Senin, 30 Januari 2017

Benang Waktu

Hari itu masalah menerpaku layaknya hujan badai. Rasanya banyak sekali kesalahan yang kubuat di sekolah hari itu. Kepalaku pusing layaknya roller coaster dan hatiku serasa diremukkan pada hari itu. Aku sangat menyesal aku harap aku dapat mengulang kembali waktu dan memperbaiki kesalahanku walau hanya 1 hari saja.

Sore yang mendung tapi perasaanku lebih mendung, aku yang tenggah tertunduk lesu di ruang kelas sendirian memikirkan masalah yang datang kepadaku pada hari ini. Kesedihan menenggelamkanku terlalu dalam sampai aku tidak sadar kalau semua orang sudah pulang, “Malangnya nasib ini mecahin kaca kelas, ngilangin buku tugas, nyakitin hati temen, berantem… masalah apa lagi yang akan kubuat hari ini… huuufft” ujarku sambil menghela nafas. Aku bergegas pulang karena langit sore datang bersama gumpalan awan hitam yang seakan-akan menyertai kesedihanku.

Rumah tempat yang nyaman dimana aku bisa melepas semua beban ini, hanya rumah yang ada di benakku pada saat aku meniti arah menuju rumah. Sesuatu menarik perhatianku, seorang perempuan yang tidak asing lagi Rei namanya.

Rei, wanita yang kusakiti hari ini. Aku menjatuhkan kotak pensilnya, dari tatapan matanya dia pasti membenciku. Kesempatan sore ini tidak akan kulewatkan, aku ingin minta maaf kepadanya. Aku berlari menghampirinya, dia melihat ke arahku “Awas!” teriaknya. Dengan sigap aku menghindari mobil truck yang akan menabrakku, “Terimakasih rei…” ujarku. Belum cukup kemalangan pada hari itu keanehan pun datang menghampiri, Rei tiba tiba menghilang! Perasaanku campur aduk. Aku berlari menuju rumah, rumahku istanaku, sesampainya di rumah aku langsung kuterjunkan tubuhku ke kasur empuk dan aku pun tertidur.

Pagi yang cerah, kulangkahkan kakiku ke sekolah walaupun hati dan pikiranku tidak secerah pagi itu dengan harapan semua akan jadi lebih baik. Pandanganku tertuju pada kaca kelas yang ternyata sudah diperbaiki “Baguslah” ujarku. Bel istirahat berdendang, aku berjalan menuju kantin. Di koridor kelas aku bertemu dengan Rei dan tanpa sengaja aku menyenggolnya dan membuat kotak pensilnya jatuh, seketika aku ingat kejadian kemarin yang rasanya terulang lagi “Ini kan kejadian kemarin? Kenapa bisa terjadi lagi, sama persis lagi!?” pertanyaan yang terlinta di pikiranku. Aku tidak mau mengulangi kesalahan yang sama, tidak seperti kemarin aku lari setelah menabraknya, kali ini aku minta maaf dan memberikan gelang berwarna biru pink yang kubuat di kelas kesenian tadi. Kelihatannya dia tidak marah, matanya juga bilang begitu diiringi oleh senyum kecil di bibirnya.

Setelah jajan di kantin aku berjalan menuju kelas, eh ternyata ada yang bermain bola di dekat kelas. Langsung saja aku ikut bermain, pada saat aku ingin menendang bola sesuatu terlintas di pikiranku “Ya benar ternyata aku mengulangi hari kemarin!” Aku tidak jadi menendang bola karena aku tahu aku akan memecahkan kaca kelas jika itu kulakukan.

Aku sempatkan pergi ke WC dulu karena kebelet pipis, ternyata Boy sudah menunggu di sana untuk memberiku pelajaran “Yup benar benar seperti kemarin” ujarku. Untuk menghindari konflik aku memilih memberinya uang, dari pada masuk ruang guru.

Langit mulai memerah, aku pulang dengan rasa gembira walaupun sedikit bingung dengan apa yang kualami hari ini tapi aku tidak teralalu peduli tentang itu. Sesampainya di rumah aku tidur bersama senyuman di pipi.

“Nak ternyata kamu sudah sadar” suara ibu terdengar samar. Aku shock karena bangun dengan balutan perban “Apa yang terjadi bu!?” tanyaku dengan bingung “Kamu jatuh ke dalam got karena menghindari truck… untung Rei menelepon ibu” ujar ibuku. Ternyata semuanya hanyalah mimpi, lebih baik aku istirahat karena aku sudah mulai pulih dan besok aku harus sekolah.

Di sekolah kulihat jendela kelas yang pecah, ternyata semuanya memang cuma mimpi “Huuft” aku menghela nafas. Pada jam istirahat aku berjalan di koridor kelas, tanpa sengaja aku berpapasan dengan Rei. Saat kutoleh dia tersenyum, pandanganku tertuju pada gelang pink biru yang terbalut manis di pergelangan tangganya. Gelang itu… itu kan pemberianku, Ya benar akulah yang membuatnya, apa aku benar-benar bermimpi?

Cerpen Karangan: Novita Lesa
Facebook: www.facebook.com/novita.lesa.9

Share this


0 Comments

Diberdayakan oleh Blogger.

Blogroll

About