Sabtu, 04 Februari 2017

Jangan Bilang Lo Jatuh Cinta?

“pokoknya lo harus jadi cewek gue. Gue gak bakal tahan dengan semua cewek-cewek yang ngeganggu gue selama di sekolah nanti. Kau lo jadi cewek gue apapun mau lo bakal gue turutin deh, janji.”

Selama hampir tiga tahun aku tidak berpacaran hanya fokus untuk belajar dan sekolah. Beberapa orang memang mencoba untuk mendekatiku tapi, aku sepenuhnya menutup hatiku sejak terakhir kali dikhianati oleh mantan pacarku dan sekarang setahun lalu Andrew teman masa kecilku kembali dan bersekolah di tempat yang sama denganku. Dia langsung menjadi populer dan digoda oleh banyak cewek di sekolahku membuatnya risih dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Dan saat ini kami membuat janji untuk menjauhkan dia dari hal-hal seperti itu jadi dia bisa fokus pada pelajarannya dan meluluskan sekolahnya tahun ini tanpa menambah tahun dan umur lagi. aku pikir aku harus menerimanya karena hanya dengan cara ini aku dapat memenuhi permintaan kedua orangtua Drew agar membantunya untuk lulus tahun ini.

“oke. Dan permintaan pertama gue. Gue pengen nilai lo bisa diatas gue minimal sama deh ama gue juga nilai semester lo. Buktiin kalau lo emang serius pengen nyelesaiin sekolah dan gak bikin onar lagi. lagian gue janji ama bokap nyokap lo untuk ngebuat lo lulus tahun ini.” Aku menaikkan satu alis sebagai tantangan apa dia bisa menerima permintaanku ini. Karena, aku tahu tidak ada cara lain lagi.
“oke. Deal” ucapnya menyerahkan tangannya mengajakku bersalaman untuk perjanjian ini.
“dan ini baru permintaan pertama.” Aku tersenyum kemenangan.

Hari pun berlalu aku bisa mengatasi semua penggemar Drew dan membuat mereka tidak mengganggu Drew lagi selama aku masih menjadi pacarnya. Tapi, satu hal yang sedikit sulit diatasi teman-temanku yang menudingku terus dengan pertanyaan kenapa tiba-tiba bisa pacaran dengan Drew dan bagaimana aku bisa secepat itu punya hubungan dengan Drew mereka benar-benar tidak percaya bahwa aku dan Drew berteman sejak kecil makanya sekarang kami mudah sekali dekat dan lagi orangtua kami saling mengenal kenapa gak mungkin bagi kami bisa berpacaran. Teman-temanku hanya tidak menyangka karena selama ini aku bersikukuh tidak ingin pacaran lalu tiba-tiba malah jadian dengan pangeran tampan sekolah. Pangeran tampan? Bagi gue gak ada tampan-tampannya sama sekali tuh.

Seperti permintaan Andrew agar aku selalu berada di dekatnya saat di sekolah, menemaninya latihan basket dan kegiatan sekolah lainnya. Seperti saat ini Drew latihan untuk pertandingan basket antar sekolah dan aku hanya duduk di bangku penonton sambil membaca buku karena besok ada ulangan sambil menunggu Andrew.

“hei Senior. Lagi nungguin pacar lo ya?” ini dia si J atau nama aslinya Junior, aku memanggilnya J.
“Hei J. Kok baru dateng lo udah latihan hampir setengah jam loh tu.”
“iya nih Senior, gue abis ngambil ulangan susulan karena kemaren ini sakit, tapi gue udah bilang pelatih bakal telat. Ya udah gue gabung latihan dulu ya.” Ucap J dan sebelum meninggalkanku dia berkata lagi “ternyata lo cocok juga ya sama cowok lo ini. Kalau gue tahu dari awal tipe lo cowok populer kayak dia, harusnya gue udah ngelakuin itu dari dulu.”
Dasar si J, gimanapun juga dia mau jadi populer dia tetap junior dan lagian bukan hanya namanya yang Junior umurnyapun lebih kecil dariku. Aku gak mungkin bisa suka sama brondong.

“akrab banget lo ama si Junior.” semua sudah selesai latihan dan menuju tempat istirahat tapi, Drew malah menemuiku.
“apaan sih Drew. Apa sekarang lo bakal ngelarang gue ngobrol sama Junior-junior gue sekarang. Ingat ya gue Cuma pacar lo yang ngebuat lo supaya gak digangguin cewek-cewek satu sekolah. Jadi gak ada hak cemburu-cemburuan deh”
“lagian siapa yang cemburu. Gue nanya doang.” Drew berlari lagi kelapangan setelah mengatakan hal seperti itu padaku. Aku gak yakin Drew cemburu karena, gak mungkin Drew suka padaku. Dan aku pun gak mungkin suka sama dia. Udahlah buat apa dipikirin.

Andrew dan aku memang pernah di sekolah dasar yang sama dan karena orangtua kami berteman Drew dan aku juga jadi dekat. Tapi, gak ada hal mengenakkan dalam hubungan masa kecil kita. Aku dan Drew selalu saja perang kalau berada di sekolah dan saat dengan orangtua kami, kami akan menjadi anak-anak yang sangat penurut. Hmm memang masa kecil yang penuh kepura-puraan.

Sudah tiga bulan dan hasil ujian tengah semester membuat Drew membuktikan bahwa dia telah menuruti permintaanku tentang nilai-nilainya yang sangat memuaskan bahkan dia lebih baik dariku. Bagaimanapun juga Drew harus lulus tahun ini.

“Ta, lo dipanggil wakil kepala sekolah tuh.” Hani memberitahuku, tapi ada apa dengan wakil kepala sekolah yang memanggilku. Apapun itu aku langsung menuju ruang wakil kepala sekolah. Dan di sana sudah ada wali kelasku juga. Pada intinnya pembicaraan ini tentang tes untuk masuk Universitas di Australia. Ada undangan khusus dari Universitas di Adeleide untuk sekolah kami. Dan walikelasku serta wakil kepala sekolah ingin aku mengikuti tes itu. Dan katanya bukan hanya aku saja dari Indonesia tapi, di sekolah ini mereka menganggap hanya akulah yang bisa melakukan tes ini. Mungkin nilaiku memang tidak selalu terbaik di sekolah tapi, kemampuanku di bidang jurnalistik membuat mereka yakin aku akan bisa lulus dalam tes ini. Karena jurusan yang mereka tawarkan ya memang untuk bidang jurnalistik saja. Aku menyanggupi keinginan wakil kepala sekolah dan wali kelasku itu lagian aku pikir ini hal yang bagus juga. Karena aku belum memikirkan kemana akan melanjutkan kuliahku setelah sekolah di sini.
“hei, sayang kantin bareng yuk.” Saat aku sedang memikirkan tentang tes kuliah di Australia itu Drew datang mengagetkanku seperti biasa mengajak makan siang di kantin. Aku gak akan bisa nolak. Jadi aku hanya tersenyum mengangguk dan berjalan bersamanya ke kantin. Dia selalu memanggilku sayang saat di sekolah.

“eh, ngapain pegang-pegang tangan gue. Kuman tau” aku langsung mengeluarkan semprotan pembersih tangan dari sakuku dan menyemprotkan ke tanganku.
“heh, dasar miss clean” Drew mengejekku. Aku gak tau sejak kapan tapi, waktu aku kecil dulu pernah ada kejadian yang sangat tidak mengenakkan untuk dikenang. Saat aku sedang belajar bersepeda aku tiba-tiba terjatuh tepat di kotoran sapi. Hal itu sangat jorok, menjijikan bau dan membuatku harus mandi berkali-kali untuk menghilangkan baunya dan menghilangkan rasa kotornya dari tubuhku. Sejak saat itu aku benci dengan hal yang kotor. Dan ingin selalu bersih itu menjadi kebiasaan hingga sekarang ini.

“gue ada permintaan.” Drew datang ke rumahku dan langsung menemuiku yang sedang berada di tepi kolam berenang rumahku sambil baca novel terbaru yang kubeli kemarin.
“apaan sih lo datang-datang nantang gue. Mau apa lo?”
“pergi jalan yuk.”
“gak ah, pergi sendiri.”
“eh, tapi lo kan cewek gue. Ayok pergi jalan sekarang.”
“emang gini cara lo ajak cewek lo pergi jalan.” Kataku dan aku sadar Bundaku geleng-geleng kepala memperhatikan kami berdebat.
“oke deh, pacarku ayo kita pergi jalan sayaaaanggg.” Ucapnya menekankan kata sayang.
“jangan panggil sayang, jijik gue dengernya. Ya udah gue ganti pakaian dulu. Gak usah ikut lo.” Aku merasa Drew akan mengikutiku ke kamarku.

Drew membawaku jalan-jalan ke taman dan bermain sepeda. Dan seperti biasa aku akan menyemprot sepeda ini karena sepeda ini pasti banyak kumannya. Tapi, kenapa pembersihku tidak ada di tas. Apa mungkin ketinggalan.
“kenapa? gak bisa nemuin pembersih lo miss clean? Nih pake punya gue.”
“loh lu kok??” Aku heran kenapa Drew juga memilikinya.
“gue beliin itu buat lo. Hmm, gue selalu tau kan tentang lo, liat aja merek dan aromanya sama.” Benar saja pembersih ini sama seperti yang selalu kubeli. Kenapa Drew bisa sedetail ini. Tapi ya sudahlah kami bersepeda bersama-sama mulai dari bersepeda santai dan akhirnya Drew mengajakku balapan dimana Drewlah yang menang. Karena dia yang menang aku harus mau diajak makan malam dengannya malam minggu besok. Walaupun gak mau tapi, yang namanya janji ya tetap janji.

Belakangan Drew makin perhatian padaku aku gak tau kenapa Drew jadi sering menemaniku walau kami jarang makan di kantin saat istirahat hanya duduk di kelas dan biasanya bagi dia itu membosankan. Sekarang kami jadi sering bercanda saat hanya duduk di kelas sambil menunggu waktu pelajaran berikutnya. Setelah pertandingan basket selesai Drew tidak lagi aktif dalam club jadinya dia sering menemaniku mencari ide baru untuk majalah sekolah ataupun yang berkaitan dengan jurnalis. Aku sedikit aneh dengan perlakuan Drew belakangan tapi, ya anggap aja dia benar-benar pengen nolongin.

“wah, anak Bunda cakep banget. Mau kemana nak?” akhirnya sampai juga malam minggu seperti janjiku aku akan makan malam dengan Drew.
“mau pergi sama Drew bentar Bun.” Kenapa Bunda bilang aku cantik malam ini? Padahal aku hanya berpakaian seperti biasanya dan ya aku memang sedikit berdandan suatu hal yang memang jarang aku lakukan. Karena Drew bilang gak harus formal aku hanya memakai jins, kaos dan sepatu kets dengan rambut yang digerai dan tas.

Beberapa menit kemudian Drew datang dengan motornya. Aku dan Drew pamitan pada Bunda dan Ayah yang sedang nonton tv. Drew pun hanya memakai kemeja dengan kaos dalam, jins serta kets dia memang bukan tipe yang suka memakai jas dengan dasi atau apalah yang formal. Untungnya satu hal ini yang menyamakan kita. Tapi hari ini di mataku Drew berbeda walau hanya memakai kemeja dia terlihat lebih gimana ya? aku gak tau gimana cara menggambarkannya bukan tampan tapi, menggoda. Astaga apa sih yang lo pikiran Talia? Menggoda kata-kata dari mana pula itu?.

“waw kafenya keren Drew. Jadi lo bawa gue ke sini.”
“hmmm, keren kan kafenya gue tau kalau lo suka tempat-tempat kayak gini. Yuk” Drew mengajak akau masuk ke dalam kafe. Kafe ini berbau klasik dengan segala barang-barang lama dan kayu-kayunya. Sangat nyaman berada di sini suasanya sangat-sangat klasik dengan suguhan live musik di panggung yang gak begitu besar. Tempatnya juga gak gede-gede amat tapi, rame banget.

“woi, makan. bukannya ngeliatin gue terus. Kenapa sih lo?”
“iya nih gue makan. Gak papa gue seneng aja bisa jalan sama lo. Kayaknya kita udah beneran kayak orang pacaran ya.” Aku sedikit tersedak dengan makananku karena kata-kata Drew barusan. “eh, hati-hati donk. Minum dulu nih.” Drew menyodorkan air padaku dan aku bisa sedikit menenangkan diri. Aku mengangguk berterima kasih atas perhatian Drew. 

Sepanjang malam di kafe itu kami banyak membicarakan hal-hal tanpa arah mulai dari tentang pertandingan basket karena aku bertanya kenapa kita bisa kalah, lalu bola, tentang politik bahkan waiters yang sedang lewat pun bisa jadi bahan pembicaraan. Aku jadi merasa nyaman dengan Drew, gak biasanya hal ini terjadi aku memang pacarnya tapi Cuma pacar bohongan. Hanya saja rasa nyaman ini beda dari rasa nyaman dengan sahabat. Drew tau banyak tentangku dan begitupun denganku segala perhatiannya padaku bukan hanya karena kami pernah dekat sewaktu kecil tapi, mungkinkah ada sesuatu di antara kami.

Drew telah sampai di depan rumahku dan aku langsung turun dari motornya. Setelah mengucapkan terima kasih aku langsung menuju ke rumah, tapi saat aku akan balik badan Drew menahan tanganku.
“tunggu.” Ucap Drew. “gue boleh minta sesuatu gak sama lo?” tanyanya. “sebagai pacar.” Lanjutnya lagi. apa-apaan dia yang harusnya boleh minta itu kan aku bukan dia.
“maksud lo? Emang lo mau apa?” tanyaku yang juga penasaran.
“boleh gue cium lo?” myGod kenapa dia tiba-tiba mau nyium gue. gak mungkin, ini ciuman pertama gue dan gue gak mau ngelakuinya di depan rumah. gila aja, orang-orang bisa liat seenggaknya ini bukan tempatnya kalau Bunda sama Ayah liat gimana. Gak-gak gak boleh sekarang.
“ngomong apaan sih lo, yang boleh minta itu kan Cuma gue kenapa jadi lo. gak ada tuh di perjanjian kita. Lagian ngapain juga gue mau dicium sama lo. Kita pacaran juga Cuma pura-pura supaya lo gak digangguin cewek satu sekolah kan.”
“gue gak minta dicium di bibir kok. Di kening doank, ya” ucapnya lagi dan aku gak bisa bilang apa-apa lagi. Dengan cepat Drew maju ke depan dan mencium keningku walau sebentar tapi, bekas bibirnya di keningku sangat terasa, dan aku langsung menuju rumah setelah itu.

Aku mengetuk-ngetukan kepalaku ke meja pagi ini, teringat ciuman yang diberikan Drew tadi malam. Aku benar-benar gak bisa tidur dibuatnya. Aku terus berpikir apa yang dia lakukan. Aku berjanji untuk tidak jatuh cinta dulu seenggaknya sampai selesai UN dan lagi pula aku akan pergi ke Australia. Tentang hal ini aku belum cerita ke siapapun kecuali Bunda dan Ayah. Kenapa aku jadi berdebar-debar mikirin tentang Drew, terlebih lagi tentang nilai Drew yang makin membaik aku sepertinya sudah bisa menepati janjiku pada orangtua Drew agar dia lulus tahun ini. Karena dia memang harus lulus tahun ini.

“hai senior.”
“hai juga Junior.” Lagi-lagi si J “lo tau gak? lo satu-satunya orang di sekolah ini yang panggil gue senior. Apa sama seluruh senior lo manggil kayak gini?”
“gak, lo doank. Itu kan karena lo manggil gue Junior terus wak masih MOS.”
“nama lo kan emang Junior. Trus salah gue manggil lo gitu?” junior lantas menggelengkan kepalanya dan aku tanpa sadar tertawa akan hal itu lalu J memotretku “J apa-apaan sih kok motret tanpa bilang ke gue sih, ntar hasilnya jelek.”
“ini namanya candid. Gak papa lo cantik kok sini.” Kami berdua langsung tertawa mendengar statement J barusan dan dia terus-terusan memotretku.
“kenapa fotoin gue mulu si J.”
“senior lo tau gak, gue seneng banget lo panggil J. Karena lo satu-satunya yang panggil gue gitu.”
“haha gak tau deh lucu aja manggil lo J. Dan lo juga terus-terusan panggil gue Senior. Tapi, gue seneng juga lo panggil kayak gitu.”
Aku dan J terus-terusan mengobrol dan bercanda dia bilang ingin banyak menghabiskan waktu denganku karena sebentar lagi aku akan meninggalkan sekolah ini makanya dia banyak memotoku dari tadi. Aku tau J pernah bilang kalau dia suka padaku tapi, aku menolaknya karena umur kami dan lagian aku memang tidak suka orang yang berumur lebih kecil dariku. 

Saat asik ngobrol dengan J seseorang datang dan menggenggam tanganku sangat erat. Ternyata dari tadi dia memang telah memperhatikanku dan J dengan muka masam dan terlihat sangat marah Drew berkata pada J “jangan pernah lo gangguin cewek gue lagi.” aku bingung dan mengisyaratkan pada J untuk tidak melawan lalu Drew menariku dan membaawaku ke atap sekolah. Aku gak pernah tahu kalau ada jalan untuk ke atap sekolah karena menurutku itu tempat yang tidak boleh dikunjungi oleh siswa tapi, Drew tau ada jalan yang bisa menuju ke sana tanpa ketahuan guru. Setelah Drew benar-benar melepas tanganku tapi, tanganku masih sakit karena kuatnya genggamannya.

“apa-apaan sih Drew. sakit tau. Kenapa lo bawa gue ke sini?” ucapku heran sekaligus marah padanya.
“apa-apaan apanya? Lo tu yang ngapain sama Junior. Bercanda-canda kayak gitu. Maksud lo apaan. Mau bikin gue cemburu? Sory ya gue gak bakal cemburu. Tapi, gue gak suka lo dekat-dekat sama dia. Emang lo gak tau dia tuh suka sama lo. Ya maksud gue dia itu modus dekatin lo.” Aku hanya memandang Drew yang terus berbicara. “kenapa diam lo?”
“ya, karena lo lagi ngomong gue diem. Sekarang udah selesai ngomongnya?” Drew mengangguk. “jadi lo cemburu” tanpa diduga Drew menganguk lagi dan dengan cepat berganti dengan gelengan lalu dia tersenyum sendiri memegang dahinya dan mengangguk sekali lagi hanya sekali tapi, itu membuatku gugup.
“gimana mungkin gue gak cemburu lo kan cewek gue”
“tapi gue kan Cuma cewek boongan lo. Apa jangan-jangan lo udah jatuh cinta ya sama gue?” Ucapku lagi dengan senyum menantang.
“sekarang dengan jujur lo bilang deh ke gue selama beberapa bulan ini jadi pacar boongan gue, lo gak pernah punya perasaan sama gue? Lo pikir waktu pertama kali gue minta lo jadi pacar boongan gue itu apa benar-benar Cuma boongan?” Drew berkata serius dan memaksaku memandang wajahnya. Alis mata yang tebal, mata yang sedikit sayu serta bibir yang begitu terbentuk sempurna sejenak aku sadar bahwa aku sudah jatuh cinta padanya. Hal yang selama ini kuhindarkan. Tapi, aku gak pernah tau bahwa aku memang sudah lama jatuh cinta padanya.
“gue, gak tau Drew.” Aku bohong.
“gak usah bohong lo. Gue tau perasaan lo yang sebenarnya. Itu tergambar jelas di wajah lo. Lo juga jatuh cinta kan sama gue?” Drew mengambil tanganku dan menggenggamnya erat, pasti dan tidak terlalu kuat. Aku merasa nyaman dengannya. Tapi, kalau aku bilang cinta sekarang. Setelah lulus aku harus ke Australia, Drew harus tau tentang ini. Saat aku akan berkata apa yang selama ini aku pikirkan tentangnya tiba-tiba penglihatanku jadi kabur dan aku mengedipkan mataku berkali-kali aku sedikit sempoyongan karena tiba-tiba ada sesuatu mennyentuh bibirku yaitu bibirnya Drew dan aku benar-benar terkejut dengan apa yang baru saja dilakukan drew. Karena masih kaget aku menutup mataku dan membiarkan Drew melakukan ciuman itu. Ciuman pertamaku terasa manis dan membuat kepalaku berputar. Apa ini yang namanya jatuh cinta.

Aku memang tidak tahu bagaimana jatuh cinta yang sebenarnya tapi aku tahu bahwa saat aku merasakan kehilangan itu sangat menyakitkan saat kita tidak bisa menggenggam tangan orang yang sangat kita sukai, saat kita melihat dia tertawa dengan orang lain itu sangat menyakitkan. Lebih baik kita memanfaatkan apa yang kita punya sekarang tanpa harus menghindar dan menepis rasa itu. Karena menyadari rasa suka dan cinta itu bukan suatu tindak kejahatan, untuk apa takut. Karena cinta dan rasa sakit berkaitan lalu apa gunanya perasaan kalau kita gak pernah bahagia karena cinta dan gak pernah sedih karena patah hati. Hati dan perasaan itu dibuat agar kita merasakan seluruh rasa di dunia apapun rasa itu akan sangat tidak berharganya hidup tanpa rasa

Setelah kejadian atap sekolah itu aku dan Drew masih bersama. Drew mengikutiku juga ke Australia tapi kita di jurusan yang berbeda. Dan hingga sekarang sudah dua tahun kami bersama. Banyak hal ternyata yang kami tau satu sama lain, kebiasaanku dan kebiasaan Drew kami saling memahami ada untungnya berpacaran dengan sahabat yang bahkan tau diri kita lebih dari kita sendiri.

Cerpen Karangan: Lee Ghin Fhae (ghinfai)
Blog: ghinafairuz.blogspot.com

Share this


0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

About