku menjalin hubungan dengan seorang pria yang bernama Dimas yang sangat aku sayangi.Dimas lah yang selalu menemani aku dikala aku kesepian,dan disaat aku sedang merindukan dina,dimas selalu meyakinkan aku bahwa aku akan bertemu dengan sahabat ku itu. Aku sangat bahagia,karena lusa aku akan pergi ke Bandung untuk menemui sahabat kecil ku.Aku pun telah mempersiapkan sebuah kado yang sangat special untuk sahabat ku,karena kita berjanji akan saling tukar-menukar kado saat kita bertemu.

           Lusa telah tiba,26 Desember,itulah tanggal yang aku lingkari di kalender yang ada di sebelah meja belajar ku,tanggal itu adalah tanggal kesepakatan aku untuk bertemu dina.Pagi ini aku segera beranjak bangun dari tempat tidur,lalu segera mungkin aku mandi dan bersiap-siap karena jam 08.00 aku akan pergi ke Bandung bersama dimas.Jam telah menunjukan pukul 07.30,aku bergegas turun keruang tamu untuk menunggu Dimas dan berpamitan dengan orang tua ku.Selama aku menunggu Dimas,aku berusaha untuk menelpon Dina,tapi aku tidak mengerti mengapa selama 3 hari ini handphone dina tidak pernah bisa aku hubungi,tapi  aku tidak mau sedih,karena aku yakin hari ini aku akan bertemu dengan dina.

 Saat aku sedang berusaha menelpon dina,aku mendengar suara motor dimas,dan ternyata dimas telah berada di depan rumahku.Aku pun segera keluar untuk menemui Dimas dan orang tua ku juga turut keluar bersama ku.Tapi ada satu hal yang membuat ku bingung,saat aku ingin berpamitan dengan orang tua ku,orang tua ku berkata :

”Nak apapun yang akan kamu lihat disana,kamu harus bisa menerima nya,kamu harus yakin ini semua sudah jalan nya”.

          Aku sungguh tidak mengerti apa maksud dari perkataan orang tua ku,tapi aku tidak membahas itu,karena yang ada dalam pikiran ku sekarang,hanya ingin bertemu dina sahabatku.
* * *
          Jam menunjukkan pukul 11 siang,akhirnya aku sampai dikota Bandung,dan beberapa kilometer lagi aku akan sampai di rumah Dina.Betapa terkejut nya aku,karena saat aku sampai di depan rumah nya Dina,aku melihat banyak nya orang-orang di rumah nya dan ada beberapa bendera berwarna kuning di depan rumah nya,aku segera berlari masuk kedalam rumah dina.

          Aku tidak bisa menahan air mata ku yg terus menetes,saat aku melihat sebuah tubuh terbaring kaku dengan ditutup kain putih dan di kelilingi orang banyak sambil membaca ayat-ayat al-quran,dan ternyata itu adalah tubuh dina sahabat ku.Aku terus menangis,menangis dan menangis karena aku tidak percaya Dina akan pergi.

           Orang tua dina berusaha untuk membuat ku tenang,dan mereka menceritakan semua kepada ku,Ternyata sejak umur 5 tahun dina menderita penyakit kanker darah,tapi dia tidak pernah mau menceritakan itu semua kepada ku,karena dia tidak mau masa kanak-kanak nya di hiasi dengan kesedihan, dia selalu menutupi rasa sakit nya dengan canda tawa nya,dan ternyata dina pindah ke Bandung bukan karena orang tua nya di pindah tugas kan,tapi karena dina tidak mau aku sedih bila tau kenyataan yang sebenarnya. dina tidak mau membuat masa kecil ku tidak bahagia,maka dina selalu menutupi semua nya dari ku. Air mata ku semakin deras mengalir saat aku mendengar semua pernyataan orang tua dina, Dimas yang ikut mendampingi ku berusaha menenangkan aku,dan aku baru tahu ternyata orang tua ku telah terlebih dahulu mengetahui semua nya,tapi atas permohonan dina mereka juga menutupi nya dari ku.

           Sungguh aku sangat kecewa,kenapa semua orang tega membohongi aku,kenapa semua nya harus dirahasiakan dari ku, apa aku tidak boleh merasakan apa yang sahabat ku rasakan. Orang tua dina berusaha untuk membuat ku mngerti kenapa mereka melakukan ini,Dimas pun turut menenangkan aku,akhirnya aku berusaha untuk bisa menerima penjelasan mereka.

           Setelah orang tua dina menjelaskan semua, mereka memberikan aku sebuah surat yang ditinggalkan dina untuk ku yang bertuliskan tinta biru,,



“Untuk sahabat ku,
                maafkan aku jika saat kau membaca surat ini , aku tidak bisa ada di dekat mu lagi…
   sungguh aku  tidak pernah berniat untuk membohongi mu,aku hanya ingin masa kecil kita diwarnai dengan kebahagiaan bukan kesedihan.
     Terima kasih karena kau telah membuat masa kanak-kanak ku berwarna.
aku melakukan ini untuk menguji persahabatan kita,dan aku ingin engkau bisa terbiasa bermain dan menghabiskan masa remaja mu tanpa aku,aku sangat bahagia bisa mempunyai sahabat kecil seperti mu.
Sahabatku ,aku mohon jaga orang tua ku,dan juga adik-adik ku.
aku juga menitipkan sebuah boneka kayu untuk mu,tolong jaga boneka itu,dan jadikan boneka itu pengganti diriku..
Dari Sahabatmu,
Dina ... "

PELANGI PERSAHABATAN

PELANGI PERSAHABATAN


“De, buka pintu!” teriak Wina. Dengan enggan Deri bangkit dari duduknya.

“Ada apa?” tanyanya sambil membuka pintu.

“Kabar gembira, De!” seru Wina. “Hentikan dulu pekerjaanmu,” sambungnya

sambil menyeret Deri untuk duduk di tempat tidur.

“Kabar apa seeh?” Deri bersungut-sungut. “Laporan itu harus segera aku

selesaikan, tahu!”

“Aduuuuh …. Berhenti sebentar kenapa seeh?”

“Iya deeh, iya. Ayo katakana, kabar apa?”

“Irwan mau kemari!” teriak Wina senang.

“Jangan bohong!” kata Deri tak percaya. Namun tak urung dadanya berdebar


debar juga mendengar berita itu.

“Benar! Aku baru saja menerima suratnya, biar kamu percaya,” sambungnya

sambil beranjak pergi. Sepeninggal Wina, Deri termenung sendiri.

“Aku tak akan menemuinya. Bukankah ia kemari untuk menemui Wina?” desah

hati Deri.

“De, ini bacalah!” ujar Wina yang sudah kembali sambil menyerahkan sepucuk

surat.

Deri langsung menerimanya. Dadanya berdegup kencang, tangannya gemetar.

“Ayo De, kamu harus tabah!” bisik hatinya berkali-kali, berusaha menenangkan

perasaannya. Lalu diterimanya surat itu dan dibacanya. Perasaan Deri tak menentu saat

membacanya. Di lubuk hatinya yang paling dalam ada rasa nyeri yang amat perih.

“Aku tak boleh cemburu, bukankah Irwan bukan milikku?” bisik hatinya lagi.

Deri menyerahkan surat itu kepada Wina lagi.

“Terus bagaimana?” tanyanya.

“Astaga, Deri, tentu saja itu urusanmu!” jawab Wina jengkel.

“Kok urusanku? Urusanmu dong. Minggu besok aku ada acara,” kata Deri.

“He?! Kamu tidak mau menemuinya?” Tanya Wina heran. Deri menggeleng.

“Apakah acara itu lebih penting?!”

“Tentu saja!”

“Apa acaramu itu?!”

deri tergagap mendengar pertanyaan Wina. Sebenarnya itu hanya alas an yang

bibuatnya untuk menghindari Irwan.

“Mau ketempat Maria.”

“Cuma mau main kau katakan penting?!” Wina benar-benar jengkel.

“Tidak main. Kami mau membuat analisa novel. Akhir bulan ini kan sudah harus

dikumpul,” jawab Deri tenang.

“Tapi …”

“Tidak ada tapi-tapian, Win. Aku pantang membatalkan janji.”

“Terus, bagaimana ini?”

“Alaaah … temui saja dia.”

“Kan malu kalau sendiri.”

Deri tertawa mendengar kata-kata Wina.

“Sejak kapan kau jadi pemalu, he? Kalau kamu malu kan bisa pakai topeng,” kata

Deri seenaknya. “Atau minta temani Nina, apa seeh susahnya?”


www.rajaebookgratis.com


“Kalau dia menanyakanmu?”

“Mana mungkin? Tapi kalau ditanya juga, jawab saja apa adanya.”

“Rasanya tetap lucu De. Masak orang mau kencan denganmu kok aku yang

disuruh menemuinya?”

“Siapa bilang? Jelas-jelas ia kemari untuk melihat kamu yang asli, bukan dalam

foto. Tidak adil dong kalau begitu,” jawab Deri seraya bangkit. “Sudahlah. Sekarang aku

mau menyelesaikan pekerjaanku, jangan ganggu lagi.”

Dengan cemberut Wina terpaksa keluar dari kamar Deri.

“Selamat membuat laporan, kudoakan semoga tidak dikembalikan!” kata Wina

sebelum menutup pintu. Deri meringis.

***

Deri segera menyelesaikan pekerjaan rutinnya tiap minggu. Ia memperkirakan

Irwan akan datang agak siang, meskipun demikian ia tetap bekerja dengan terburu-buru.

Setelah beres semua, Deri merasa lega. Pasih pagi, pikirnya. Diikatnya rambutnya

yang sebahu itu menjadi ekor kuda, dipolesnya wajahnyadengan bedak tipis dan …

siaplah!

“Mau kemana mbak?” tanya Nina yang tiba-tiba sudah ada di belakang Deri.

“Mau kerumah temen. Nanti kalau mas Irwan jadi datang, temani mbak Win ya?”

“Mas Ir mau datang?” Tanya Nina dengan mata berbinar. Deri tersenyum dan

mengangguk.

“Wuih … Nina diperkenalkan dong?”

“Kalau Nina mau menemani mbak Win tentu saja Nina diperkenalkan pada mas

Irwan. Nina mau kan?”

Nina mengangguk.

“Terima kasih, Nina. Mbak pergi dulu ya?”

“Kok mbak Deri tidak mau menemui mas Ir?” tanya Nina. Deri terpaksa

menghentikan langkahnya. Jantungnya berdebar lebih kencang.

“Nina, Mbak sudah berjanji dengan Mbak Maria. Nina tahu kan, Mbak paling

benci ingkar janji?”

“Tapi kan … “ Nina tidak melanjutkan ucapannya.

“Tapi apa Nin?”

“Mas Irwan kemari kan mau bertemu dengan Mbak Deri?”

Deri tersenyum. “Siapa bilang? Mas Ir datang ke mari ingin bertemu Mbak Win

dan kenalan dengan Nina. Nah, mbak pergi dulu. Sudah terlambat nih!” Deri tidak mau

Nina mengetahui gejolak hatinya. Dia segera melangkah keluar diikuti pandangan heran

dari Nina.

Deri berjalan perlahan mengikuti kemana kakinya melangkah. Ia belum tahu ke

mana tujuannya untuk menghabiskan waktunya hari ini.

“Pak, ke Malioboro.” Deri memanggil tukang becak.

Di becak pikirannya menerawang kemana-mana. Ia teringat ucapan Nina. Ya, dari

Nina lah Deri mengetahui bahwa Wina juga menaruh hati pada Irwan. Mulanya Deri


www.rajaebookgratis.com


tidak percaya. Mana mungkin Wina menyukai Irwan? Lihat wajah Irwan aja hanya di

foto, pikir Deri waktu itu.

“Ah, anak kecil tahu apa, “ katanya pada Nina.

“Enak saja kecil-kecil begini calon SMA lho, Mbak,” Nina bersungut-sungut.

“Nina tahu dari mana kalau Wina menyenangi Mas Ir?”

“Rahasia dong.”

“Tuh, bagaimana Mbak mau mempercayai kata-katamu kalau tanpa bukti?”

“Tapi janji ya, Mbak Deri tidak akan mengatakannya pada Mbak Wina, bahwa

Nina yang bilang…”

“Iya deh, Mbak janji. O ya, kapan Mbak Wina bilang begitu?” tanya Deri hati-hati

seraya menenagkan gejolak hatinya.

“Dulu, waktu Mas Ir kirim surat yang ada fotonya. Kata Mbak Wina: Nin, Mbak

Wina naksir deh sama Mas Ir, saying mas Ir milik Mbak Deri.”

“Ah, itu tidak benar Nin, Mas Irwan bukan apa-apanya Mbak Deri kok,” kata Deri

pada Nina. Namun sinar mata Nina seolah tak percaya.

“Turun dimana, Neng?” tanya tukang becak tiba-tiba membuyarkan lamunan deri.

“Eh … anu Pak … disini saja deh,” ujar Deri agak kikuk.

Setelah membayar ongkos, Deri melangkahkan kakinya menyusuri trotoar.

Pikirannya kembali mengembara. Dan ucapan Nina pun kembali terngiang-ngiang di

telinganya.

“Apakah Mbak Deri tidak takut kalau mas Ir di rebut Mbak Wina?”

Tentu saja takut, Nin. Aku memang menyenangi Irwan. Tapi, dia bukan milikku,

kata Deri dalam hati.

Tapi, sejak Nina mengatakan bahwa Wina menyukai Irwan, Deri berusaha

melupakan cowok itu. Dia tidak pernah lagi membalas surat-suratnya. Mula-mula

memang terasa sulit untuk menghapus bayang-bayang wajah Irwan dari benaknya.

Apalagi ketika dia hampir berhasil melupakannya, tiba-tiba saja Wina kemarin

mengatakan bahwa Irwan akan datang.

Selama ini Deri selalu menghindar dengan segala macam alasan bila Irwan

menanyakan tentang surat balasannya lewat Wina. Deri berharap semoga perhatian Irwan

jadi sepenuhnya kepada Wina. Sampai akhirnya Irwan tidak pernah menanyakan lagi.

Deri merasa lega. Namun tak dapat dipungkiri, jauh di lubuk hatinya, ia sering

merasa rindu pada Irwan. Ada rasa nyeri yang merasuki hatinya kalau mendengar Wina

bercerita tentang Irwan. Dalam hati ia sering merasa cemburu, namun cepat-cepat ia

membuang perasaan itu. Deri tidak ingin Wina mengetahui perasaannya yang

sebenarnya.

Meskipun Deri mencintai Irwan tapi ia lebih menyayangi Wina, sahabatnya dalam

suka dan duka. Di kota ini hanya Wina, Maria dan Ninalah sahabat-sahabatnya yang baik.

Deri tak ingin kehilangan mereka. Deri tak ingin menyakiti hati mereka, etrutama Wina.

Ia ingin selalu membahagiakannya. Apa pun rela dikorbankannya, termasuk perasaannya

sendiri.

“Nak Deri, Tante titip Wina ya. Ia anak perempuan Tante satu-satunya.

Usahakanlah agar ia selalu gembira dalam menjalani sisa-sisa hidupnya,” kata Tante

Herman, ibu Wina, kepadanya dulu.

“Maksud Tante?” Deri tak berani melanjutkan ucapannya.


www.rajaebookgratis.com


“Paling lama usianya empat tahun lagi,” kata Tante Herman, suaranya hampir

berbisik.

Deri mengeluh seraya memandang wajah Tante Herman. Ia melihat ada sinar

duka pada matanya yang hitam. Deri kemudian teringat pada ibunya yang telah

meninggalkannya untuk selamanya.

“Percayalah, Tante. Insya Allah, Deri akan selalu membuat Wina gembira.”

“Sebenarnya, Tante ingin dia selalu berada di dekat Tante, tapi kemauannya

keras. Akhirnya kami mengijinkannya untuk tinggal di Djogja. Tante harus selalu

mengalah demi kebahagiaannya,” ujar Tante Herman. Suaranya terdengar sendu.

Ada rasa haru yang menyelusup kedalam sanubari Deri. Dalam hati pun ia

berjanji tak ingin membuat Wina bersedih.

“Deriii!” teriak seseorang seketika mengejutkan Deri. Ia menoleh kearah suara

yang memanggilnya.

“Maria!” serunya senang.

“kok melamun sambil jalan? Dari tadi aku panggil-panggil tidak dengar. Sampai

capek mulutku,” Maria bersungut-sungut.

“Sori …. Sori aku tidak tahu,” ujar Deri seraya tertawa-tawa.

“Aku tadi ke asramamu, tapi Nina bilang ada janji ke rumahku. Perasaanku…”

“Kita ke Mall yuk,” ajak Deri berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Benar neeh?”

“Kapan sih aku pernah bohong?”

“Tadi dengan Nina, apa namanya kalau bukan bohong?” sindir Maria. Dan ia

terkikik ketika melihat wajah Deri yang masam.

“Ada apa seeh dengan kamu, De?” selidik Maria.

“Tidak ada apa-apa kok.”

“Tuh kan, bohong lagi. Sejak kapan kamu punya hobi membohong?”

“Sudahlah, yuk ah,” ujar Deri seraya menarik lengan Maria.

Maria hanya mengangkat bahu seraya tersenyum-senyum melihat sikap Deri yang

aneh.

***

Deri baru saja kan membaringkan tubuhnya ketika Nina masuk kamarnya.

“Hei Mbak, mana dong oleh-olehnya?”

“Capek, mau?”

“Huh payah, masak oleh-olehnya capek,” Nina mencibir.

Deri tersenyum puas. “Kamu sih, setiap orang berpergian, nomor satu yang

ditanyakan pasti oleh-oleh. Mbak Deri tadi kan bukan pergi piknik.”

“Iya deh … iya. Mbak Deri menang,” rajuk Nina seraya membaringkan tubuhnya

di sisi Deri. “Mbak, Nina sudah kenal Mas Irwan,” kata Nina kemudian.

“OH ya? Bagaimana menurut Nina?”

“Wuah … bagaimana ya? Pokoknya bolehlah.”

“Setan kecil!” kata Deri sambil mendaratkan cubitannya di pipi Nina.


www.rajaebookgratis.com


Tiba-tiba pintu kamar di buka. Deri dan Nina menoleh kearah pintu. Wina

tersenyum manis seraya melangkah memasuki kamar.

“Bagaimana Win, sukses kan?” Tanya Deri.

“Apanya yang sukses?”

“Alaaahh … kura-kura dalam perahu,” goda Deri. Wina jadi tersipu.

“Mau apa neeh monyet kecil ada di sini,” ujar Wina pada Nina.

“Mbak Win lihat, Nina sedang apa?” Nina balik bertanya.

“Iiiihh … monyet kecil ini pintar membalik pertanyaan ya.”

“Siapa yang mengajar? Mbak Wina kan?”

Deri ikut tertawa. Tiba-tiba timbul niatnya untuk menggoda Wina.

“Nin, Mbak Win, kelihatannya ceria sekali ya?”

“Uuuhh … dari tadi Nina juga sudah tahu. Mau tahu sebabnya?”

“Apa sebabnya, Nin?” Tanya Deri serius.

Sebelum bicara Nina melirik Wina dahulu. Ia tertawa melihat wajah Wina yang

memerah.

“Tadi, waktu Mas Irwan datang …”

“Hayo … ngomong terus deeh …,” Wina mencubit pipi Nina.

Nina mengaduh. Diusap-usapnya pipinya yang memerah. Mulutnya bersungut


sungut. Tapi ia melihat wajah Wina gelisah. Mungkin ada yang akan dibicarakan dengan

Mbak Deri secara rahasia, pikirnya.

“Kayaknya Mbak Wina mau ada bisnis dengan Mbak Deri ya? Nina keluar deh.

Kata Mbak Deri, kalau ada bisnis tujuh belas tahun keatas, Nina tidak boleh tahu!”

“Tidak usah keluar Nina, di sini saja. Tidak ada kamu sepi!” kata Wina.

“Memang Nina sempritan?! Tidak usah pura-pura deh, Nina tahu diri kok. Yuk,

selamat berbisnis!” ujar Nina seraya beranjak meninggalkan kamar. Sambil lalu

tangannya meraih majalah di atas meja belajar.

Deri dan Wina geleng-geleng kepala, tapi akhirnya mereka tertawa bersama.

“De, aku ingin bicara tapi kamu tidak marah kan?”

“Kenapa mesti marah?” ujar Deri, sementara hatinya berdebar-debar.

“Tadi, Mas Irwan mengajakku ke rumah kakaknya.”

“Ke rumah Mbak Yuni?” tanya Deri.

“Iya, tapi Irwan masak bilang pada Mbak Yuni, bahwa aku ini pacarnya. Aku

malu sekali, De. Irwan kan pacar kamu,” kata Wina. Ada nada sendu dalam suaranya.

“Wina … Wina …,” kata Deri seraya merangkul bahu sahabatnya. “Dengar Nona

manis, Irwan bukan apa-apaku, demikian pula sebaliknya. Hanya saja dulu keluargaku

dan keluarganya sering mengolok-olok kami. Tapi aku rasa mereka hanya main-main

saja. Dan itu karena rumah kami berdekatan. Tapi itu kan dulu. Sekarang tidak lagi.

Sungguh Win, kami tidak ada hubungan apa-apa. Kamu saja yang suka mengolok-olok

karena aku sering mendapat surat darinya.”

Lega rasanya hati Deri dapat bicara panjang lebar begitu. Dia sendiri merasa

heran dengan ketenangannya.

“Jadi … jadi kau bukan pacar Irwan. Kalian sungguh tidak ada apa-apa?”

“Percayalah padaku, Win.”

“Tadi aku bingung untuk menjawabnya. Aku pikir, Irwan adalah pacarmu. Dan

aku belum memberi jawaban padanya,” kata Wina lirih.


www.rajaebookgratis.com


“Wina, berilah Irwan jawaban kalau kau memang mencintainya juga. Irwan pasti

sudah gelisah. Percayalah aku turut bahagia atas kebahagianmu.”

Ketika berkata demikian, Deri berusaha menguasai perasaannya. Ia tidak ingin

Wina mengetahui, bahwa ia pun mencintai Irwan. Biarlah aku menjadi orang munafik,

bisik hatinya. Namun aku bahagia karena telah membuat sisa hidup sahabatku berlalu

dengan indah. Seindah pelangi. Dan bagiku masih ada pelangi yang lain.

KAU TETAP SAHABATKU

KAU TETAP SAHABATKU
Karya : riwilsa
Nama lengkap : Rika Wildasari
Alamat : Jl rajabasa jaya, labuhan dalam, Bandarlampung.
Pekerjaan : kuliah di Universitas lampung fakultas FKIP.

Mentari dan rembulan, mereka saling melengkapi. Jika tiba waktunya pagi hari, mentari datang dan menyinari seluruh jagad raya. Jikalau waktunya senja, mentari akan tenggelam dan tinggal di persembunyiannya. Namun tenanglah, jagad raya akan tetap terang karena posisi mentari akan digantikan oleh rembulan dan temannya yaitu bintang. Bulan dan bintang akan menjadi teman yang memberi sinar terang di malam hari.

Mentari dan rembulan, Mereka tak pernah bertengkar, mereka tak saling bertabrakan saat muncul di langit, mereka tidak bersahabat namun saling melengkapi. Lalu bagaimana dengan kisah persahabatan dibumi, mereka pernah bilang kalau sahabat akan selalu bersama dalam suka maupun duka, saling melengkapi dan menerima kekurangan masing- masing. Kisah persahabatan reno dan dammar. Reno dan dammar bersahabat sejak Smp, ketika masuk SMA merekapun bersama lagi.

Saat disekolah merekapun kemana- kemana selalu bersama, ketika reno mendapat masalah dammar selalu membantunya begitu pula sebaliknya. Reno adalah orang kaya, dia berwajah manis sama seperti sahabatnya dammar, namun dammar tak sekaya reno, dammar hanyalah anak seorang satpam swalayan. Sedangkan reno adalah anak seorang pemilik showroom motor. Ketika ayahnya diberhantikan kerja,reno meminta papanya agar memperkerjakan ayah dammar di perusahaan keluarganya sebagai satpam.reno dan dammar sama – sama anak yang sayang keluarga,tetapi yang membedakan mereka berdua adalah reno memiliki sifat egois dan pendendam, sedangkan dammar adalah seorang pemaaf dan ramah, sifat mereka berbeda 180 derajad. Entah mengapa mereka bisa bersahabat, hanya mereka berdualah yang bisa menjawabnya. Pernah saat seseorang mengerjai dammar dengan mengempeskan ban motor dammar, reno bersikeras ingin membalasnya, namun dilarang oleh dammar. Diam – diam reno menyelidikinya dan menemukan pelakunya, ternyata pelakunya adalah bimo teman 1 kelasnya yang iri akan kedekatan dammar dengan kheira.

Tanpa berpikir panjang reno menghampiri bimo dan menghajarnya. “apa–apaan si lo, datang-datang main tonjok ajah”.cibir bimo sambil mengusap bibirnya yang berdarah karena ditonjok reno. “dasar pengecut lo, sok gak tau kesalahan lo apa, gw tau lo yang ngempesin ban nya si dammar kan ?” motor tersebut, dia masuk kedalam rumahnya dan memanggil- manggil ibunya. Ibunya yang sedari tadi berada di dapur datang menghampiri anak sulungnya. “bu itu motor siapa? ”Tanya dammar kepada ibunya. “oh, motor yang diteras itu, itu adalah motor mu dari reno, ibu juga bingung mengapa nak reno bisa sebaik itu padamu?” Tanya ibu dammar balik.

Setelah mendengar perkataan ibunya, dammar langsung menelpon reno menanyakan perihal ini. Dalam percakapan panjang lebar tersebut, Reno tak mau dammar menolak pemberiannya, jika dammar menolak maka persahabatan mereka berakhir. Mendengar hal tersebut dammar pun mengalah dan menerima pemberian sobatnya itu. Dalam hati dammar terdapat gumpalan beban yang menyesakkan, dammar bukan merasa senang diberikan barang – barang oleh reno, dia merasa seperti orang mencari kesempatan atas kemakmuran reno, dia mengerti kalau keluarga reno tak mempermasalahkan hal itu, tapi bagaimana teman – teman di sekolah. Tak banyak yang mencibir dammar dan reno. Mereka pernah berkata kalau dammar hanya memanfaatkan reno sebaliknya juga. Intinya persahabatan mereka adalah palsu, mereka hanya bersahabat untuk memenuhi kebutuhan masing2, reno mau berteman dengan dammar karena dammar anak pintar yang dapat memberi contekan saat ujian dan seorang yang dapat jadi pesuruh untuk mengerjakan semua pr nya, sedangkan dammar dapat meminta segala kebutuhan materinya dengan meminta kepada reno.

Walau hanya gosib, dammar manjadi tak enakan pada reno, pernah masalah ini ia ceritakan pada reno, reno tidak ambil pusing. Dia hanya berkata “ ah, biar saja, mereka itu hanya iri pada persahabatan kita, mereka tidak tau kan, berapa lama persahabatan ini kita jalin.”

Benar yang di bilang reno, persahabatan mereka hanya mereka yang merasakan. Orang lain hanya menilai dari apa yang mereka lihat. Setelah beberapa masukan dan pendapat yang di berikan reno, dammar pun mulai percaya diri meneruskan langkah hidupnya dengan persahabatan yang dijalinnya bersama reno,ia pun meminta agar reno dapat menahan kehendaknya jika terjadi apa-apa dan reno pun menyetujuinya.

Waktu terus bergulir, tak terasa sebentar lagi kenaikan kelas 2. Dammar dan reno sama – sama menginginkan masuk jurusan ips, jelas reno ingin meneruskan karier papanya, sedangkan dammar juga suka bidang ips, nilai –nilainya sangat bagus di rapor, lagipula reno selalu memaksanya untuk masuk ips agar peluang mereka sekelas lagi semakin besar.

Dan jangan tertinggal dalam urusan cinta. Karena cinta kepada seorang gadislah, persahabatan reno dan dammar yang telah berjalin lama bisa retak.

Kisahnya di mulai saat reno menyukai seorang gadis yang 1 sekolah dan sekelas dengan dammar, reno memang tak sekelas lagi dengan dammar saat duduk di bangku 2 sma. Kheira,nama gadis itu. Dia cantik,anggun, body nya langsing,aktif di bidang seni serta seorang anak yang ramah pada semua orang. Dia adalah kapten cheers di sekolah reno dan dammar. Bukan hanya itu yang membuat reno jatuh cinta pada kheira. Kheira pernah menolong reno saat reno hampir terjatuh di tangga yang licin, tanpa sengaja kheira menarik lengan reno agar tidak terjatuh, saat momen itulah kedua mata mereka saling beradu bak kisah pangeran yang menarik lengan sang putri yang hendak pergi meninggalkannya, namun saat itu posisinya terbalik. Reno bercerita pada dammar kalau dia menyukai kheira namun belum berani menyatakan perasaanya kepada gadis pujaannya. Dammar yang mendengar pernyataan dari sobatnya kalau dia suka dengan kheira, gadis yang juga di sukai dammar sejak masih duduk di kelas 1 sma, menjadi kaget dan tertunduk. Hati dammar seperti bunga yang kelopaknya bertaburan karena angin yang berhembus bagai badai, menggetrakan dan begitu pahit untuk di rasakan, begitu berat untuk di pahami, bagaimana ini, ia tak mungkin bersaing dengan sahabatnya sendiri dalam mendapatkan kheira, dia juga tak mungkin mengkhianati persahabatan mereka yang telah lama mereka jaga.

Tapi telah jelas dalam kisah ini.

Dammar yang akan menang, sebab kheira juga mencintai dammar. Kheira berharapdammar  menembaknya untuk menjadi sepasang kekasih. Kheira menyukai dammar karena dammar adalah pria yang sopan,baik dan ramah serta apa adanya. Kheira menyukai pria yang tampil sederhana, semua tipikal cowok idaman kheira ada di dammar.

Lalu, kalau sudah seperti ini.

Apakah kheira dapat menerima salahsatu dari 2 pria yang bersahabat ini.kheira tau ini adalah pilihan sulit setelah mendengar cerita dammar kalau reno hendak menembaknya. “dammar, aku hanya menyukaimu aku juga cinta sama kamu bagaimana aku bisa menerima reno kalau hatiku telah dimiliki dirimu.” Ucap kheira lembut kepada dammar. “khei, maafkan aku…aku tak mau sahabatku terluka “tapi kau membuat hatiku terluka dammar, dengan cara memaksaku menerima reno untuk jadi kekasihku.”potong kheira. “khei,percayalah..reno adalah cowok yang bisa membuat harimu berwarna..hehe”,celoteh dammar.

Padahal dalam hatinya berharap bahwa kheira adalah cewek yang di takdirkan tuhan untuknya. “tak ku sangka, kau seperti ini, baiklah jika ini mau mu, dan sejak saat ini aku MEMBENCIMU.” Ujar kheira sambil berdiri lalu pergi meninggalkan dammar yang diam terpaku menyesali apa yang dia ucapkan.

Seminggu telah berlalu, dan kini reno dan kheira resmi berpacaran. Reno akhirnya menyatakan rasa cintanya pada kheira, tentunya di bantu oleh sahabatnya. Dalam hati dammar, ia tak tau mengapa rasa ini tercampur aduk antara kebahagiaan dan kesedihan. Bahagia karena sahabatnya dapat menemukan cinta yang selama ini ia harapkan, namun di sisi lain dammar sangat sedih, hatinya bagai teriris pisau yang tajam, bagaimana tidak, kalau kekasih yang di cintai reno adalah cewek yang juga begitu sangat ia cintai, dialah kheira..

Reno begitu menikmati hubungannya dengan kheira, mereka selalu berdua bahkan kini reno lebih sering jalan bersama dengan kheira dibanding dengan dammar. Dammar tak begitu mempersoalkannya, dia tahu bahwa sahabatnya itu sedang kasmaran dan ingin menikmati dunia bersama kekasihnya. Kheira tak begitu menikmati, tentu alasannya sudah jelas bahwa yang kheira mau hanya dammar, bukan reno.

Kheira tak tau harus curhat kemana, sahabatnya yang selama ini menemaninya sedang sakit typus dan di rawat di rumah sakit. Hanya buku diarynyalah teman untuk mencurahkan semua isi hatinya. Segalanya dia tulis di buku itu mulai kisah cintanya yang begitu rumit. Semakin hari reno merasa hubungannya dengan kheira begitu hambar, ia merasa kheira kini mulai kelihatan tak mempedulikannya, menjauh dan selalu sulit untuk di mengerti isi hatinya. Reno menceritakan perubahan sikap kheira kepada dammar, “ah,sob..mungkin Cuma perasaan lo aja kali.”tangkas dammar. “gak,coy..gue yakin pasti ada hal yang membuat dia seperti ini sama gue..” “udahlah, kalian itu saling percaya ajah saling pengertian, gue yakin kheira tetap mencintai lo kok,.. “iyah,,,,mar…gue gak bakal ngelepasin dia, gue cinta banget ama dia, liat ajah kalau sampai dia berubah karena ada cowok lain yang mempengaruhinya, gue jamin tuh cowok gak bakal bisa senyum dan ketawa lagi..” celetuk reno sambil menggumpalkan kedua telapak tangannya.

Dammar tak menjawab, dia hanya diam sambil menelan ludah. Malam hari disebuah rumah yang sangat sederhana, kicauan burung malam bagai musik yang menghantarkan jiwa –jiwa yang lelah kedalam dunia mimpi. Dammar tak dapat memejamkan mata, dia Nampak gusar, berkali badannya dia balik – balikan menghadap kiri ke kanan terus menerus dan akhirnya kedua matanya menatap langit – langit kamarnya. Dia merenung…dia masih mencerna omongan reno kemarin siang. Lalu dammar bangkit dari kamar tidurnya ke meja belajar, ia hendak menulis surat buat kheira.

Keesokan paginya, dammar sengaja datang lebih awal karena ingin menyelipkan secarik kertas di laci meja kheira. Tak di sangka reno telah berdiri dihadapannya, “surat apa yang lo selipkan di meja cewek gue,mar?” Tanya reno sambil menatap tajam dammar.“ooh..eenggaak bu…buukan apa- apa kok.”jawab dammar begitu gugup. Reno langsung mengambil surat itu dan membacanya. Keringat langsung mengguyur seluruh tubuh dammar, dalam hatinya berkecamuk rasa sesal dan takut, ia tak mau sahabatnya itu salah paham. “ooh…ternyata selama ini cowok itu elo,mar, gue gak nyangka ya.. lo bisa setega ini sama gue..lo sama aja mengkhianati persahabatan kita.”cerca reno “ren, dengerin gue dulu, gu,,gue gak bermaksud seperti ini.”bela dammar. “dasar pengecut lo.”

Gertak reno lalu menonjok muka dammar hingga terjatuh kelantai, “lo itu udah gue anggap sebagai saudara gue sendiri, tapi apa sekarang, lo main belakang sama cewek gue… “ren, dengerin gue dulu… “udahlah, gue gak mau denger penjelasan dari pecundang macam loe… sekarang gue bakal buktiin kalo gue bisa miliki kheira seutuhnya, kita main secara terang-terangan…”ucap reno sembari berlalu meninggalkan dammar yang terduduk di lantai.

Sejak kejadian itu, hubungan persahabatan mereka menjadi renggang. Reno tak lagi mau dekat- dekat dengan dammar, kondisi ini di manfaatkan oleh bimo, bimo juga tak menyukai dammar, bimo hendak mengadu domba mereka berdua. “udahlah ren, ngapain juga lo mikirin si pengkhianat itu, dia tuh gak pantes jadi sahabat lo, gak tau diri banget setelah apa yang udah lo kasih ke dia, dia malah kayak gitu sama elo..”ujar bimo memanas – manasi reno. “diam lo, gue gak perlu saran dari lo, mendingan lo pergi daripada ntar gue hajar lagi kayak waktu itu.”sangkal reno sambil memasang bugem untuk bimo. “eitss…sabar boy, gue disini ada di pihak lo, gue tuh kesini Cuma mau kasih tau lo ajah kok, kalo si dammar lagi berdua – duaan tuh ama cewek lo, kheira.” “apa lo bilang, serius lo, kalo lo bohong, gue abisin lo,” “ beneran, mereka ada di taman sekolah tuh, sambil pegangan tangan mesra gitu,” ucap bimo menambah panas hati reno.

Saat bersamaan dammar dan kheira sedang berada di taman, mereka memang sedang duduk berdua, tetapi tidak untuk bermesraan, dammar hendak memperjelas persoalannya dengan reno. Dan meminta agar kheira dapat berbicara ke reno kalau semua ini hanya salah paham. “dammar, bukankah bagus jika reno telah mengetahuinya, dengan begitu kita tak perlu bersandiwara lagi di depannya, kalau ini tetap di lanjutkan akan banyak hati yang tersakiti.” Ujar kheira. “tapi khei, ini tak semudah yang kamu kira, kita tak mungkin bisa bersatu diatas kesedihan sahabatku sendiri.”jawab dammar.

Nampak kejauhan reno memandangi mereka berdua, dari sorot matanya, reno sangat marah dan dendam kepada sahabatnya itu. Hatinya bagai terisi api yang membara. Bel sekolah berbunyi,semua siswa berhamburan dari dalam kelas dengan wajah yang bermacam – macam, senang, kusam dan sebagainya. Dari lorong kelas 2, Nampak dammar berlari menuju kelas reno. Namun apa yang ia cari tak ia temui, lalu ia bertanya kepada tasya teman sekelas reno, tasya bilang kalau reno baru saja keluar kelas menuju mobilnya, ia Nampak terburu – buru. Dammar sudah menduga, reno buru – buru pulang karena tak mau bertemu dengannya. Lalu cepat dia berlari menuju parkiran, sesampai disana mobil reno sudah siap pergi tetapi dammar datang lebih cepat dan mencegahnya. “woy, minggir gak lo, daripada gue tabrak nanti.” Ucap reno kesal. “gue gak mau minggir sebelum lo dengerin penjelasan gue terlebih dahulu.” “ woy, kalo lo tetap gak mau minggir, gue TABRAK.” Ancam reno. “silahkan aja gue tetap gak mau minggir.”teguh dammar. “ oke kalau itu yang lo MAU.” Reno tidak main – main, dia keraskan bunyi mobilnya, lalu tanpa di beri aba –aba mobil reno siap menabrak tubuh dammar,seperti banteng yang hendak menyeruduk setiap yang bewarna merah. “HENTIKAAAN…tolong berhenti reno.”

Kheira datang tiba – tiba membuat reno tersentak kaget, begitu pula dammar, air matanya membasahi pipi merahnya. Butir – butir air mata yang mewakili kekesalannya terhadap sikap reno, kok bisa dia berbuat seperti ini,batin kheira. “cukup, aku muak dengan semua ini, aku benci berada dalam lingkaran diantara kalian berdua, aku beencii.” Tangis kheira pun meledak. “hah, kenapa jadi kamu yang marah khei..kalianlah yang telah mengkhianatiku, bermain di belakangku.”terka reno yang keluar dari dalam mobilnya.

Dammar hanya bisa diam membisu, keributan mereka tak ada hasilnya. Hingga kheira pun tak dapat menahan diri dan menampar reno, lalu pergi meninggalkan mereka. Dammar yang sedari tadi hanya diam terpaku akhirnya pergi mengejar kheira. “khei, berhenti khei..kita bisa selesaikan masalah ini bersama, jangan pergi khei..”.pinta dammar pada kheira. Tapi kheira tak menggubrisnya.

Kheira terus berlari, pandangannya tidak fokus lagi dan saat dia hendak berbalik, dari arah berlawanan datang mobil yang rem nya blong, kheira tak dapat menghindar dan akhirnya dia tertabrak dan terpental lalu kepalanya terbentur pembatas jalan. Dammar berteriak histeris, dia berlari mendekati kheira yang terluka parah.

Bagai petir di siang hari, kejadian ini tak pernah ia harapkan. Kheira meminta agar dammar memangkunya, kheira mau dammar mendengarkan beberapa potong kata yang keluar, dengan suara yang tak jelas dan nafas yang tersengal. Kheira menguatkan diri,ia tahu dia tak bisa terselamatkan, sebelum terlambat, kheira sampaikan bahwa dia memohon maaf karena kehadirannya membuat persahabatan mereka hancur.tapi salahkah jika dia hanya mencintai dammar.

Bunga berguguran bagai di musim semi, langit yang mendung menambah suasana semakin terasa hampa dan menyedihkan. Butiran air mata menetes di pipi dammar, ia terlalu egois memaksakan seseorang yang begitu ia cintai untuk mencintai orang tak di cintainya. Bodoh, kini apa yang ia dapat…dia telah ditinggal pergi oleh orang yang sangat ia cintai untuk selamanya.

Kedua orang yang ia cintai telah pergi meninggalkannya, kheira telah menghadap sang kuasa, sedangkan reno sahabatnya itu telah memutuskan hubungan persahabatan mereka. Reno semakin benci dan kini ia dendam dengan dammar, reno menyalahkan dammar atas kematian kheira. Dammar dapat menerima jika reno masih marah dengannya, tetapi saat keluarganya terbawa masuk kedalam masalah mereka, dammar tak tinggal diam.ayahnya yang tak tahu menahu bingung akan sikap reno yang tidak bersahabat. “den, kenapa den reno memecat saya, apa salah saya den..”kata ayah dammar yang bekerja sebagai satpam di perusahaan papanya. “tanya saja sama anak bapak, dia sudah menghancurkan hati saya.” “dammar melakukan apa sama den reno, maafkanlah dia den,saya yakin dammar tak sengaja melakukannya, ia anak yang baik, bukankah den reno telah lama berteman dengannya.”ayah dammar. “tidak , ini sudah urusan nyawa pak, kekasih saya meninggal saat besama dia..tak dapat saya tolerir lagi, saya sangat membencinya..sangat MEMBENCINYA…”

Ayah dammar memohon hingga bersujud di kaki reno agar reno memaafkan anaknya, tetapi reno tidak dapat menerima, bahkan reno mendorong ayah dammar hinggat terjatuh. Dammar yang hendak menengok ayahnya bekerja kaget atas perilaku reno terhadap ayahnya. “ren, lo apa –apaan sih, ini masalah kita mengapa kamu ajak ayah saya ikut dalam persoalan ini”cerca dammar. Reno tak menggubrisnya, dia langsung pergi meninggalkan dammar dan ayahnya, namun tangannya ditahan oleh dammar. “tunggu ren, jawab pertanyaanku, mengapa kamu begitu sangat membenciku, hingga ayahku kau perlakukan seperti ini”. “ sok ngomong manis depan gue, kamu..kamu..hei dengar yah gue bukannya Cuma sangaat membenci lo tapi gue juga sangat dendam sama lo, ini baru permulaan, lihat apa yang akan gue lakukan untuk membalas rasa sakit hati ini mar,” ujar reno sambil menatap tajam mata dammar, tersulut mata penuh ke ambiusan untuk membalaskannya. Reno begitu membenci dammar.

Persahabatan yang telah berjalan lama sejak duduk di bangku smp hingga sekarang harus berakhir hanya karena cinta pada seorang gadis, dan juga karena kesalahpahaman. Niat reno ingin menghancurkan hidup dammar bukanlah hanya gertakan semata, reno mengirim beberapa orang untuk memukuli sahabatnya itu, tentunya reno tak mungkin bisa memukuli dammar dengan tangannya sendiri. Saat pulang sekolah dammar di jegad oleh beberapa orang yang tak di kenalnya,orang – orang tersebut lalu memukuli dirinya, tanpa rasa iba, yah…itu adalah suruhan dari reno, untuk membuat dammar tersakiti. Ternyata reno tak berhenti sampai disitu, reno merencanakan sesuatu agar beasiswa dammar di cabut, tentunya jika itu terjadi reno berharap dammar akan kesulitan untuk membayar sekolahnya dan akhirnya dia tak dapat meneruskan sekolahnya. Dengan bantuan bimo, rencananya berhasil, nama baik dammar tercoreng, dammar di tuduh menggelapkan uang kas osis karena saat itu dammar menjadi bendahara umumnya,sedangkan bimo adalah ketua osis. Janganlah di Tanya sepicik apa rencana mereka menghancurkan dammar.

Persahabatan dammar dan reno telah berakhir. Itulah menurut reno, tetapi tidak menurut dammar, dammar masih mengharapkan reno menjadi reno yang dulu yang dia kenal,yang selalu ada untuknya,yang sangat sayang padanya. Dammar senantiasa berdoa pada Tuhan agar di bukakan pintu maaf reno untuknya, dibukakan mata hati reno untuk menjadi reno yang dammar rindukan seperti dulu.

Menjelang ujian nasional, siswa – siswi sekolah mulai resah dan gusar bagaimana mereka dapat lulus dan mendapat nilai yang bagus, sebelum ujian, mereka mendapatkan latihan terlebih dahulu. Namun Untuk mengikuti latihan ujian nasional, semua tunggakan bayaran sekolah harus segera diselesaikan. Dammar sedih, keuangan keluarganya menipis, ayahnya yang dipecat kini hanya sebagai buruh serabutan, ibunya kini ikut membantu dengan menjadi tukang cuci. Tetapi penghasilan orangtuanya tidak dapat membantu membayar uang sekolahnya.penghasilan orangtuanya hanya cukup membiayai hidup dan juga ke 3 adiknya. damar tak dapat memaksa mereka, dammar juga cukup malu pada ibu dan ayahnya karena beasiswanya di cabut.

Bukan dammar jika menyerah, dia pun bekerja, mencari uang untuk membayar uang sekolahnya. Saat pulang sekolah dia bekerja menjadi pengantar susu ke rumah – rumah pelanggan. Pekerjaan ini ia dapat dari temannya,dani yang cukup simpati atas hal yang terjadi padanya. Berkat kerja kerasnya beberapa hari, uangnya dapat terkumpul dan ia pun dapat membayar uang sekolah dan sisanya ia berikan kepada ibu nya untuk membantu keperluan keluarga.

Saat disekolah,jam istirahat. Dammar dan dani yang hendak ke perpus untuk belajar bersama berpapasan dengan reno yang berjalan bersama bimo di koridor sekolah. “eh,dammar,mantan sahabatnya reno..mau kemana?” ledek bimo kepada dammar. Dammar pun berhenti dan menatap mata bimo. “ngapain si lo negor – negor dia”.ujar reno kesal. “ren, lo gak mau nostalgia dulu sama mantan sahabat lo ini..” “cukup,bim…gak ada yang namanya mantan sahabat bagi gue…reno tetap sahabat gue..gue gak pernah menghilangkan reno dari hidup gue.” Potong dammar. “ sorry yah,gue udah gak nganggep lo sebagai sahabat bahkan teman gue…lo gue end… ngerti lo.”ucap reno sambil berlalu meninggalkannya.” “lo denger tuh mar, lo gue end….hahayy.”ujar bimo sambil tertawa geli melihat ekspresi wajah dammar yang sedih sambil berlari mengejar reno. “yang sabar mar, gue yakin reno bakalan nyesel udah berbuat seperti ini sama lo, sahabat yang begitu menyayanginya.”ujar dani menghibur dammar.”

Ketika sore hari, reno hendak mencari angin segar. Dia melihat dammar sedang mengendarai motor lamanya bukan motor pemberiannya dulu, sebab motor itu sudah dikembalikan saat mereka mulai bermasalah. Motor dammar berhenti di rumah tetangga reno, dari kejauhan reno mengamati dammar yang membawa beberapa botol susu. Dalam hatinya berkata “dia begini karena kebenciannya yang tak terkendalikannya, dalam hatinya sangat miris, ingin ia menghampiri dammar dan memeluknya, tapi reno terlalu gengsi dan dendamnya masih ada di sorot mata hatinya.

Saat ujian nasioal telah berlalu dan masa – masa indah sma telah berakhir..perpisahan pun telah tiba, dammar masih merindukan sosok reno sebagai sahabatnya bukan seorang yang menganggapnya sebagai musuh. Reno yang diharapkan dammar sedang mendapatkan musibah, adik satu –satunya yang ia miliki, reiny menderita gagal ginjal, adiknya kini terbaring di rumah sakit dan kritis. Dokter menyatakan bahwa reiny memerlukan donor ginjal segera jika tidak ia akan meninggal. Papa mama reno serta reno pun gusar, berusaha mencari donor ginjal yang cocok untuk reiny. Karena harus menjaga reiny dan mencari pendonor ginjal.

Papa reno menyuruh reno untuk menggantikan posisinya sementara di perusahaan. Reno pun menyanggupi amanah dari papanya itu. Di perusahaan ayahnya, reno menawarkan semua karyawannya untuk menjadi pendonor ginjal, imbalannya ia akan memberikan uang yang dimau si pendonor itu.

Beberapa karyawannya tertarik namun tak satupun yang cocok untuk reiny. Sepertinya apa yang telah ia lakukan sia – sia tak ada hasil. Reno terpukul sekali,,. Dia mencoba menenangkan diri disebuah taman kota yang menjadi tempat favoritnya bersama dammar dulu, dia sedih, air matanya tak terasa membanjiri pipinya,ia tak peduli dengan tatapan mata orang yang lewat didepannya. Ia tak mau kehilangan adik kesayanggannya itu. Tak di sadarinya reno bertemu dengan dammar. “reno..kau kah itu?, mengapa kau menangis.”sapa dammar sambil duduk disebelah reno. “bukan urusan lo, ngapain lo disini, ngapain juga duduk di samping gue.”cerca reno sambil mengusap air matanya. “inikan tempat favorit kita berdua, aku kangen sama kamu ren, karena itu aku kesini dan berharap bisa bertemu denganmu,ternyata Tuhan mendengar pintaku,akhirnya aku bisa bertemu lagi denganmu.”ujar dammar sambil tersenyum manis untuk reno.”gak usah basa – basi deh, sekarang pilih..lo yang pergi apa gue yang pergi” hardik reno sambil memasang wajah yang tak mengenakan untuk di lihat. “ren, sampai kapan kamu membenciku, sampai kapan kamu bisa memaafkanku, aku gak bisa kalau harus melupakanmu.” “udahlah mar, gue lagi ada masalah, jangan buat gue naik pitam, adik gue lagi sakit.”;ceplos reno. “hah, rei sakit apa ren?”Tanya dammar ingin tahu. “ dia sakit ginjal dan memerlukan donor ginjal segera jika tidak…” “jika tidak kenapa ren..” potong dammar. “ jika tidak reiny akan meninggal, puaas lo mar, udah gue kasih tau, sekarang lo pergi, tinggalin gue sendiri.”tutup reno. “ren, aku mau jadi pendonor ginjal buat reiny.” Ujar dammar. “ maaf gue gak perlu bantuan lo.” “ren,percaya ini demi adik lo,reiny udah seperti adik gue sendiri.lo gak mau kan terjadi apa- apa sama dia jika terlambat untuk mencari donor untuknya”.

Karena terpaksa, reno pun menyetujuinya, dammar pun di bawa ke rumah sakit tempat adiknya di rawat untuk diperiksa. Jika ginjalnya cocok, maka dammar akan menjadi pendonor untuk reiny dan harus menjalani operasi, dengan begitu dammar hanya memiliki 1 ginjal nantinya. Setelah menjalani berbagai pemeriksaan, dokterpun menerangkan bahwa ginjal dammar cocok dengan reiny. Keluarga reno pun bersyukur namun tak berlangsung lama karena ingat apakah ayah ibu dammar memperbolehkan dammar untuk menjadi pendonor reiny setelah apa yang dilakukannya dengan ayah dammar.

Semula orangtua dammar menolak,namun karena tekad dammar yang telah bulat untuk menolong reiny,maka orangtua dammar menyetujuinya. Sebelum operasi dammar meminta untuk berbicara sebentar dengan reno. “apa yang lo mau dari gue mar.” Tanya reno serius “gue Cuma minta lo mau nerima gue lagi,ren.jika lo dah gak mau bersahabat seperti dulu dengan gue,gue bisa terima tapi tolong kita tetap berteman dengan baik yah..maafin gue .”pinta dammar. “Cuma itukah.” “1 lagi ren, gue mau bekerja di kantor yah lo, gue mohon,gue gak tau gimana caranya buat bantu orangtua gue.”pintanya lagi kepada reno. “ sorry mar, gak ada lowongan kerja lagi, kecuali office boy..”terang reno. “gak pa2 ren, gue kerja apa aja mau.”tegas dammar. “baiklah kalau begitu.”

 Dammar pun masuk keruang opersai, begitu pula dengan reiny. Reno berhrap keselamatan untukkeduanya, orang yang ia saying, reno mencoba melawan sikap pendendamnya. 3 jam telah berlalu, operasipun selesai dan lancar. Keduanya telah melewati masa kritisnya, mereka di bawa kekamar rawat masing – masing, reiny telah sadar, ini membuat keluarga reno bahagia, namun dammar sampai sekarang belum sadarkan diri. Reno mencoba melawan rasa simpatinya terhadap dammar, ia yakin sebentar lagi dammar akan sadar lagipula disana sudah ada orangtuanya yang menjenguk serta orangtua dammar sendiri. 3 bulan setelah operasi itu, reno menepati janjinya. Ia memperkerjakan dammar di kantornya, dammar senang bisa bekerja dikantor orang yang selalu ia anggap sebagai sahabatnya itu, reno teetap bersikap dingin dengan dammar, tetapi ini tak pernah membuat dammar menjauhi reno bahkan dammar selalu ingin dekat dengan reno. “ini kopinya bos.”sapa dammar kepada reno sambil menaruh secangkir kopi panas di meja kerja reno. “makasih.”ucap reno “kalau perlu apa – apa panggil ajah yah.”ujar dammar. “iya”jawab reno sedikit ketus.

Lalu dammar pergi dan menutup pintu mebiarkan reno kembali bekerja. Dammar kembali bekerja di dapur, namun hari ini terasa aneh. Perut di bagian bawah dekat pinggangnya terasa sangat sakit, ia mencoba tetap kuat dan melawan rasa sakit itu, tapi rasa sakitnya semakin menjadi. Hingga ia menjatuhkan gelas yang ia hendak cuci.

Mendengar keributan di dapur memerapa karyawan menghampirinya dan menolongnya. “dammar tidak apa- apa?”Tanya salah satu karyawan itu. “tidak apa- apa kok bu.”jawab dammar pelan. Hal seperti ini sering terjadi, bahkan dammar sempat pingsan dan di bawa kerumah sakit, reno yang tahu akan itu hanya diam tak pura – pura tidak tau bahkan taak mau tau akan sakit yang di derita dammar.

Keesokan harinya dammar datang kekantornya, ia mulai seperti biasa bekerja sebagai office boy, sudah seminggu dammar tidak kelihatan. Saat melihat dammar,reno langsung memanggilnya  keruangannya. “dammar kamu kenapa?”Tanya reno. “tidak pa2 bos.”jawab dammar. “dammar, maaf yah kamu saya pecat..”ucap reno.kali ini nada bicara reno sangatlah lembut.entah apa yang di inginkan reno.tetapi dammar menerimanya dan pergi begitu saja tanpa berpamitan. Dammar menangis, ia tak tau lagi apa yang harus dilakukannya agar reno bisa seperti dulu, orang yang ramah dan baik memperlakukannya.

Di ruangannya reno terpaku diam dan tak terasa air matanya terjatuh, airmata untuk dammar. Dammar pulang kerumah, ia tak ingin terlihat bersedih dihadapan orangtua dan adiknya. Ia pun tak mengatakan tentang sakit yang kini datang menghampirinya, orangtua dammar kini mempunyai warung yang diberikan oleh orangtua reno karena dammar telah mendonorkan ginjal untuk reiny.damar sangat menyayangi ayah,ibu dan ke 3 adiknya,ia berjanji takkan merepotkan mereka lagi. Dammar berharap air matanya telah habis, agat tiada kesedihan lagi menghampirinya…tiada lagi.

Reno datang kesiangan kekantor, semalam ia merenung tentang kisah yang telah terjadi. Ia langsung menuju ruangannya,tetapi sekretarisnya menghampirinya dan menyerahkan buku diari, buku diary milik kheira yang dititipkan oleh tasya teman semasa sma nya dulu.

Lembar  demi lembar di buku itu ia baca,meneteslah lagi air matanya. Ia bahkan tak sanggup meneruskan untuk membaca, tetapi ia mencoba untuk tegar..buku diary inilah yang membuka mata hati reno yang telah di butakan oleh kebencian dan dendam.

Sahabatnya yang telah ia aniaya,yang telah ia hancurkan hidupnya adalah seorang yang berhati malaikat, dialah yang selalu berusaha menjaga hatinya, tak pernah membiarkan hatinya terluka,bahkan merelakan cinta sejatinya pergi meninggalkannya hanya demi sahabat yang tak terima kasih seperti dirinya. Reno sangat menyesal…ia tersdar bahwa air mata tak bisa menebus dosanya terhadap dammar.

Reno mendatangi rumah dammar,rumah yang sudah lama tak ia datangi semenjak ia membenci dammar.reno tak sudi untuk menginjakan kakinya disini. Reno mengetuk pintu rumah dammar, tetapi rumah itu tampak sepi seperti tak berpenghuni. Lalu reno bertanya ke tetangga sebelah rumah dammar.

Tetangga tersebut bercerita bahwa keluarga dammar telah pindah,hendak pulang ke kampung halamannya. “ibu tau mereka pindah ke daerah man?.”Tanya reno. “buat apa kau bertanya itu, bukankah kau hanya ingin bertemu dengan reno” Tak disangka reno, dani berdiri di belakangnya. “dani…”ucap reno kaget. “mengapa baru sekarang kau kemari ren.” “dani,maaf gue terlalu jahat,gue mau minta maaf sama dammar, gue mau hubungan pershaabatan gue sama dia terjalin lagi, seperti dulu..gue menyesal.”tutur reno menahan tangis. “tapi ini telah berakhir ren, ia takkan bisa bersamamu lagi.” Ucap dani. “maksud nya apa, apakah dammar kini juga membenci gue,gak pa2 den gue terima, gue bakal terima perlakuan apa ajah dari dia,tapi pliss jangan halangi gue buat ketemu dia ,gue kangen sama dia.” “gue gak bakal ngelarang lo kok ketemu sahabat lo,dia memang sahabat sejati lo ren, sayangnya lo gak bisa menjaganya.” “maksud lo apa si dan,gue gak pahan semua omongan lo.” “ren, asal lo tau, dammar menderita gagal ginjal, ginjalnya memang tinggal satu karena yang satunya ia berikan kepada adik lo, ternyata ginjal danar yang tingggal 1 itu tak berfungsi dengan baik, dia harus senantiasa cuci darah, selama ini ia sembunyikan penyakitnya itu, orangtuanya pun tak dia beritahu.sampai akhirnya…” “ya Tuhan…kenapa bisa begini apa yang telah ku perbuat pada sahabatku, aku telah membunuhnya.”

Tangis reno pun tak tertahankan. “ren, sabar ren, ini semua bukan salah lo sepenuhnya..kita iklaskan saja.” “iklhaskan dan…maksud lo apa dan..trus kalimat lo apa yang akhirnya itu..kenapa ada apa dengan dia selanjutnya dan…kasih tau ke gue…” cerca reno “lo harus kuat ren, dammar tidak bisa terselamatkan, dia sudah terlalu parah, tenaganya tak dapat membendung rasa sakit yang ia rasakan.”tutur dani, dani pun tak dapat menahan air mata nya. “dammar udah gak ada, dammar udah pergi menyusul kheira..”lanjut dani meneruskan kalimatnya yang terpotong.

Bagai badai yang menerpa tubuhnya,reno tak dapat menjaga keseimbangan tubuh,Reno tak kuat mendengarnya,ia pun jatuh pingsan. Kicauan burung di pagi hari, bunga melati yang bermekaran kini banyak yg gugur dan jatuh ketanah. Semerbak harumnya menambah lemah jiwa – jiwa yang menhirupnya, langit nya bagai langit di senja hari.hari ini begitu memilukan…memilukan hati.

Reno terduduk lemah bagai tak ada sisa – sisa tenaga lagi, kepalanya terbaring di atas pusara yang bertuliskan nama “moh.damaryanta” tepat disebelahnya adalah makam kheira…air mata reno terus mengalir seakan tak ada habisnya, tak dapat mengukur kepedihan hatinya serta penyesalannya yang begitu besar. Terdengar sayup bisikan lembut ditelinga kanannya hingga membuat dirinya terjaga dan kembali menangis, bisikan itu membuat hatinya tenang namun batinya terasa teriris sembilu… kau tetap sahabatku…selama-lamanya.

KASIH TAK SAMPAI

KASIH TAK SAMPAI
Karya Devi Nurmalasari

Haii...hari ini aku baru saja mulai tahun ajaran baru,sekarang aku duduk di kelas 1 SMP swasta d daerah ku.
aku adalah seorang anak bungsu dari 4 bersaudara...nama ku Dera! hari ini,bulan juli 2004,aku mulai MOPD di sekolah baru ku. setelah 2 hari aku melalui masa MOPD,aku merasa tidak ada yang aneh...semuanya berjalan lancar,namun di hari ke 3 aku menjalani MOPD,aku mulai merasakan hal yang aneh..aku bertemu dengan seorang kakak kelas ku...dia sekarang duduk di bangku kelas 3. waktu itu,para peserta MOPD,harus mengumpulkan sebanyak-banyaknya tanda tangan dari kaka kelas. aku pikir,itu akan mudah..namun ternyata tidak semudah yang aku bayangkan. kakak kelas yang akan aku mintai tanda tangan,tidak begitu saja memberikan tanda tangan mereka dengan percuma,mereka menyuruh ku bernyanyi,membaca puisi,mengatakan cinta,atau apa pun yang mereka ingin kan. sampai suatu ketika,aku berjalan menuju kantin sekolah,aku berniat meminta tanda tangan kepada kerumunan kaka kelas laki-laki yang sedang asik bermain gitar. "kak..maaf gangu,boleh gk minta tanda tangannya?"
sejenak,mereka berhenti memetik gitar mereka. kemudian mereka tertawa...sungguh malunya aku ketika itu. memang,aku akui,mereka sangat good looking,apa lagi yang satu itu...dia sangat mencuri perhatianku,seorang pria dengan postur badan yang tinggi,kurus,hidung mancung,pokoknya TAMPAN...namanya BAYU.
"boleh kok..boleh banget,tapi ada syaratnya"...kata salah seorang dari mereka yang aku tahu namanya itu niko..
"apa kak syaratnya?? aku mau deh,asal kakak-kakak mau ngasih tanda tangan buat aku" jawab ku. "gampang kok,elu harus nyanyi sambil main gitar! gimana?? mau?" aku terkejut mendengar ucapan dari niko,kata orang-orang,suara ku cukup enak di dengar jika bernyanyi,jadi aku tidak keberatan jika di suruh bernyanyi,tapi yang membuat aku terkejut adalah...BERMAIN GITAR,aku sama sekali tidak bisa bermain gitar..."oh god,gimana ini??" jerit batin ku. "tapi kak,aku gk bisa main gitar,aku nyanyi aja yah...ga apa-apa kan??" pinta ku.
"gk bisa dong..mana enak nyanyi tanpa musik!?" jawab niko...melihat aku yang kebingungan,bayu merebut gitar yang d pegang niko. "udah lah ko,kasian dia...biar gw aja yang maenin gitar buat dia! oh iya,nama kamu siapa?" aku tekejut,dengan membalas uluran tangannya,aku menjawab "makasih kak..nama aku dera. kaka beneran mau maenin gitar buat aku?? makasih banget yah kak..aku bakalan nyanyi lagu kesukaan kaka deh....kaka pngn aku nyanyi apa??"
bayu tersenyum melihat tingkah ku yang sangat kekanak-kanakan..
"kamu tau lagu slank yang judulnya KU TAK BISA?" tnya bayu.."tau banget kak,kaka pngn aku nanyi itu??" bayu mengangguk. aku pun bernyayi dengan diiringi petikan gitar bayu.

Niko dan teman-temannya takjub mendengar suara ku. "waaaahhh...suara lu bagus banget der..hebaaatt deh,sini gw kasih tanda tangan!" kata niko. ketika niko memberi tanda tangan di buku ku,teman-temannya pun ikut memberikan tanda tangan mereka. bayu tesenyum kepada ku...senyumannya maniiiis sekali. tuhaannn...jantung ku rasanya mau copot melihat senyumannya. "suara kamu bagus." kata bayu.

Hari itu pun berlalu..akhirnya masa MOPD telah selesai,kini hari pertama ku mengenakan seragam putih biru. waktu itu adalah pengumuman kelas,hasil dari pengumuman itu,aku akhirnya duduk di kelas 7-3,seketika itu,aku dan sahabat ku fitri berhambur masuk kedalam kelas. aku memilih duduk di bangku depan di depan pintu,aku terkejut ketika melihat ke atas,ternyata bayu duduk di deretan bangku paling belakang,dia sangat terlihat jelas. aku senang,ternyata kelas ku dan kelas bayu bersebrangan. setiap hari,aku memperhatikan bayu dari balik jendela kelas. suatu hari,aku cerita tentang perasaan yang selama ini kau pendam kepada sahabat ku fitri.."serius lu der?? emang iya sih..bayu itu ganteng banget,tapi kan cowo ganteng itu pasti banyak yang suka,mustahil banget dia belum punya pacar..secara tampangnya itu loh der...ganteeeng banget,bisa-bisa nanti lu di labrak kaka kelas kalo mereka tau lu naksir sama dia!"
"gw gk peduli fit..yg jelas,gw suka banget sama dia,gw baru ngerasain ini fit..mungkin ini yang di sebut FIRST LOVE yah fit??" jawab ku.
"iya...gw ngerti der. ya udah deh,gw dukung lu. tapi lu harus berani dong ngomong sama dia kalo lu suka sama dia!"

Mendengar ucapan fitri,aku berfikir. aku berencana untuk memberikan hadiah valentine untuk bayu.setidaknya dia tahu kalo selama ini aku mengaguminya.
"fit...hari ini kan valentine,lu tau gk?? gw udh nyiapin hadiah buat bayu." fitri kaget,"nekad lu yah der,ya udah,nanti istirahat,gw panggil bayu buat nemuin lu d depan toilet sekolah!"
yah..itu lah fitri,dia selalu mendukung apa yang aku mau. dia memang shabat yang baik. setelah istirahat tiba,fitri menepati janjinya untuk membawa bayu kedepan toilet sekolah untuk menemuiku.
"dera?? kamu manggil kaka? ada apa?" aku gugup,kaget,senang,bercampur aduk rasa ku saat itu. "eh kak bayu...hhehe. iya kak,aku cuma mau ngasih ini buat kaka." aku menyerahkan bungkusan yang berisi coklat untuknya. "buat apa? kaka kn gk ulang tahun!" aku malu sekali saat itu,dengan gugup aku menjawab,"itu hadian buat kaka,hari ini kan hari kasih sayang,jadi dera cuma mau ngasih hadiah buat org yg dera sayang aja. dera sayang sama kak bayu." sekuat tenaga aku mengerahkan tenaga ku,menyingkirkan rasa malu ku hanya untuk mengatakan itu kepada bayu. tapi reaksi bayu hanya tesenyum. "makasih ya der!"
aku kaget...MALU gara-gara melihat reaksi bayu.

Dengan perasaan kacau,aku masuk ke dalam kelas,disana sudah ada fitri yang menunggu cerita ku. aku menangis,aku merasa sangat malu karena aku telah melakukan hal yang bodoh dalam hidup ku.
hari-hari pun berlalu,ternyata bayu menunjukan perubahan sikapnya terhadapku,dia sangat baik dan perhatian terhadapku. hampir setiap jam dia menelpon ku,aku sangat senang dengan keadaan yang seperti ini,walaupun kini aku dan bayu hanya menjalani hubungi tanpa status,namun gosip yg beredar di sekolah kalau aku dan bayu itu berpacaran,awalnya aku merasa nyaman dengan gosip seperti itu,karena mungkin dengan begitu,tidak akan ada yang berani menggoda bayu,karena yang mereka tahu,dia adalah milik ku. namun pikiran ku salah besar,tidak aku duga,ternyata ada seorang kaka kelas wanita ku,namanya rani,dia melabrak ku dan mengatakan kalau dia sudah lama mengincar bayu. "ya udah sih kak,kita bersaing secara sehat aja!" jawab ku seakan menantang dia. "berani lu sama gw? oke..jangan nyesel kalau nanti bayu ninggalin lu!" kata-kata rani sangat membuat ku sakit hati dan sedih,aku benar-benar takut kehilangan bayu,sangat takut.

Singkat cerita,akhirnya bayu pun lulus dari sekolah kami. aku sedih,sangat sedih karena aku tahu,tidak akan ada lagi sosok bayu di sekolah ku,tidak akan ada lagi sosok yang akan melindungi ku dari ancaman kaka kelas ku,rani.
"kamu jangan sedih dera,kaka janji kok bakalan tetep telponin kamu tiap hari." ucap bayu. aku cukup merasakan ketenangan ketika mendengar kata-kata bayu. tahun pertama dia masuk SMA,dia memang rutin menelepon ku hanya untuk menanyakan keaadaan ku,tapi setelah tahun kedua,bayu menghilang,tidak ada kabar darinya,handphonenya tidak bisa di hubungi,aku kalang kabut mencari tahu tentang bayu. bertahun-tahun aku tidak tau keberadaan bayu,dan juga aku tidak pernah tau kabarnya seperti apa.
sampai suatu hari,ketika aku sudah masuk SMA,aku mulai menemukan titik terang tentang keberadaan bayu,ternyata selama ini dia pindah keluar kota.
"dera..udah dong jangan mikirin bayu aja! udah 3 taun lu mikirin dia terus,sekarang lu udah tau kan dia ada di luar kota? jadi udah..jangan harepin dia lagi!" ujar fitri ketika melihat keadaan ku yang sedang sakit. memang,akhir-akhir ini aku sering masuk rumah sakit,tapi aku sendiri tidak tau penyakit apa yang menyerang ku,orang tua ku bilang,aku hanya demam dan anemia biasa,sehingga aku sering merasakan sakit kepala.
suatu hari,ketika aku sudah merasa sehat,aku mulai kembali masuk sekolah. ketika aku sampai di rumah,mama ku memberi kabar bahwa tadi ada seorang pria yang mencariku,dia hanya menitipkan sepucuk surat untuk ku. setelah aku buka surat itu,aku sangat terkejut,ternyata bayu...dia meninggalkan nomer handphonenya untuk ku. tanpa pikir panjang,aku langsung menelpon dia.
"haloo...kak bayu?"
"iya...dera yah?"
"iya kak..kaka kemana aja? kenapa gk ngabarin dera? mna janji kaka yg bilang mau nelpon dera tiap hari? dera kangen banget sama kak bayu! tadi kak bayu ke rumah yah?"
"iya dera...kaka minta maaf,waktu itu handphone kaka ilang,jadi kaka gk bisa ngabarin dera,mau ke rumah kamu juga gk sempet!"
kurang lebih 2 jam aku melepaskan rinduku pada bayu lewat telpon,akhirnya kami berjanji untuk bertemu,sekedar melepas rindu. kami bertemu di salah satu mall d daerah ku. "kita mau kemana kak??" tanya ku pada bayu, "kita nonton aja yu?" ajak bayu. dengan semangat,aku mengikuti ajakan bayu.
selama di dalam bioskop,pandangan ku tidak pernah lepas dari bayu,sungguh,aku sangat mencintai sosok pria yang ada di hadapan ku. ketika aku tengah asik ngobrol dengan bayu,ponselnya pun berbunyi,setelah aku lihat,ternyata tertulis "my love rani memanggil" ada panggilan masuk untuk bayu,dan itu pasti dari wanita,sesaat bayu meninggalkan ku untuk menerima telpon dari wanita yang bernama rani itu. "telpon dari siapa kak? kok pake ada kata-kata my lovenya?" tanya ku pada bayu. "itu pacar kaka der!"
duuuaaarrr...hati ku bagai di serang petir di tengah hari bolong.

"itu namanya rani kak? bukan rani kaka kelas aku waktu di SMP kan kak?" tanya ku dengan berusaha agar tetap tegar. "bukan der..kaka gk mungkin pacarin cewe yang udah nyakitin kamu,yang udh ngusik hidup kamu dera...kaka janji" bayu mencoba menenangkan aku. tapi bukan kata-kata itu yang aku harapkan kaluar dari mulut nya. jujur saja,aku sangat ingin menjerit saat itu,aku sangat terpukul ketika tahu bahwa dia telah mempunyai kekasih,itu artinya penantian aku selama ini sia-sia. "ya udah,gak apa-apa kok kak,sebagai adik,dera cuma pengen yang terbaik buat kaka,selama ini,dera cuma anggap kak bayu kaka dera sendiri kok!" ucap ku membohongi diri dan perasaan ku sendiri. "makasih banget yah dera.." jawab bayu.
tiba di rumah,aku berdiam diri di kamar,aku menangis,aku tak kuasa menahan rasa kecewa ku..ingin sekali aku membenci bayu yang selama ini tidak menghargai perasaan ku. tapi aku tidak bisa membencinya.
suatu hari,sepulang sekolah,aku tidak langsung pulang,aku mampir ke toko buku untuk membeli novel kesukaan ku,disana aku melihat bayu sedang asik membaca komik kesukaannya. "kak bayu..ngapain disini? asiik..dera bisa nebeng pulang dong?" canda ku kepada bayu. "eh dera...." bayu tampak kaget ketika dia tahu kalau aku ada di tempat yang sama dengan dia.
"eh anak kecil..ngapain lu disini??" suara itu mengejutkan aku..betapa terkejutnya aku ketika tahu bahwa suara itu adalah RANI,musuh terbesar ku selama aku di SMP. "lu sendiri ngapain disini?" tanya ku ketus.
"gw nemenin pacar gw beli buku,pacar gw itu bayu!"
duuuuaarr...petir kembali menyambar ku...aku kembali kecewa untuk kesekian kalinya kepada bayu..dia berjanji untuk tidak menjalin hubungan dengan rani,tapi ternyata dia telah menjalin hubungan dengan orng yg paling aku benci. apa maksud semua ini?? aku sangat bingung,kecewa,dan sakit hati.
aku berlari meninggalkan mereka,aku pikir,bayu akan mengejar ku,ternyata tidak. bayu sama sekali tidak mempedulikan aku.

Sampai di rumah,aku mengurung diri di dalam kamar,aku tidak berhenti menangis,sampai aku tertidur karena lelah menangis. sore harinya,aku terbangun dari tidur ku,aku keluar kamar dengan mata yang sembab,ketika aku mulai keluar dan ingin menghirup udara di luar,bayu datang. "dera..kamu kenapa tadi pergi gitu aja?" tanya bayu pada ku. "gk apa-apa kok,dera cuma cape,pengen pulang! kaka mau ngapain kesini?"
"kaka mau ngasih kamu sesuatu,kaka harep,kamu bakalan suka!" aku tersenyum mendengar kata-kata bayu,aku mencoba menebak,apa yang akan bayu berikan pada ku. ternyata bayu memberikan ku surat undangan pernikahan. "siapa yang nikah kak?" tanya ku pada bayu

Setelah aku buka,ternyata bayu akan segera menikah dengan wanita itu..wanita yang sangat aku benci,dan dia juga membenci ku. "kaka mau nikah sama si rani?"
"iya der,kamu harus dateng yah!"
tanpa menghiraukan bayu,aku masuk kedalam rumah. disana,aku kembali menangis..bayu akan segera menikah,dan itu artinya penantian,perasaan ku selama ini untuknya sangaat sia-sia....entah kenapa,saat itu aku merasakan sakit yang luar biasa pada kepala ku,sampai akhirnya aku jatuh pingsan. entahlah,aku mengira saat itu aku hanya terlalu lelah menangis,ternyata semua salah. selama ini orang tua ku membohongi tentang penyakitku,aku bukan hanya sekedar anemia,tapi aku mengidap penyakit kanker otak. satu minggu belakangan ini aku berada di rumah sakit,aku ingat bahwa besok adalah pernikahan bayu. ingin sekali aku datang untuk mengucapkan selamat untuknya,tapi aku takut tidak dapat membendung air mata ku di hadapan bayu. ketika aku sedang memikirkan bayu,tiba-tiba rasa sakit di kepala ku menyerang begitu hebat,aku rasa aku tidak dapat bertahan lagi saat ini. aku sudah tidak mampu melawan rasa sakit ini,saat itu aku melihat sosok makhluk berbaju putih tersenyum pada ku. saat itu juga aku yakin bahwa aku telah sampai di akhir usia ku.

Yaah...aku meninggal dunia karena kanker otak yg selama ini bersarang d tunbuh ku. aku meniggal tepat ketika bayu menikahi rani..wanita yang sangat membenci ku.
tapi...FIRST LOVE NEVER DIE,aku membawa pergi rasa cinta ku kepada bayu..aku yakin,rasa cinta ini akan selamanya ada dalam pikiran ku,meskipun jasadku sudah tidak ada dalam bumi ini.

SEKIAN

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

About